NovelToon NovelToon
Siapa Aku? (Cinta Ku Ada Di Alam Lain)

Siapa Aku? (Cinta Ku Ada Di Alam Lain)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Mafia / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: M.L.I

Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua kancing itu berbeda-beda. [2]

✨AGAR MEMUDAHKAN MEMAHAMI ALUR, BACA

SETIAP TANGGAL, HARU, DAN WAKTU DENGAN

BAIK

✨PAHAMI POTONGAN-POTONGAN CERITA

✨BERTYPE ALUR CAMPURAN (MAJU DAN

MUNDUR)

^^^Selasa, 21 Juni 2022 (09.12)^^^

“ Hei! “

Natha terkejut, dia terperanjat hebat. Sampai oleng dari kursi yang dia naiki.

Greppp!

Sejenak sunyi, menyisakan suara saliva yang di telan susah, itu berasal dari tenggorokan Natha. Yang bungkam sesuai dengan pandangan wajahnya kala itu.

Natha terkejut dan membeku, menatap lebar pada atensi wajah seorang pria yang sedang menangkapnya dengan kedua tangan dari bawah.

Segera Natha membenahi diri untuk bangkit, dia kikuk sejenak, bingung harus berterimakasih seperti apa. Pasalnya saat ini Natha seakan habis di pergok mengintip siaran cctv lewat pentilasi.

Karena niat gadis itu yang semula ingin masuk ke ruangan cctv, demi mencari rekaman camera pada hari kemarin, dalam ruangan kelasnya.

Sialnya Natha tidak menemukan cara untuk masuk, banyak satpam yang berjaga di sekiran pintu depan, dia juga sudah mencoba untuk meminta izin secara baik-baik.

Tapi mereka kukuh enggan memberikan kesempatan, mengatakan jika rekaman cctv yang ada di sekolahan ini sangat rahasia, takut jika ada orang yang akan menyebarkan rekaman di sini lagi dan membuat seluruh kegiatan yang ada di sekolah menjadi bocor.

Harus Natha akui memang sejauh hari berlalu dia belum pernah melihat situs manapun yang pernah memberikan bocoran perihal aktivitas siswa Sekolah Menengah Atas Jaya Pura, termasuk lewat cctv.

Banyak berita yang menyebar, tapi tanpa bukti nyata yang bisa di lihat pakai mata. Makanya berita itu lenyap begitu saja, dan menjadikan sekolahan ini begitu rahasia dan misterius.

Wajar tradisi untuk tidak membiarkan orang yang tidak berkepentingan di larang masuk, menjadi aturan umum dan ketat.

Lamun anehnya lagi banyak siswa lulusan sekolah ini yang menjadi sukses, terkenal, berpendidik, juga disiplin dan bermoral.

Menjadikan berita buruk tersebut hancur begitu saja, digantikan antusiasme para orang tua yang malah berbondong-bondong ingin memasukan anak mereka ke Sekolah Menengah Atas Jaya Pura, padahal tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi di di dalamnya.

Seperti hukuman terhadap dua anak sekolah antara Iefan dan Aslan kemarin. Mungkin jika publik tahu, mereka tidak akan tinggal diam, dan pastinya menganggap cara ajaran di bawah naungan pria bernama panggilan Fredrik tersebut terlalu keras.

Itulah juga mengapa sekarang Natha malah beralih mengintip ke pentilasi ruang cctv, guna mencari peluang atau cara untuk masuk keruangan di saat para satpam keluar maupun lengah.

Dia tidak punya pilihan atau rencana lain. Namun naasnya malah di pergok oleh seorang siswa, yang juga menjadi penyelamatnya saat jatuh terjungkir ke belakang dari atas bangku.

Sedikit Natha merasa beruntung karena orang yang memergokinya itu adalah siswa dan bukannya satpam atau guru. Karena jika hal itu terjadi, mungkin saja dia bisa langsung di hukum atau di keluarkan dari sekolah.

“ Eumm… lu ngga papa? “ Lelaki itu buka suara, tapi tampak setengah menahan tawa. Dia menyeringai kecil melihat wajah Natha.

Natha kikuk. “ A-Gu-gue ngga papa. Eum.. lu… kenapa ketawa? “

Lelaki itu tersenyum lebar, dan mencoba menghentikan rasa tawanya. “ Ngga papa, gue cuma lucu aja liat muka lu. “

Sebenarnya Natha tak berniat untuk mengobrol dengan lelaki yang baru saja menolongnya. Dia panik takut jika lelaki itu akan melaporkan dirinya.

Jadi Natha hendak pergi untuk melarikan diri sebelum di ketahui namanya. “ Ah ya-udah. Gu-gue… pergi dulu ya! “ Dia menyimpul senyum tak enak. Segera melangkah pergi untuk menjauh.

