Kamu sepuluh aku sebelas. Kamu selingkuh, aku balas.
Ketika perselingkuhan menjadi sebuah permainan dan menjadi satu-satunya cara untuk membalaskan sakit hatinya akan pengkhianatan. Sanggupkah rumah tangga Theo dan Laura bertahan disaat pondasinya mulai runtuh perlahan?
Mengetahui Theo bermain api di belakangnya, tak lantas membuat Laura menuntut klarifikasi saat itu juga. Laura justru membalas permainan Theo dengan cara yang sama.
Diam-diam Laura pun bermain api di belakang Theo. Sampai akhirnya perselingkuhan Laura terbongkar ketika Laura menyatakan dirinya hamil.
Bagaimanakah kisah Theo dan Laura dalam menjalani biduk rumah tangganya? Ikuti kisah selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22
BSM Bab. 22
Hingga malam semakin larut, Laura tak jua memejamkan matanya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, tapi kantuk belum juga menghampiri.
Duduk bersandar di atas tempat tidur, Laura menunggu gelisah. Theo belum juga pulang setelah mereka berpisah di perayaan ulang tahun Mika sore tadi.
Perasaan Laura dibuat tak karuan setelah beberapa kali ia mencoba menghubungi Theo, tapi ponsel Theo malah tidak aktif. Tangannya gemetaran, dadanya terasa sesak, sebab ia yakin jika saat ini Theo sedang bersama Feli.
Laura hendak turun dari tempat tidur, bermaksud ingin mengambil segelas air dingin untuknya saat ia mendengar suara deru mobil yang baru saja tiba. Laura pun urung turun dari tempat tidur, lekas ia berbaring, berpura-pura tidur. Tak perlu ia keluar untuk membukakan pintu, karena Theo membawa kunci cadangan hari ini.
Laura pun memejamkan matanya rapat saat terdengar suara derit pintu terbuka. Disusul suara derap langkah mendekat. Jantungnya berdegup kencang, dadanya kembang kempis menahan luapan emosi. Namun ia harus bisa menahannya.
Theo membuka pakaian, menggantinya dengan pakaian untuk tidur. Theo kemudian naik ke tempat tidur, membaringkan diri di sebelah Laura yang berbaring memunggunginya.
Merasakan Theo sudah berbaring di sampingnya, Laura lantas berpura-pura terbangun. Sedikit menggeliat, kemudian berbalik ke arah Theo. Sembari berpura-pura menyipitkan matanya, seolah tengah menatap nanar wajah Theo.
“Kamu sudah pulang, Yang? Sudah jam berapa ini?” tanya Laura berpura-pura.
“Sudah larut malam, tidurlah.” Sembari mengulurkan tangan, mengusap lembut sebelah pipi Laura. Untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya.
“Kamu sudah makan?”
“Sudah. Jangan risaukan soal itu. Kamu tidurlah, istirahat. Kamu pasti capek kan?”
Laura tersenyum. “Ya sudah.” Kemudian berbalik, kembali memunggungi Theo. Tak bisa melihat apa yang dilakukan Theo, ia hanya bisa menajamkan pendengaran sembari menerka-nerka.
Laura bisa merasakan kalau Theo belum tidur. Penerangan di dalam kamar hanya berasal dari lampu tidur. Sehingga masih bayangan Theo yang sedang bermain ponsel memantul pada dinding kamar. Ia memperhatikan bayangan itu.
Selang beberapa menit kemudian, Theo turun dari tempat tidur. Lalu keluar kamar sambil membawa ponsel.
Merasa curiga, Laura pun diam-diam mengikuti Theo. Ia bergerak se-pelan mungkin, agar tidak menimbulkan bunyi apa pun. Derap langkahnya bahkan dibuat seringan mungkin. Membuka pintu kamar dengan super hati-hati, ia kemudian menuju samping rumah. Di mana Theo sedang melakukan panggilan video dengan seseorang.
Diam-diam Laura mengintip dari balik pintu yang menyisakan sedikit cela. Dengan dada bergemuruh ia melihat jelas Theo sedang melakukan panggilan video dengan Feli. Meski Theo memelankan nada suaranya, namun masih sampai ke telinga Laura.
“Sayang, aku masih kangen.” terdengar rajukan Feli di seberang sana. Samar sampai ke telinga Laura yang sedang mengintip.
“Ya ampun, Fel. Kamu tahu ini sudah jam berapa? Kamu ada-ada saja, deh. Tolong jangan menghubungiku di jam seperti ini kalau hanya untuk mengatakan itu. Aku tahu kamu kangen. Besok kita ketemu lagi, kan?” pungkas Theo memelankan nada suaranya.
“Memangnya kenapa? Tidak boleh aku mengekspresikan kangenku ini? Aku tuh iri sama istri kamu, yang bisa tidur disamping kamu setiap hari. Kapan-kapan nginap di tempatku, ya?”
“Astaga, Fel. Aku tidak tahu kamu ini terbuat dari apa. Kalau kamu bersikap seperti ini terus, lama-lama Laura bisa tahu hubungan kita.“ Theo menoleh sejenak ke arah pintu, memastikan keadaan aman-aman saja.
Melihat Theo menoleh, lekas Laura menarik kepalanya, bersembunyi dibalik daun pintu itu. Kembali ia mengintip setelah Theo menoleh, memandangi kembali layar ponsel. Yang menampilkan Feli dalam balutan pakaian minim dan seksi.
