" Ibuku pernah bilang begini saat aku kecil; (Nak jadilah Senja yang selalu bersinar untuk orang lain, seperti Senja yang indah di sore hari. Namamu akan selalu diingat orang. Seperti itulah kamu jika selalu berbuat baik kepada semua orang, maka akan selalu di ingat orang lain juga. Itulah kenapa AyahIbu memberimu nama Senja. Kelak doa AyahIbu agar kamu selalu jadi orang yang baik di manapun kamu berada ). Sejak itu aku juga menyukai namaku. Aku selalu melihat matahari di sore hari agar selalu ingat kedua orang tuaku"
Tetapi,Selalu berusaha baik itu terkadang tidak selalu baik. Contohnya pada laki-laki tidak tahu diri ini.
" Kamu dimana Rey? Kenapa gak di angkat?"
" Aku lagi ada meeting sayang"
" Meeting dimana?"
" Di luar, ketemu client"
" Cewek?"
" Gak kok, cowok. Kenapa sayang? Kok tumben nanyanya detail banget"
" Are you kidding me?"
" What's happen?"
" You lie!"
" Im not lie"
" Yes you are!"
Lalu senja mengirim semua foto dan video yang dia dapat tadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizzalizawien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku berbeda dari mereka
Drrt..drrt..suara handphone Aiden bergetar di atas meja di depannya.
" Hallo, kau di mana?"
" Aku baru sampai, Oppa di mana?"
" Aku di pinggir pantai"
" Oh, aku ke sana"
Senja menyusul Aiden yang sedang duduk di tepian pantai di belakang hotel. Aiden sedang duduk bersandar di kursi panjang. Memakai kacamata hitam dengan tubuh tanpa memakai atasan. Para bule wanita yang juga menginap di sana tak henti menatapnya dan saling berbisik. Ada yang mau mendekati Aiden saat Senja baru saja masuk. Namun di urungkannya karena teman wanita tersebut menariknya karena melihat senja yang akan duduk di sebelah Aiden.
" Oppa, jam berapa Mr.Andy datang? Kenapa Oppa masih santai di sini?"
" Belum tahu. Aku juga masih mau berenang sebentar lagi. Apa kau sudah sarapan?"
" Sudah, ini sudah jam 8 Oppa, aku tidak biasa makan telat" Aiden menarik Senja agar duduk di kursi sebelahnya. Matahari pagi ini tak terlalu terik, udara sejuk bersemilir menghembuskan angin yang sangat nyaman.
" Nikmatilah dulu waktu santaimu di sini. Kau ini workaholic ya? Datang pagi-pagi sudah tanya pekerjaan?"
" Aku juga mau berlibur terus, tapi kan oppa yang menyuruhku datang untuk kerja hari ini"
" Baguslah, kalau begitu ku beri kau libur selama 2 jam"
" Libur macam apa itu? Ini hari Jumat Oppa, seharusnya aku memang libur. Biasanya Sabtu-Minggu jadwalku malah padat mengantar turis"
" Ssst...jangan berisik. Duduk dan nikmatilah waktu 2 jam-mu" Pada akhirnya Senja menurut saja apa yang Aiden perintahkan. Lumayan Dia bisa santai 2 jam di pantai.
Aiden tadinya ingin tidur sebentar tapi malah merasa terganggu dengan perempuan-perempuan bule di sana yang sejak tadi berisik ingin mendekatinya. Baru juga 15 menit Senja bersantai. Aiden bangkit dan menarik tangan Senja. Senja kaget dan bingung, mengapa Aiden tiba-tiba menariknya tanpa sadar hanya mengikuti arah Aiden berjalan. Juga tak sadar kalau sejak tadi Aiden menggenggam tangannya. Aiden dan Senja berjalan melewati kolam renang, semua mata tertuju pada mereka. Tidak, semua mata hanya tertuju pada Aiden. Senja melihat itu, pasti mereka sangat iri dengan Senja yang di gandeng. Aiden mengajaknya ke kamar. Saat di dalam lift Senja baru sadar kalau dia masih di gandeng Aiden.
" Kita mau ke mana?"
" Ke kamarku" Senja kaget juga langsung menarik tangannya.
" Kenapa? Kau takut?"
" Bukan takut, hanya kaget. Kenapa aku bisa memegang tanganmu"
" Tadi kenapa tadi diam saja, apa nyaman karena ku gandeng?"
" Ehh..aku kan tidak sadar kalau Oppa sudah gandeng begitu"
Tiiing..pintu lift terbuka di lantai 3. Aiden dan Senja menuju kamar Aiden.
" Masuk?"
