Artara terpisah dari teman-temannya saat satu kelas terpanggil ke dunia lain.
Disaat semua orang terpanggil di sebuah kerajaan, hanya Artara yang terpanggil ke sebuah pulau aneh.
The Island Of Dark Forest, pulau yang dipenuhi monster-monster mengerikan bersemayam.
Artara bertahan hidup di pulau yang mengerikan itu, tapi dia tidak usah khawatir tentang kematian, berkat job Immortal yang dia miliki.
Walaupun begitu, dia mengalami kematian yang terus berulang, dan di setiap kematiannya, dia akan naik level. meski harus menahan sakit dari kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Spiral King, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daratan Tengah
Ruangan terdalam goa tidak seperti bagian luarnya yang gelap, berkat kristal cahaya yang menempel alami di dinding dan langit-langitnya membuat seisi dalam goa begitu terang.
Goa berguncang beberapa saat. Tanda monster besar itu memasuki goa. Tapi tenang saja, mereka aman di dalam sana. Tubuh monster itu terlalu besar jika mau memasuki bagian terdalam goa.
"Apa Drake tadi yang kau maksud dengan naga tanah? Dia lebih terlihat seperti kadal dari pada naga."tanya Artara berbisik.
"Iya tuan. Kayaknya ini sarangnya!"jawab Anala khawatir.
"Levelnya 840, tidak ada kesempatan untuk melawannya! Ini merepotkan."ucap Artara santai.
"Kau tunggulah disini! Aku akan memeriksa."tambahnya berdiri.
"Tapi tuan."
"Ini perintah, tetaplah disini!"ucap tegas Artara.
Anala tidak bisa berkata-kata setelahnya. Dia hanya bisa melihat punggung tuannya pergi.
"Vanish!"
Dengan skill Vanish tubuh Antara menghilang. Dia melangkah maju, cara jalannya sangat hati-hati, berupaya untuk tidak menimbulkan suara dari setiap langkahnya.
Di balik dinding goa, dia sudah bisa melihat dengan jelas tubuh Drake yang sebelumnya hanya terlihat siluetnya.
Tubuh Drake lebih besar terlihat bila dari dekat, duri-duri ditubuhnya nampak kokoh. Artara sempat berpikir jika kulit itu bahkan tidak bisa dilukai dengan apapun, namun pikirannya tentang itu berubah, setelah melihat banyaknya luka di tubuh Drake itu. Bukan luka goresan, itu luka yang sangat dalam, terlebih jumlahnya belasan. Di kaki depannya pun terdapat luka yang tak kalah mengerikan, ada luka bakar yang lebar penuh di sekujur kakinya.
"Pertarungan apa yang sudah dia lewati hingga seperti ini? Apa jangan-jangan dentuman tadi siang adalah suara pertarungannya? Makhluk apa yang dia lawan?"ulasan pertanyaan Artara yang meski tidak terjawab.
Drake itu berbaring lemas, mengaum kesakitan yang membuat seisi goa bergetar. Kerikil goa bahkan berjatuhan karenanya.
Artara melangkah mendekat.
Drake tidak merespon kedatangan Artara, dia tidak mampu melakukan apapun, tenaga terakhirnya dia habiskan untuk berjalan menuju goa. Sekarang dia hanya terbaring lemas tak berdaya, bergerak pun sangat menyakitkan.
Tangan Artara menyentuh tubuh Drake perlahan. Kulitnya terasa kasar persis seperti bongkahan batu keras.
"Jika aku melakukan skill Taming padanya, aku yakin itu tidak akan berhasil! Meski sekarang dia dalam keadaan lemah, tapi skill Taming ku juga masih lemah. Terlebih perbedaan level kami yang teramat jauh, dan juga dia dari keturunan ras naga."
Perlahan tangan Artara berpindah ke bagian kulit yang terluka. Dia menyentuhnya perlahan, agar Drake tidak merasa sakit.
"Recovery!"Artara menggunakan skill Recovery pada luka yang dua sentuh. Perlahan luka itu terbuka mulai menutup, meski butuh waktu beberapa menit.
Dia juga melakukan hal yang sama pada luka yang lainnya, secara perlahan dan hati-hati dia terus menyembuhkan Drake. Dia terlihat seperti dokter yang merawat pasiennya.
Anala yang melihat apa yang dilakukan tuannya merasa khawatir dan bingung, mengapa tuannya melakukan itu? Tapi dia tidak mau bertanya, karena melihat tuannya yang fokus. Sekaligus dia takut jika kehadirannya membuat Drake terganggu, yang akan berakhir dengan menyerang tuannya. Perasaannya campur aduk tak karuan antara bingung, takut, khawatir, dan ingin tau.
