Kinan ibu muda berumur dua puluh enam tahun harus terjebak pada hubungan terlarang dengan seorang laki- laki karena keadaan ekonomi keluarganya yang sedang kacau. Dia terpaksa meminjam uang untuk biaya operasi sang anak dengan imbalan menyerahkan tubuhnya pada laki- laki tersebut karena dia tidak mampu mengembalikan uangnya. Sedangkan sang suami yang sejak dua tahun kena PHK harus kerja serabutan tiba- tiba menghilang entah ke mana. Mampukah Kinan menjalani hari- harinya seorang diri di tengah permasalahan yang tiada habisnya...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Bangun dari Koma
Setiap hari Raka dibawa ke rumah sakit oleh Rangga guna untuk menjenguk Kinan. Bu Rahmi pun rela bolak- balik dari rumah ke rumah sakit guna menemani Raka bertemu dengan ibunya. Raka sangat bahagia bisa melihat sang ibu walapun hanya bisa melihat raganya saja yang tergeletak tak sadarkan diri.
Sementara Rangga tidak mau ikut melihat Kinan, dia hanya mengantar Raka bersama bu Rahmi kemudian dia hanya menunggu di luar rumah sakit. Sepertinya dia memang tidak ingin bertemu Kinan lagi karena sakit hatinya yang belum sembuh atas pengkhianatan yang Kinan lakukan.
Bu Rahmi mengajak Raka untuk selalu berbicara dengan Kinan ketika sedang berada di ruang ICU. Mengajak Kinan mengobrol dan bercerita walaupun yang diajak berbicara tidak merespon. Raka pun sudah tahu dan mengerti, setiap kali bertemu Kinan pasti dia akan cerewet berbicara apa saja dan juga memberitahu kalau dia punya banyak minan baru yang dibeliakan oleh sang ayah.
Iya, Raka memang terlihat bahagia ketika sedang ada di samping Kinan saja. Ketika Rangga membawanya lagi pulang ke rumah bu Ratih, Raka akan jadi anak pendiam dan murung serta tidak mau makan. Dia terus saja memikirkan sang ibu di rumah sakit. Maka dari itu tubuh Raka pun terlihat kurus.
Tapi Rangga bersyukur sekarang Raka sudah jarang menangis lagi seperti sebelumnya, mungkin karena kerinduan terhadap sang ibu sudah terobati dengan bertemu setiap hari di rumah sakit.
Berkat kedatangan Raka setiap hari ke rumah sakit membuat keadaan Kinan semakin membaik. Beberpa kali bu Rahmi melihat Kinan menggerakkan jarinya. Kinan juga mengeluarkan air matanya setiap kali Raka datang menjenguknya. Mungkin di alam bawah sadarnya Kinan tahu kalau sang anak selalu ada bersamanya. Bu Rahmi sangat bersyukur dan selalu berdoa Kinan segera bangun dari koma.
"Ibu, Raka punya mainan baru, ini liat ada mobil- mobilan kecil warna- warni. Bagus kan bu...?" tanya Raka sambil duduk di samping Kinan. Tanpa diduga Kinan memberi respon pada Raka.
Kinan menggerakkan jari dan kepalanya. Bu Rahmi yang melihat pergerakan Kinan pun kaget dan terus memperhatikan wajah Kinan berharap Kinan akan bangun hari ini. Dan benar saja perlahan Kinan membuka matanya.
"Kinan..? Kau sudah bangun nak...?" tanya bu Rahmi sambil tersenyum dan menahan tangis haru.
Kinan menoleh ke arah bu Rahmi yang duduk di sampingnya lalu tersenyum lemah. Lalu Kinan menoleh ke samping bu Rahmi ada Raka dengan muka menggemaskan sedang memegang mainan mobil- mobilan.
"Ra..ka..." ucap Kinan dengan suara lemah.
"Raka lihat, ibumu sudah bangun, nak..." ucap bu Rahmi.
"Ibu, sudah bangun tidur..? Raka kangen sama ibu...." ucap Raka.
Kinan pun tersenyum pada Raka, Raka lalu memeluk sang ibu.
"I..bu ju..ga ka..ngen sama Ra..ka..." jawab Kinan lirih.
"Kinan , sebentar ya ibu panggilkan dokter dulu untuk memeriksa kamu. Raka jagain ibu ya sayang...." ucap bu Rahmi lalu keluar dari ruang ICU memanggil dokter jaga.
"Ibu, jangan sakit lagi ya, Raka sedih kalau ibu sakit. Raka mau sama ibu dan ayah...." ucap Raka lalu mencium pipi Kinan.
Kinan pun tidak dapat menahan air matanya. Dia sangat terharu melihat perlakuan manis putra kecilnya itu.
"Iya, sayang, ibu juga ingin selalu bersama Raka, tinggal sama Raka lagi...." jawab Kinan lirih.
