Setelah setahun menjalani pernikahan Palsu, Rendi tidak tahu jika Devi mengandung putranya. Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Dev dengan Rendy setelah kelahiran putranya itu??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dag Dig Dug ser!
*Srakk!!
Mataku yang sedari awal sudah lima watt karena ngantuk berat tiba-tiba membelalak sempurna saat Mas Rendi tiba-tiba berada diatas ku.
Jantungku berdegup kencang saat tak sengaja beradu pandang dengannya.
Ya Tuhan, sebenarnya apa yang dia rencanakan.
"Katakan sesuatu?" tanyanya sambil menatap kearah ku
Aku berusaha bersikap normal dan mengatur nafasku agar tidak terlihat gugup.
"Apa??" jawabku
"Sepertinya malam ini ada yang ingin mengecek keaslian pernikahan kita, so ada yang harus kita lakukan malam ini untuk membuatnya percaya," jawab Mas Rendi
"Maksudnya?!"
"Ah!" seruku
"Lagi!"
"Oh no!" rancau ku
"Lebih dramatis lagi!" sahut mas Rendi sambil menahan tawa
"Oh sayang, kamu benar-benar ganas!" seruku menahan tawa
Sementara itu di luar kamar Nyonya Rahayu tampak tersenyum-senyum sambil menempelkan telinganya di tembok kamarnya.
"Dasar pengantin baru, sepertinya mereka gak tahu kalau aku sedang mendengarkan mereka di sini!" celetuknya sambil menahan tawa
"Gimana mas?" tanyaku
"Good, aktingmu luar biasa," jawab Mas Rendi
"Tetaplah mendes*h, sampai aku bilang stop!"
"Ok,"
Mas Rendi kemudian berbaring di samping ku sambil memberikan kode padaku untuk mendes*h. Hampir 15 menit lamanya aku harus mengatur ritme suara agar terlihat natural.
Sementara itu ku lihat Mas Rendi sudah terlelap.
Syukurlah, akhirnya selesai juga tugas berat ku malam ini.
Ku lihat Mas Rendi begitu tampan meskipun ia sedang tertidur pulas. Andai saja ia benar-benar suamiku, pasti aku bisa menyentuhnya.
Ah, Ya Tuhan maafkan aku yang sudah berpikir enggak-enggak tentang Mas Rendy. Tapi sebenarnya normal juga, apalagi aku ini istrinya. Walaupun aku hanya istri palsunya tetap saja aku juga memiliki hasrat padanya.
Segera ku tepis angan-angan tentang Mas Rendy, Aku berusaha memejamkan mata dan tidur agar besok tidak bangun kesiangan. Tapi sudah berbagai cara kucoba tapi tetap saja aku tidak bisa tidur. Rasa tegang membuatku tak bisa rileks hingga aku susah untuk terlelap.
Aku tidak bisa terlelap di samping Mas Rendy, jadi aku pun memutuskan untuk kembali tidur di sofa mungkin di sana aku bisa tidur dengan nyenyak.
Benar saja, baru beberapa saat aku memejamkan mata tiba-tiba rasa kantukku mulai datang menyerang hingga aku pun terlelap.
Samar-samar, ku buka mataku saat aku mendengar suara ponsel berbunyi.
Mas Rendi buru-buru berlari mengambil ponselnya yang tergeletak di meja.
"Oh no!!"
Aku benar-benar terkejut saat melihat Mas Rendi hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
*Deg!!
Oh my God, pagi-pagi aku sudah di buat spot jantung saat harus melihat roti sobek Mas Rendy.
Reflek aku langsung memalingkan wajahku.
"Syukurlah kamu sudah bangun, oh iya tolong ambilkan pakaian kerjaku di lemari," ucapnya
"Baik," aku segera bangun dan bergegas menuju ke lemari.
Ku ambil satu stel pakaian kerja miliknya lengkap dengan pakaian dalamnya.
Aku memberikan pakaian itu sambil menunduk. Tentu saja aku tak berani menatapnya secara langsung.
"Sekarang berbaliklah!" seru Mas Rendi
"Ya!" jawabku kaget
"Sekarang berbaliklah, aku mau ganti baju!" serunya sambil membalikkan badanku
"Ok tetap seperti itu sampai aku bilang boleh berbalik!" imbuhnya
Aku langsung mengacungkan jempol ku pertanda setuju.
Ya ampun mas, bagaimana bisa dia berganti pakaian di sini, bikin panas dingin saja.