Luka pada Drake ternyata melebihi perhitungan dari Artara, dia sudah menyembuhkan sebelas luka, dan itu berlangsung selama berjam-jam. Luka pada Drake masih ada delapan luka yang tersisa, termasuk luka bakar di kaki depannya.
Artara melanjutkan penyembuhan.
Satu persatu luka dapat dia sembuhkan seperti sebelumnya, walaupun membutuhkan waktu lama, akhirnya hanya satu luka yang tersisa. Yaitu luka bakar di depan kakinya.
"Aku tidak menyangka akan selama ini. Bahkan malam sudah mau berlalu, mungkin sekarang sudah dini hari."ucap Artara menyeka sebagian keringatnya.
Dia mulai penyembuhan pada luka bakar, lukanya sembuh dibeberapa bagian. Namun itu masih belum cukup, Artara melakukannya beberapa menggunakan skill Recovery hingga tak terhitung olehnya.
Cahaya pagi mulai bersinar menyinari bibir Goa, Drake sembuh total. Sementara Artara cukup kelelahan, dia sampai duduk bersandar di tubuh Drake disampingnya.
"Tuan, apa tidak sebaiknya kita pergi dari sini?"ucap Anala dari balik dinding mengintip.
"Apa kau juga tidak tidur?"ucap Artara menghembuskan nafasnya.
"Bagaimana saya bisa tidur disaat tuan saya melakukan hal gila?! Sebaiknya kita pergi dari sini sebelum dia terbangun!"
"Oke-oke, ayo kita pergi."ucap Artara bangkit sambil membersihkan debu dari bulu MoonWolf yang dia kenakan.
Selangkah sebelum menyentuh bibir goa, langkah Artara dan Anala terhenti.
"Kalian mau kemana?"Drake itu berbicara.
Anala terkejut.
"Dia bangun tuan, ayo cepat kita pergi dari sini!"ucap Anala panik.
"Memangnya kita bisa lari? Kecepatannya pasti melebihi kecepatan kita, itu usaha yang sia-sia!"balas Artara santai.
"Jika dia mau mencelakai kita, dia pasti melakukannya sedari tadi. Tidak perlu menunggu kita untuk melangkah lebih jauh."lanjutnya menambahkan.
"Mau kemana kalian?"Tanya Drake mengulangi.
"Kami mau ke daratan tengah. Apa masih ada yang mau kau perlukan dari kami?"Jawab Artara balik bertanya.
"Daratan tengah? Di sana bukan tempat yang bisa kalian kunjungi! Sampai ke wilayah ini saja dengan selamat sudah sebuah keberuntungan."
"Kau tidak menghentikan kami hanya untuk mengatakan itukah? Cepat katakan apa mau mu, kamu sedang buru-buru!"ucap Artara santai.
"Aku akan mengantar kalian ke sana. Dengan kecepatan ku, kalian bisa sampai ke daratan tengah dalam setengah hari. Monster lain juga tidak akan mencelakai kalian jika bersama ku."
"Anggap saja ini sebagai balas budi."tambahnya.
Tanpa ragu diterima oleh Artara.
"Naiklah."ucap Drake menundukkan badannya.
Anala menarik nafas ragu, sedang Artara langsung naik tanpa ragu.
Perjalanan berlanjut dengan mereka yang menunggangi Drake.
Artara dan Anala berpegang erat pada duri dari Drake, itu untuk menjaga keseimbangan mereka agar tetap terjaga. Saking cepatnya, pepohonan tidak terlalu nampak terlihat, hanya angin yang mereka rasakan.
Matahari tepat di atas kepala mereka, perbatasan wilayah sudah terlihat dua ratus meter di depan. Sebuah hutan gelap yang lebih gelap dari pada hutan yang pernah Artara lewati.
Drake berhenti sebelum hutan gelap.
"Kita sampai! Aku tidak bisa mengantar kalian lebih jauh dari hutan itu. Energi mana dari daratan tengah sudah menusuk di dada ku, jika lebih jauh lagi, mungkin aku akan sesak nafas."
Drake itu menundukkan kepalanya, mempersilahkan Artara turun.
"Terimakasih atas tumpangannya."ucap Artara.
Drake pergi meninggalkan mereka.
Artara menatap punggung Drake yang semakin lama semakin mengecil. Dia sudah pergi menjauh.
Setelah Drake itu pergi, pandangan Artara kini beralih ke hutan gelap di depannya. Hutan itu gelap lebih gelap dari pada hutan lainnya, tidak ada sinar matahari yang menusuk masuk, hutan yang terlalu rimbun dan dedaunan yang sangat rapat, mencegah setitik cahaya untuk memasukinya.