NovelToon NovelToon
Strange Rebirth

Strange Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lemonia

Reyna dikirim ke masa lalu setelah berhasil menjebloskan suaminya kedalam penjara.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa aku kembali saat aku sudah terbebas dari baj*ngan itu?"

.

"<Bos! kamu membuat mereka lebih dekat! Lakukan sesuatu bos!>"

"Biarkan saja dulu. Sistem, dimana tokoh antagonis sekarang?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9: Adel

"Wajahmu masih sangat pucat, yakin masih ingin bertemu dengannya?" Bulan bertanya memastikan, dia tidak tau yang sebenarnya terjadi namun Reyna berteriak minta tolong dengan wajahnya yang sangat pucat. Tidak hanya itu, Bulan tau bahwa sahabatnya berkeringat dingin seperti orang yang ketakutan.

Menurut kesaksian siswa yang melihat mereka bertengkar, Radit tampak sangat marah dan mencengkram lengan Reyna sangat kuat, terbukti salah satu tangan Reyna memerah. Reyna yang memberontak tidak sengaja mendorong Radit. Posisi mereka yang berada di tengah tangga yang sempit membuat Radit tidak bisa menjaga keseimbangannya dengan baik dan berakhir jatuh. Untungnya Radit melepaskan Reyna sehingga mereka tidak jatuh bersama.

Karena kesaksian tersebut, Reyna tidak mendapat sanksi apapun.

Reyna menghela napas panjang, merasa ada beban yang belum sepenuhnya terangkat dari pundaknya. Meskipun insiden itu tidak disengaja, dia masih merasa perlu bertanggung jawab. Setidaknya meminta maaf kepada Radit, meskipun itu tidak akan mengubah apa yang telah terjadi. Reyna tidak ingin terus mengemban rasa bersalah ini.

"Aku hanya ingin meminta maaf padanya,"

Bulan, yang duduk di sampingnya, menatap Reyna dengan tatapan penuh pengertian. "Kalau begitu aku temani," kata Bulan sambil meletakkan tangan di bahu Reyna, memberi dukungan.

Mereka sampai di UKS, ruangan itu sepi, hanya terdengar dengungan kipas angin. Guru penjaga tidak berada di tempat, meninggalkan Radit yang duduk di salah satu ranjang, mengusap wajahnya dengan kasar. Dia terlihat seperti frustasi dan bingung. Ketika merasakan kehadiran seseorang di dekatnya, Radit seketika menoleh.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Reyna begitu mata mereka bertemu, suaranya lembut namun penuh kekhawatiran.

"Aku.. merasa pusing. Sepertinya kepalaku benjol," jawab Radit pelan, tangannya meraba benjolan di kepalanya.

"Kamu jatuh dari tangga, tentu saja benjol. Untung saja tidak mengalami gegar otak." celoteh Bulan dengan nada cemas, mencoba menyembunyikan rasa khawatirnya dengan sedikit humor.

Radit tampak terkejut, "aku jatuh dari tangga?"

"Jangan bilang kamu beneran gegar otak?" Bulan bertanya dengan nada khawatir, mengangkat alisnya dan menatap Radit dengan cemas. Begitu juga dengan Reyna; meskipun wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, kekhawatiran jelas terlihat di matanya.

"Entahlah, aku tidak mengingat kejadian baru-baru ini." Radit mengerutkan kening, mencoba mengingat sesuatu yang tampaknya kabur di ingatannya.

Reyna menghela napas, "Aku minta maaf, akulah yang mendorongmu jatuh." Reyna menundukan kepalanya, dia benar-benar merasa bersalah.

"Itu tidak sengaja. Lagi pula kamu yang memaksanya bicara di tengah tangga," kata Bulan, membela Reyna dan menyudutkan Radit.

"Sudah Bulan," Reyna beralih ke Radit "Pulanglah. Aku akan meminta surat dari guru piket." Reyna membuka suara mencari solusi. Merasa tanggung jawab untuk memastikan Radit mendapatkan istirahat yang baik.

"Terima kasih... Adel," Radit mengucapkan dengan nada yang tertahan, dia melirik name tag di seragam Reyna seakan lupa nama wanita itu.

Bulan tertawa kecil, "Tumben sekali kamu memanggilnya Adel. Oh atau kamu memutuskan untuk move on?" Godanya.

Radit kelabakan, "Itu... itu tidak ada hubungannya. Dan kata siapa aku akan move on? Aku masih mau berjuang,"

"Radit," Reyna memanggil sebagai peringatan.

"Aku tidak akan memaksa. Aku yang memutuskan kapan aku berhenti." Radit membalas, suaranya rendah dan penuh tekad. Mata mereka bertemu sejenak, sebelum Reyna memalingkan wajahnya memutus tatapan.