Tidak lama ia pun menyuruhku berbalik. Aku buru-buru melirik jam Beker yang tergeletak di meja.
"Oh my God, aku bangun kesiangan. Bagaimana ini aku belum mandi, belum bikin sarapan, kalau telat gimana, apalagi ada mamah mertua di sini. Gak mungkin kan aku berangkat kerja tanpa membuatkan sarapan untuknya??"
Aku buru-buru bergegas keluar kamar untuk memasak.
Aku terkejut saat melihat Mamah sedang menyiapkan sarapan.
"Maaf mah aku bangun kesiangan," ucapku dengan wajah panik
Nyonya Rahayu tersenyum menatapku.
"Gak papa sayang, namanya juga pengantin baru, jadi wajar saja kalau bangun kesiangan," jawabnya sumringah
"Makasih banyak ya mah sudah mau ngertiin aku," jawabku
"Sama-sama sayang," jawab Nyinya Rahayu dengan senyuman sumringahnya
"Mamah mau masak apa?" tanyaku
"Mau masak nasi goreng kesukaan Rendy," jawabnya
"Kalau begitu Biar aku saja yang membuatkan sarapan untuk Mas Rendy Mama sebaiknya duduk manis aja di meja makan," ucapku
"Tidak bisa sayang, karena Rendy hanya mau makan nasi goreng buatan mamah,"
"Ok, kalau gitu mamah duduk saja sambil kasih pengarahan kepada ku, aku yakin bisa membuat nasi goreng spesial dengan arahan mamah," ucapku
"Ok," jawab mamah mengerlingkan matanya
Selama hampir satu jam aku dan nyonya Rahayu bekerjasama membuat nasi goreng, setelah selesai akupun memanggil mas Rendi untuk sarapan.
Sementara mas Rendi sedang sarapan dengan mamah aku segera memanfaatkan waktu untuk mandi. Tak butuh waktu lama aku segera bergabung di meja makan dengan mereka.
Tak ku sangka kali ini mas Rendi menyukai nasi goreng buatanku. Ia begitu lahap hingga nambah dua kali. Aku begitu senang melihatnya. Walaupun aku tahu ia mengira itu adalah masakan mamah setidaknya aku sedikit bangga karena bisa menaklukkan selera makannya.
Mamah melirik kearah ku dan mengacungkan jempol padaku.
Pagi itu aku dan Mas Rendi pergi ke kampus bersama. Lagi-lagi semuanya karena mamah, aku tahu mas Rendi tak mau mamah tahu kalau sebenarnya selama ini kami menjalankan pernikahan palsu. Untuk meyakinkan beliau, pagi itu Mas Rendy bersikap romantis kepada ku.
Ah, seandainya saja setiap hari mamah di sini mungkin kami sudah menjadi pasangan sungguhan.
"Aku jalan dulu ya mah, hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa telpon Devi saja mah," ujarku berpamitan
"Iya sayang, kamu juga semangat kerjanya. Jangan terlalu cape ya agar kamu bisa cepat memberikan cucu buat mamah," tandasnya begitu sumringah
Mamah bahkan sampai mengantar kami sampai depan mobil. Aku melambaikan tanganku saat mobil meninggalkan garasi.
Syukurlah hari yang menegangkan sudah berlalu. Sekarang aku harus fokus untuk melanjutkan pekerjaan ku di kampus.
Selama perjalanan ke kampus suasana kembali menjadi hening. Tak ada obrolan apapun diantara kami hingga membuat ku jenuh dan ngantuk.
Tidak lama mas Rendi membangunkan aku karena sudah sampai. Aku segera merapikan penampilan ku dan turun.
Sudah menjadi pemandangan yang biasa jika semua orang akan memandang iri saat melihat kedatangan kami di kampus.
Mas Rendi selalu menggenggam erat jemari ku saat di kampus. Bukan itu saja, ia seolah Selalu bersikap romantis kepada ku. Padahal semuanya itu hanya pura-pura.
Kamipun berpisah saat aku harus masuk ke kelas dan Mas Rendi harus masuk ke ruangannya.
pantas saja mereka mendukung kesaksian Devi
giliran perselingkuhannya dengan Nayla terbongkar eeeh dia langsung pura-pura sok alim dan merasa jika semua aset yang ia terima itu adalah murni miliknya
soookooor
rasain noooh
kok jadi curiga neeeh