“ Eh iya! Makasih juga buat bantuan lu. “ Teriak Natha sambil setengah berlari.

Lelaki yang di tinggal hanya diam kebingungan, di saku kanannya bertuliskan nama Aldebaron, tapi juga tak berkutik ketika Natha pergi. Malah mengangkat tangan seakan memberikan lambaikan yang diam.

Hal itu tak sengaja mencuri kecil perhatian Natha yang sempat menoleh, memerhatikan sekilas plester luka yang menempel rapi di jari-jemari lelaki tersebut.

^^^Selasa, 21 Juni 2023 (09.50)^^^

Derap kaki melangkah cepat, melaju atas tapakan lantai koridor, berderu dengan keringat dan jantung yang berpacu cepat.

Hingga masuk menyelinap ke dalam sebuah ruangan, menjadikan tempat itu sebagai wilayah yang aman untuk bersembunyi.

Ada dengkuran lega saat insan itu berhasil masuk, dia mengelus dada perlahan, merasa tenang saat menyadari tidak ada manusia yang dia maksud mengikut dari belakang.

“ Ngapain? “

Berdesir darah dan jantung Natha terperanjat lagi, gadis itu terkejut hebat. Spontan menoleh ke manusia yang bersuara dari kursi belakang kelas.

Nathalah insan yang melarikan diri sebelumnya, dia hanya mencoba menjauh dari pria yang raganya temukan di dekat ruangan cctv. Takut jika lelaki itu mengikuti dia sampai ke kelas.

Siapa sangka setelah seperkian detik merasa lega, malah kembali di kejutkan, akan eksistensi Aslan yang juga merupakan pelaku buka suara sebelumnya.

Laki-laki itu tengah tertidur di dalam kelas, tapi sadar dan berbicara kepada Natha dalam posisi setengah terbaring menjadikan lengan kanannya sebagai bantal.

Padahal tadinya Natha berpikir kelas tersebut telah sepi, terlihat dari tidak adanya penghuni ribut riuh seperti pagi sebelumnya. Walau sebenarnya dia juga tidak tahu kemana perginya siswa-siswi lain di kelas ini.

Natha diam enggan merespon, matanya salah fokus ke lengan kanan Aslan yang terbuka oleh hembusan angin, terlihat goresan luka bekas kejadian tadi malam.

Membuat kepala Aslan perlahan bangkit, merasa dirinya di acuhkan tanpa sahutan. Aslan menyorot wajah Natha yang masih berada di dekat pintu.

Sadar jika gadis itu memadangi luka di lengannya yang sedari pagi dia tutup, sengaja beringsut gerak menurunkan lipatan kemeja yang dikenakan untuk menutup kembali.

Natha merasa peka, lantak tak banyak suara, dia ingat sempat membeli beberapa plester untuk menutup luka di lutut sendiri tadi pagi, kini berjalan ke kursi belakang samping Aslan dan mengambil plester itu dari perut tas.

Kantung kain sederhana yang menjadi satu-satunya tas kepunyaan Natha, bekas digunakan pada saat Sekolah Menengah Pertama.

Sekilas Aslan hanya menatapi tas lama berwarna kecoklatan milik gadis tersebut, yang terlihat agak usang dan lusuh.

Karena merasa dirinya di acuhkan, Aslan memilih untuk menidurkan kembali kepala sendiri pada dataran meja, tidak ada respon lagi yang diberikan.

“ Sorry. “ Natha tiba-tiba berintonasi di sisi kepala Aslan, pelan dia meletakkan plester berwarna merah muda dengan gambar hidung babi ke dataran meja sang lelaki.

Bermaksud untuk duduk kembali ke kursinya, setelah pemberian sekilas.

Kenyatannya, plester yang Natha bawa adalah sisa. Di toko tidak ada penutup luka lain yang tersimpan. Alhasil Natha hanya bisa membeli plester merah muda tersebut di satu-satunya kedai apotik dekat rumah.

Natha juga bingung harus mengatakan hal apa kepada Aslan, lelaki itu telah banyak membantu dirinya, termasuk mengorbankan tubuh yang terluka dan kendaraan milik laki-laki tersebut.

Natha ingat bagaimana kaca mobil sebelah kiri milik Aslan yang retak akibat lemparan batu oleh preman-preman, karena merasa tidak puas dan gagal mendapatkan Natha serta Aslan tadi malam.

Naasnya hanya melihat dari tampilan mobil itu saja kita sudah tahu berapa mahal kendaraan tertuju, termasuk peralatan yang ada di sana.