Tak berapa lama dokter dan dua perawat pun masuk ke ruang ICU memeriksa Kinan. Raka dibawa keluar oleh perawat untuk menunggu di luar bersama bu Rahmi. Tiba- tiba Rangga datang menghampiri bu Rahmi dan Raka di depan ruang ICU.
"Bu Rahmi, ada apa..? Tadi saya lihat dokter dan perawat masuk ke ruang ICU...?" tanya Rangga penasaran.
"Alhamdulillah Rangga, Kinan sudah bangun, dia sudah membuka matanya dan bisa bicara sama ibu dan juga Raka. Sekarang dokter sedang memeriksa Kinan..." jawab bu Rahmi dengan senyum lebar karena bahagia.
"Iya ayah, ibu sudah bangun, ibu sudah sembuh..nanti Raka, ayah sama ibu bisa pulang ke rumah lagi..." sahut Raka juga dengan raut wajah bahagia.
Rangga hanya diam saja tidak merespon ucapan dua orang di depannya. Walaupun dalam hatinya dia bersyukur Kinan sudah bangun dari koma selama sepuluh hari.
Dokter dan perawat pun keluar dari ruang ICU.
"Bagaimana dok ,keadaan Kinan...?" tanya bu Rahmi.
"Alhamdulillah bu Kinan sudah sadar, keadaannya sudah membaik, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebentar lagi bu Kinan akan dipindahkan ke ruang perawatan..." jawab dokter.
"Nanti ibu bisa melihat bu Kinan setelah bu Kinan dipindahkan ke ruang perawatan ya..."
"Baik dokter terima kasih..." ucap bu Rahmi sambil tersenyum bahagia.
"Sama- sama bu...'' jawab dokter laki- laki paruh baya tersebut sambil tersenyum.
Dokter itu pun mengusap kepala Raka
"Selamat ya Raka , ibunya Raka sudah bangun dari koma, Raka jagain ibu ya ..." ucap dokter. Dia memang sudah hafal dengan kehadiaran Raka setiap hari untuk menemani sang ibu.
Raka pun tersenyum manis pada sang dokter.
Dokter pun pergi dari ruang ICU kembali ke ruang kerjanya, sementara dua perawat itu mempersiapkan Kinan untuk dipindahkan di ruang rawat biasa.
"Raka, ayo ikut ayah pulang..." ucap Rangga sambil menggendong Raka.
"Bu , kami pulang, terima kasih selama ini bu Rahmi sudah menemani Raka bertemu Kinan..." ucap Rangga hendak membawa Raka pergi.
Tapi tiba- tiba Raka menangis karena tidak mau pulang dan masih ingin bersama sang ibu.
"Nggak mau ayah... Raka nggak mau pulang...Raka mau sama ibu, Raka mau main sama ibu...hua..hua..." Raka menangis di gendongan Rangga.
"Tapi Raka harus pulang..." ucap Rangga dengan tegas.
"Rangga, biarlah Raka di sini dulu, dia masih kangen sama ibunya. Kinan kan baru bangun dari koma, mereka pasti masih kangen, biarkan Raka dan Kinan melepas kangen..." ucap bu Rahmi minta pengertian pada Rangga.
"Bu Rahmi, tugas Raka sudah selesai. Kemarin bu Rahmi bilang sama saya agar Raka menjenguk Kinan supaya dia cepat bangun dari koma. Dan sekarang Kinan sudah bangun, jadi Raka tidak perlu lagi menemui Kinan. Biarlah Raka ikut dengan saya dan tinggal bersama saya selamanya...." sahut Rangga.
"Ya Alloh Rangga, kamu mau memisahkan Raka dengan ibunya...? Apa kamu nggak kasihan sama anakmu itu...?" tanya bu Rahmi kecewa dengan Rangga.
"Bukan saya yang memisahkan Raka dengan ibunya bu, tapi ibunya Raka sendiri yang membuka celah untuk memisahkan dirinya dari Raka. Dia yang berbuat salah terlebih dulu. Saya hanya tidak rela Raka yang masih kecil dan tidak tahu apa- apa akan menanggung semua perbuatan ibunya. Jadi lebih baik Raka ikut dengan saya..." jawab Rangga lalu pergi dari hadapan bu Rahmi.
Rangga terus berjalan tidak perduli dengan Raka yang terus menangis tidak mau pulang dan ingin terus bersama sang ibu.
Melihat sikap Rangga bu Rahmi hanya bisa menarik nafas panjang. Bu Rahmi sedih, dia pikir setelah Kinan bangun dari koma Raka akan terus ada di samping Kinan. Tapi Rangga justru memisahkan mereka kembali.
Bu Rahmi pun tidak tahu apa yang akan dia katakan pada Kinan nanti jika dia menanyakan di mana Raka. Kinan pasti akan sangat sedih jika tahu Rangga telah membawanya pergi dan kemungkinan dia tidak akan lagi membawa Raka untuk bertemu dengan dirinya.
Bersambung...