" Humm..baiklah"
Senja sebenarnya ragu-ragu. Ini pertama kalinya dia masuk kamar laki-laki. Apalagi hanya berdua saja. Kamarnya sangat besar. Memang beda pikir Senja kalau boss-boss memilih kamar. Senja tertarik melihat ke arah pintu balkon. Cahaya matahari pagi masuk dengan terangnya dari sana. Aiden mengerti, Ia lalu membukakan pintu balkon untuk Senja. Sejuk sekali angin pagi itu. Senja keluar ke balkon. Menatap ke arah laut. Baru kali ini dia masuk ke kamar yang menghadap laut langsung. Selama ini Dia hanya menginap dikamar deluxe.
" Kau suka?"
" Iya indah sekali"
" Anderson pintar memilih kamar ini. Tidak sia-sia aku membayar mahal"
" Ohh jadi Boss yang booking kamar ini"
" Apa selama ini kau hanya mengantar turis sampai Lobby?"
" Iya"
" Lalu kemarin kau menginap di kamar mana?"
" Oh itu, aku hanya menginap di lantai 4 kamar yang kecil. Itu pun terpaksa karena sedang tidak mau pulang ke kostan"
" Ohh..karena Reynolds mencarimu terus"
" Yaa..salah satunya itu. Tapi sebenarnya karena aku takut telat datang kesini. Oppa kan memintaku pagi-pagi sekali datang waktu itu"
" Kau tidak bilang kalau kesulitan harus datang pagi-pagi karena kostan mu jauh. Kalau tahu begitu aku tidak akan memaksamu untuk datang pagi-pagi sekali"
" Tidak apa, aku juga bisa tidur nyenyak disini kalau tidak pulang ke kostan"
" Apa kau yakin tidur nyenyak malam itu? Ku lihat kau menangis di pantai"
" Ahh?? Oppa melihatnya?"
" Ya, sepintas memang kulihat kau tertunduk dan menyeka air matamu "
" Huuhh.. bagaimana bisa Oppa melihatnya "
" Aku melihatmu dari sini" Aiden menunjukkannya dari balkon"
" Astaga, dari sini terlihat jelas ya?"
" Tidak, aku turun waktu melihatmu berjalan sendirian ke pantai"
" Huuuhuh..Memalukan sekali" Senja menutup wajahnya.
" Hahhhh ( Aiden menghela nafas panjang) Setidaknya kau sudah tidak menangis lagi karena laki-laki itu kan?"
" Iya tidak akan"
" Good Job. Duduk la disini, aku mau mandi dulu"
" Ehmm?? Oppa baru mau mandi?"
" Ya, kenapa?? Apa kau mau ikut?"
" Yaaak!!!"
" Hahaha.."
Senja duduk di balkon, menatap pantai sembari menunggu Aiden selesai mandi. Memotret pemandangan dari sana. Juga langit pagi itu. Saat memotret, Senja ingin mengambil angle yang lebih luas. Dia bergerak agak mundur. Namun tak menyadari ada Aiden di belakangnya. Senja menabrak Aiden yang hanya memakai handuk setengah badannya.
" Aaak!" Senja hampir terjatuh karena Aiden ikut mundur di tabrak Senja. Aiden dengan sigap menangkap Senja. Terjadilah adegan seperti di drama-drama. Tapi Senja langsung cepat berdiri, tidak mau terbawa suasana seperti dalam cerita drama.
"Apa-apaan ini? Cihh aku bukan pemain sinetron. Mana boleh lama-lama jatuh di tangannya. Maaf Oppa, aku gak tahu Oppa di belakangku" Senja langsung mengalihkan wajahnya karena tak mau melihat tubuh Aiden yang bertelanjang dada.
" Sedang apa kau?"
" Oppa yang sedang apa? Kenapa tidak pakai baju begitu?"
" Aku kan habis mandi"
" Aa..aaku hanya mau memotret pemandangan dari sini. Gak tahu kalau ada Oppa di belakangku "
" Aku mau mengambil bajuku di koper itu"
" Ohhh..ii..iya silakan" Senja malah berlari keluar balkon.
"Hufft astaga jantungku. Please jangan begini. Lagian kenapa juga aku harus ikut ke kamarnya sich. Huhh..bodoh..bodoh.." Senja memukul-mukul kepalanya sendiri.
" Oppa, apa sudah selesai pakai bajunya?" Senja berteriak bertanya, tapi sambil menghadap keluar.
" Humm.." Aiden keluar dari kamar mandi.
" Ohh? Oppa dari kamar mandi ya?"
" Memangnya kau pikir aku akan pakai baku di depanmu?"
" Aaa..aku tidak berpikir begitu. Tadinya ku pikir Oppa belum ke kamar mandi. Jadi aku tidak berani berbalik"
Cklekk... (Aiden keluar dari kamar mandi sambil menggosok-gosokkan rambutnya)
" Duduklah di sini" Aiden mengajaknya duduk di sofa panjang di kamar itu.
