Sekuel dari TOBATNYA SANG KETUA MAFIA.
Note: JANGAN NUMPUK BAB YA🚫
NOVEL INI MENGGUNAKAN HITUNGAN RETENSI❗
Velicia yang dikenal sebagai ratu mafia berusaha kabur dari perjodohan yang dilakukan oleh sang ayah, Dave Allen. Ia benci saat memikirkan akan menghabiskan sisa hidupnya dengan Darren si penjahat kelamin.
Velicia terpaksa bersembunyi di dalam masjid dan mengenakan sesuatu yang begitu asing baginya. Hingga akhirnya ia dipertemukan dengan seorang laki-laki yang ia ketahui merupakan seorang ustadz.
"Astagfirullah! Kamu ... setan atau bidadari!" kaget seorang pria tampan dengan wajah bersinar. Saat itulah, pertama kalinya Velicia merasakan jantungnya berdegup tak biasa.
Ia akan membuat laki-laki itu jatuh cinta padanya kemudian memanfaatkannya demi memenangkan lahan milik warga yang menjadi incarannya sekaligus membuktikan eksistensinya sebagai ratu mafia.
Namun, akankah niat Velicia itu berhasil?
Atau ... senjatanya justru akan makan tuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ratu 9
Arumi dan Max, diam-diam memperhatikan interaksi antara Zayn dan Velicia. Gadis asing yang tidak mengingat siapa dirinya. Begitulah keadaan yang di tunjukkan Velicia saat ini.
"Lihatlah, Zi. Kalau semakin lama gadis itu di sini tanpa hubungan yang jelas, bukanlah itu tidak baik? Jadi, apa yang harus kita lakukan?" cecar Arumi sambil menggoyangkan lengan suaminya.
Max terlihat menghela napas kemudian menghembuskannya pelan. "Bagaimana pun, keadaan gadis itu sekarang adalah akibat perbuatan putra kita yang terlalu polos itu. Biarkan dia yang bertanggung jawab. Kalau perlu kita nikahi saja keduanya," kata Max pada akhirnya, mengeluarkan maklumatnya sebagai kepala rumah tangga.
"Tapi, gadis itu lupa siapa dirinya, Zi. Bagaimana bisa kita menikahkan anak gadis orang dalam keadaan dirinya yang tengah melupakan sebagian ingatannya?"
"Mau bagaimana lagi, Jauzatiku. Daripada jatuh kepada zina, lebih baik kita nikahkan mereka sebelum di gerebek warga. Kamu tidak mau kan, Zayn mengalami nasib seperti kita?" kata Max, dengan tatapan penuh arti pada Arumi.
"Jadi kamu menyesal, Zi!" sentak Arumi tiba-tiba. Membuat Max terkesiap kaget.
"Bukan begitu sayang. Mana ada aku menyesal. Pertemuan denganmu adalah hal terindah dalam hidupku. Awal yang pahit itu, justru mengubah segalanya. Tolong jangan salah paham. Aku hanya ingin anak kita menikah dengan cara terhormat," tutur Max penuh kelembutan.
Kedua mata Arumi langsung basah. Dia telah salah dalam mengartikan maksud suaminya. "Maaf, Zi. Arumi telah salah bicara."
"Sudahlah, Sayang. Tidak ada jalan lain selain menikahkan mereka. Sebelum --"
TOK TOK TOK!!
Belum selesai Max bicara, ada yang mengetuk pintu rumah mereka dengan kencang.
Zayn langsung bangun dari duduknya. Menjauhkan diri dari gadis berani yang terus memojokkannya ini.
"Buka pintunya, Zayn!" titah Max.
Zayn mengangguk dan langsung membuka pintu kayu rumahnya. Setelah terbuka, kini jelaslah siapa orang yang telah menggedor tanpa adab itu.
"Assalamualaikum!" sapa pria dengan kumis tebal yang kini berdiri dengan angkuh di hadapan Zayn. Ada beberapa orang pria berpakaian hijau, ciri-ciri dari pihak keamanan desa.
"Waalaikumussalam!" jawab Zayn dan Max bersamaan. Sementara Velicia hanya duduk manis menyaksikan dari tempatnya duduk tadi, tak bergeser sedikit pun. Dengan Arumi yang berada di sisinya.
"Ustadz Zayn, ada yang ingin saya dan warga desa ini klarifikasi," kata pria berkumis itu.