Reyna merasa Radit sedikit berbeda, cara dia berbicara dan menatapnya... seperti bukan Radit yang biasanya.

"Sekarang ayo antar aku pulang," kata Radit, memandang Reyna dengan harap. "Kepalaku masih sangat pusing, tidak mungkin aku membawa motor sendiri."

"Kalau begitu naik taksi saja," jawab Reyna, ragu.

"Biar aku yang meminta izin guru piket. Kamu antar saja dia pulang," kata Bulan sambil menyentuh bahu Reyna dengan lembut.

Reyna menatap Bulan sejenak, kemudian mengangguk. "Baiklah," jawabnya akhirnya, menerima tanggung jawab itu.

...****************...

Setelah mendengar dari Bulan, Bintang segera menyusul Reyna. Ia berlari dari lantai tiga menuju gerbang sekolah dengan napas tersengal. Semoga saja masih sempat, doanya. Dan benar saja, dia melihat Reyna dan Radit masih di lobi, berjalan beriringan.

"Reyna!" panggilnya dengan suara sedikit Serak sembari menghampiri. "Aku yang mengantarnya pulang." katanya sambil menunjuk ke arah Radit tanpa melihat orang yang ditunjuk sama sekali. Ia fokus tersenyum dan mengatur napasnya Setelah berlari.

Reyna menoleh dengan alis terangkat, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Ha? Ku kira hubungan kalian tidak akur?"

"Memang tidak," jawab Bintang sambil memutar bola matanya, ekspresi wajahnya menunjukkan sedikit keengganan. "Tapi, bukankah lebih mudah jika laki-laki yang mengantarnya? Aku juga membawa motor, bisa sampai di rumahnya lebih cepat, " ujarnya lancar, dia memang pintar jika mencari alasan.

Radit mengerutkan kening, menggelengkan kepalanya. Jelas tidak senang. "Tidak mau! Kepalaku sangat pusing, bagaimana bisa aku membonceng dengan kebut-kebutan di jalan? Apa kamu mau aku memeluk perutmu agar tidak jatuh?" Radit menambahkan dengan nada penuh sarkasme.

Bintang tersentak dan merasa geli. "Kamu membuatku merinding," balasnya dengan kedua tangan memeluk tubuhnya.

Radit mendengus, "kamu pikir aku tidak? Tetaplah di sekolah, jadilah siswa yang baik." Radit menepuk kepala Bintang beberapa kali yang langsung ditepis kasar empunya kepala. Mereka terlihat seperti Tom & Jerry yang keluar dari kartun, Membuat Reyna hampir tertawa.

Lobi sekolah itu ramai dengan murid-murid yang berlalu lalang, beberapa menoleh penasaran pada mereka bertiga. Reyna menarik napas panjang, mencoba mengendalikan situasi. "Bintang, aku ingin menerima saranmu, namun kamu adalah siswa baru di sekolah. Kamu tidak bisa membolos di hari pertamamu, kan?" katanya dengan lembut, matanya memandang Bintang dengan harapan agar ia mengerti.

Seperti anak anjing yang dimarahi majikannya, Bintang memasang wajah melas. Wajahnya yang biasanya ceria kini terlihat lesu. Ia mengangguk menurut, "Baiklah, kalau kamu bilang begitu," Jawabnya dengan suara pelan, kecewa namun patuh. Ekspresi wajahnya berubah menjadi pasrah, matanya sedikit tertunduk.

"Berhentilah berakting seperti itu!" Radit tidak tahan dengan perubahan sikap Bintang. Wajahnya yang pucat karena pusing berubah menjadi kesal. "Lagipula siapa orang ini? Kenapa dia tiba-tiba datang dan ingin mengantarku?" tanyanya pada Reyna, matanya menyipit curiga.

Bintang melotot karena kesal, Wajahnya memerah karena malu. Ia berusaha menahan amarahnya meski masih menatap Radit dengan tajam.

Reyna mendesah, dia lelah menghadapi dua laki-laki ini. Ia menatap Radit dengan sabar. "Dia Bintang. Siswa baru di kelasku," jelasnya sambil menahan keinginan untuk menggelengkan kepala. Ia menatap Bintang dengan tatapan meminta maaf, berharap dia mengerti situasinya.

"Oh," Radit mendengus lagi, masih belum puas, tapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, ayo kita pergi sekarang," ucapnya seraya menggandeng tangan Reyna. Sentuhan itu membuat Reyna sedikit terkejut, namun ia tidak menolak.

1
aca
masih teka teki
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!