" Ehh..aa..apa sebaiknya aku tunggu di lobby saja. Mungkin sebentar lagi Mr.Andy akan ke sini kan?" Senja jadi gugup.
" Hmm..sepertinya dia akan ke sini malam nanti"
" Apa?!"
" Iya, ini dia baru saja mengirim pesan" Aiden sedang membalas pesan.
" Ka..kalau begitu aku balik ke kantor saja. Ini kan masih pagi"
" Kenapa? Apa kau takut padaku?"
" Bu..bukan begitu. Akan tidak baik buatku kalau mengganggumu disini. Hehehe..aku tidak terbiasa berada di kamar laki-laki"
" Duduk di sini dulu"
" Ii..iya" Senja akhirnya mau duduk di sofa itu, tapi dengan jarak yang cukup jauh.
" Senja, lihat aku"
" Ii..iya kenapa?"
" Kenapa kau jadi gugup begini? Tadi kau biasa saja saat masuk kekamarku"
" Ii..itu karena.."
" Karena aku tadi tidak pakai baju di depanmu "
" Ii..iya"
" Hehhmm.." Aiden tersenyum smirk.
" Kenapa senyum-senyum begitu?" Senja semakin takut.
" Aku pikir kau sama dengan wanita-wanita tadi yang di luar sana. Akan histeris melihatku bertelanjang dada. Ternyata kau memang beda"
" Oppa, aku wanita normal. Tapi aku tidak terbiasa untuk hal-hal seperti itu. Mungkin di negaramu kau sudah terbiasa bersama wanita-wanita dan berhubungan sampai ke..yaa..hal-hal seperti itu. Tapi tidak di negara kami. Walaupun sekarang sebagian orang juga ada yang seperti itu. Tapi tidak bagiku. Aku masih menjunjung harkat dan martabat perempuan untuk menjaga kesucian sampai kami menikah" Senja mengoceh sambil meremas-remas ujung blazer nya karena masih dalan keadaan was-was.
" Humm.."
" Oppa, apa kau paham yang ku ucapkan?"
" Iya aku paham"
" Apa coba?"
" Kau belum pernah di sentuh laki-laki maksudnya kan?"
" Ii..iya seperti itulah maksudku. Makanya aku takut di dekatmu hanya berdua seperti ini"
" Huuft.. oke..as you wish. Aku tidak akan melakukan apa pun yang membuatmu tidak nyaman. Tapi aku juga akan mengatakan sesuatu" Aiden beranjak dari sofa mengambil minuman dari lemari esnya. Diberikan pada Senja.
" Senja, kau sudah salah paham padaku"
" Humm?"
" Aku memang bukan orang Indonesia. Seperti katamu tadi, kehidupan di negaraku baik di Korea atau Swiss memang sangat bebas. Terus terang aku pernah berciuman. Tapi kalau mau jujur. I haven't sex with them" Aiden menceritakan kehidupannya sambil menenggak minuman soda di tangannya.
" Mungkin kau tidak akan percaya. Tapi justru itulah kenyataannya. Dan aku baru pertama kali mengakui ini depan orang lain. Dan hanya kepadamu. Kalau di negaraku, Aku mungkin akan jadi bahan tertawaan teman-temanku di sana"
" Haah?? Di tertawakan?"
" Ya..begitulah kenyataannya. Mereka semua berperilaku seperti itu. Kissing, Wine, dan berakhir di hotel itu sudah lumrah bagi mereka. But not for me. Disgusting!!"
" Aku tahu soal itu, tadinya ku pikir Oppa juga seperti itu. Maaf aku sudah salah mengira"
" Well, its okay. Maka dari itu. Ku harap kau bisa duduk dengan nyaman di sini. Sambil kita menunggu Andy datang nanti malam. Aku akan sambil bekerja" Aiden mengambil laptopnya dan mulai bekerja.
Senja bernafas lega. Sangat bersyukur bisa tahu hal yang beda dari Aiden. Itu membuatnya ingin memberikan sedikit kepercayaannya pada Aiden. Senja meminum Kopi kaleng di tangannya. Tersenyum melirik Aiden yang sudah sibuk dengan laptop dan handphonenya. Mengambil earphone di tasnya, memilih mendengarkan musik agar tidak bosan. Sambil membuka handphonenya dan melihat hasil jepretannya tadi. Memposting ke social media dan sibuk scroll sendiri isi social media miliknya. Sepertinya siang ini Senja bisa menikmati liburannya.
.
.
.
Aiden ...
🥰🥰🥰🥰🥰🥰