"Mari silakan duduk dulu, Pak Lik," kata Zayn mempersilahkan tamunya itu duduk pada kursi rotan yang terdapat di teras.
Max dan tamu itu yang duduk. Sementara Zayn dan dua pihak keamanan hanya berdiri. "Ada apa ya, Pak Wiryo kesini?" tanya Max pada pria yang menjabat sebagai rukun tetangga itu.
"Begini loh, Mas Alif. Saya mendapatkan laporan kalau di rumah ini ada perempuan asing sejak kemarin. Kebetulan, ada dua orang laki-laki yang juga kebetulan datang ke rumah saya mencari sanak saudaranya yang kemungkinan ada di desa kita ini. Boleh saya bertemu dengan gadis itu opo ndak?" kata pria berkumis itu dengan tatapan penuh curiga.
Max menatap sekilas ke arah Zayn. Kemudian ia kembali pada ketua RT yang nampak gelisah menunggu jawaban darinya. "Memang di rumah ini anak gadis, Pak. Tetapi, dia adalah calon istri dari putra saya," jawab Max dengan raut wajah tenang. Namun, tidak dengan ekspresi, putranya saat ini.
Zayn terkejut, akan tetapi semua perasaannya itu berusaha ia sembunyikan sebaik mungkin. Zayn susah payah tersenyum tipis dan mengangguk, mengiyakan ucapan abinya.
"Apa, calon istri? Kok tidak di laporkan ke saya?" cecar pria berkumis itu sedikit kesal.
"Maaf, Pak Wiryo. Semuanya di luar kendali kami. Gadis itu mengalami kecelakaan ketika datang ke sini. Saya berniat akan membawanya ke klinik lebih dulu. Setelah kondisinya sehat baru saya lapor ke Bapak untuk mengurus pernikahannya," jelas Max dengan alur yang ia karang secara singkat itu. Untung saja otaknya cukup cerdas untuk saat-saat seperti ini.
Tak apalah berbohong sedikit demi menjauhkan tuduhan yang bersifat fitnah. Bagaimana pun Max harus menjaga nama baik dan kepercayaan bagi putranya.
"Baiklah kalau begitu cerita yang sebenarnya. Lain kali langsung laporkan saja pada saya. Agar tidak terjadi omongan miring. Apalagi, keluarga Mas Alif ini kan cukup terpandang. Belum lagi Ustad Zayn adalah salah satu ulama muda di desa ini. Maaf, apabila kedatangan saya sudah mengganggu dan mengejutkan. Kalau begitu sebaiknya di urus secepatnya," kata pria berkumis itu sebelum benar-benar pamit.
Max dan Zayn mengangguk kemudian menyalaminya. Selepas kepergian para tamu. Max, menarik putranya itu ke dalam rumah.
"Kau ini, Zayn. Hampir saja bikin Abi kena serangan jantung!" sentak Max. Ucapan kerasnya itu membuat sang putra hanya bisa menunduk penuh sesal. Zayn tidak membantah sedikit pun ucapan orangtuanya.
"Maaf, Bi. Jantung Zayn juga hampir copot tadi. Apalagi pas Abi bilang soal pernikahan. Apa itu serius, Bi?" tanya Zayn yang langsung mendapatkan pelototan dari Max.
"Kau pikir, Abi main-main saat mengatakannya? Kau yang membawa gadis itu kerumah ini dalam keadaannya yang terluka. Itu artinya kau harus bertanggung jawab. Nikahi lalu obati sampai sembuh!" titah Max tegas. Arumi hanya diam tak ikut bicara. Wanita itu menahan napas acapkali suaminya bersikap tegas terhadap putranya itu.
Velicia tersenyum tipis sekali. Hingga tidak ada yang menyadarinya. Gadis itu rupanya senang sekali karena keinginannya untuk di nikahi sang ustadz tampan akan segera terjadi.
*
*
"Maafkan Vel, mom, dad. Misi ini akan menunjukkan bahwa Vel bisa melakukannya tanpa bantuan si brengsek Darren itu! Maaf, kalau Vel menikah tanpa kalian."
Di dalam kamar, Velicia mengeluarkan ponsel dan alat lain yang ia sembunyikan.
"Moana, kirimkan berkas tentang lahan itu melalui emailku!" titah Velicia pada orang kepercayaannya.
aku tak otw ke lapak papa Dave 🤭