Laura deg-degan luar biasa. Jantungnya berdegup kencang, didera sakit hati, amarah, juga cemburu. Namun ia tak boleh gegabah.
“Makanya, Kak Theo sayang. Tolong sisihkan waktu untukku. Aku juga ingin merasakan bagaimana rasanya hidup bersama kamu. Bagaimana rasanya memiliki kamu seutuhnya. Lama-lama aku bisa gila Kak.” Feli terdengar merajuk. Rayuan manisnya laksana mata pisau, tajam menembus relung hati Theo. Namun perih mengiris kalbu Laura.
“Itu mustahil, Fel. Mana bisa aku tinggal dan hidup bersama kamu.”
“Bikin saja alasan yang masuk akal. Istri kamu itu kan gampang dibodohi. Dia pasti percaya kalau kamu memang sibuk.”
“Tidak bisa, Fel. Laura pasti bakal curiga.”
“Tinggal cari alasan apa susahnya, Kak. Lagian Laura setiap hari sibuk di toko kan? Mana punya waktu dia buat melayani kamu di ranjang. Kalau bersamaku, setiap saat pun aku bisa. Memangnya kamu tidak ingin?”
Theo tampak berpikir sejenak.
Sementara Laura setengah mati menahan geramnya, kesalnya, amarah yang kian ditahan malah kian meletup-letup. Matian-matian Laura menahan emosi meski jiwa raganya tersakiti. Ia tak menyangka, pria yang telah dipercayainya sepenuh hati itu justru tega mengkhianatinya seperti ini.
“Ya sudah, nanti aku pikirkan,” sahut Theo pada akhirnya.
“Jangan cuma dipikirkan, Kak. Tapi cari alasan yang tepat. Yang tidak akan membuat Laura curiga. Lagian, istri kamu itu oon. Buktinya selama ini dia percaya-percaya saja kan sama kamu? Jadi, mustahil dia bakal tahu hubungan kita.”
“Iya, iya. Aku akan cari alasan. Tapi tolong jangan memaksa.”
Ya Tuhan!
Laura sampai membekap mulutnya saking tak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia dengar sendiri. Mengapa Theo begitu tega mempermainkannya seperti ini. Diam-diam Theo selingkuh di belakangnya. Dan bodohnya, ia malah tak pernah menyadari hal itu.
Lekas Laura menyeka air mata yang telah jatuh membasahi pipi ketika dilihatnya Theo sudah mengakhiri panggilan video. Lekas pula ia beranjak pergi ke kamarnya dengan langkah seringan mungkin sebelum Theo menyadari keberadaanya.
Begitu sampai di kamar, cepat ia naik ke tempat tidur, merebahkan diri di sana dengan posisi seperti semula. Ia pejamkan matanya rapat-rapat. Sejuta sebah di dada, sebisa mungkin ia menahannya.
Cahaya temaram di dalam kamarnya itu cukup bisa menyembunyikan air matanya yang kembali menetes. Tangannya terkepal kuat, dadanya serasa ingin meledak saat ini. Saking menahan sakit yang luar biasa perih sampai menyiksa jiwa.
Memasuki kamar, Theo memperhatikan Laura. Yang tampak tertidur pulas seperti sewaktu ia tinggalkan. Theo pun menghembuskan napasnya lega. Kemudian naik ke tempat tidur usai menyimpan ponsel di meja nakas.
Theo lantas menoleh ke kiri, memandangi punggung Laura. Raut wajahnya seperti tampak sedang berpikir. Detik berikutnya ia memiringkan tubuhnya, lalu mengulurkan tangan kanannya, meraih Luara ke dalam dekapannya.
Sekuat tenaga Laura menahan desakan isak tangisnya. Agar tidak pecah begitu saja. Meski sakit jiwa raganya saat ini, ia akan berusaha menahan, menyimpan rahasia ini, sampai waktunya tiba untuk ia ungkap kebenarannya.
“Laura, kamu sudah tidur?” Theo berbisik.
Namun Laura bergeming. Matanya semakin terpejam rapat. Sebisa mungkin ia mengatur pernapasannya agar terkesan tidurnya nyenyak. Jadi ia tak perlu lagi melayani Theo. Ia tahu maksud Theo bertanya seperti itu.
Padahal kemarin-kemarin, Laura sangat menginginkan aktifitas malam yang sering terlewatkan ini bersama Theo. Tapi sekarang, ia sudah tak sudi lagi.
Terdengar helaan napas Theo. Seolah pria itu kecewa lantaran Laura tak menggubrisnya.
“Ya sudah, tidurlah,” ujar Theo melepas dekapan. Kemudian berbalik, memunggungi Laura.
Theo tak tahu jika Laura sudah mendengar obrolannya dengan Feli. Theo bahkan tak tahu jika Laura tengah menahan kesakitan saat ini. Hingga malam semakin larut, Laura masih berderai air mata dalam heningnya malam. Sementara Theo telah terlelap ke alam mimpinya.
★
artinya theo sdh tdk memprioritaska. layra! hrsnya tuh venih seminggu sdh full hrsnya ditebarkan ke istrinya.ini malah ke jalang.teman laki2 saya cerita! sebajingannya laki2 tidak akan mau nikah dgn peremouan murahan! yg dgn mudah mau tidur tanpa ikatan.artinya itu bukan wanita baik tidak bagus utk ibu dr anak2nya. Gen nya Rusak,liar!!