Padahal jika kaca mobil itu hanyalah kaca biasa, sudah pasti kemarin akan pecah melihat dari kuat dan besarnya batu juga besi yang di lemparkan.

Alhasil jiwa Natha semakin tak bisa berkutik, kaca mobil biasa saja tidak mampu untuk dia bayarkan, apalagi kaca mobil dari kendaraan modern dan glamor milik Aslan.

Grepp!

Natha yang hendak kembali ke kursi tersentak, lengannya tiba-tiba saja di tahan, tentu berasal dari Aslan yang kini mulai membangunkan kembali kepalanya.

Laki-laki itu mengarahkan penglihatan kepada Natha dan plester yang gadis mungil di sebelah berikan secara bergantian.

“ Cih. “ Bibir Aslan naik sebelah tersungging kecil. Dia mengambil plester bergambar hidung babi menggunakan tangan kiri. Memperhatikan sejenak benda pipih dan tipis dari hamparan mejanya.

Saliva Natha turun menelan susah. Gadis itu sudah parno, tubuhnya panas dingin memantau iras Aslan. Dia belum bisa membayangkan cara untuk menjawab jika laki-laki itu minta biaya ganti rugi.

“ Bertanggungjawablah. “ Naik tangan laki-laki itu justru membentang lurus di depan wajah Natha. Mengejutkan sekaligus membuat bingung gadis yang berdiri di depannya itu.

Sampai-sampai Natha terpelonggo mendengar. “ Ha? “

Aslan tak menjawab, matanya berpindah mencari sesuatu di belakang Natha, muncul pemikiran ide dengan tiba-tiba.

Srettttt!!! Grepp!

Degupp…! Degupp…! Degupp…!

Angin bertiupan lembut dari jendela, tirai di kelas melayang-layang, menyapu lembaran buku yang terbuka beberapa halaman akibatnya.

Sorak sorai siswa yang bermain di lapangan berdengung, memenuhi kesunyian sejenak, antara pandangan intim kedua insan berbeda jenis kelamin di ruangan sana.

Saat itu kedua bola mata Natha membelalak, memandangi dengan terkesiap, di satukan ritme jantung gadis itu yang berpacu cepat.

Dia mematung tak berkutik, merasakan hembusan nafas Aslan yang berada 5 cm dari wajahnya.

Menelisik ke dua belah kornea mata Aslan yang berwarna coklat, termasuk bibir ranum dan merah muda yang tertata rapi di bawah hidung mancung laki-laki tersebut.

Sekilas menjadikan Natha dejavu, akan kejadian tadi malam antara dirinya dan Aslan.

^^^Senin, 20 Juni 2022 (23.25)^^^

Natha tertidur lelap di dalam mobil, tubuhnya banyak kehabisan tenaga. Termasuk banyaknya luka dan memar yang bersarang.

Saat itu Aslan sengaja duduk di luar depan mobil, dia hanya menyantai seiring mengisap vape sambil menikmati malam, peka dengan keadaan Natha yang masih lelah dan trauma saat berdekatan dengan laki-laki.

Membiarkan jaket kepunyaan dia digunakan Natha, walau tubuh dan beberapa luka di kemeja putih lelaki itu tampaknya juga perlu untuk di tutupi.

Natha yang perlahan sadar mengerakan bola mata melirik Aslan di area luar, lewat kaca depan mobil. Pandangannya masih setengah dan pudar, bayang-bayang punggung laki-laki itu sedikit demi sedikit mulai jernih.

Natha sendiri bingung harus berbuat atau mengatakan hal apa bagi laki-laki yang telah menyelamatkan nyawanya itu, mengingat kejadian beberapa menit lalu ketika pertemuan pertama dirinya dan Aslan dalam mobil.

Hawa takut dan traumanya belum usai, dia baru mengalami kejadian yang hampir membuat hidup jiwa dan raganya mati. Makanya belum sempat untuk mengeluarkan kalimat terimakasih.

Setengah sadar dan lemah, Natha melirik bungkusan obat di sisi kanan bawah kocek mobil. Terlihat ada beberapa minuman, roti, dan obat-obatan di dalamnya.

Tapi Natha yang lemah tak mampu berbuat, dia sadar beberapa luka di area tubuh Natha tak seharusnya untuk di obati oleh laki-laki, makanya Aslan sengaja meninggalkan obat-obatan tersebut di dalam mobil.

Terlebih pakaian Natha yang sekarang sangat tak pantas, apalagi untuk di lihat insan lawan jenis kelamin.

Sejenak gadis itu terdiam melihat jaket laki-laki tersebut yang di tinggalkan atas hamparan tubuhnya.

Merasa bersyukur malam ini, Tuhan masih berbelas kasih kepada dirinya dengan mengirimkan kedatangan pria Sekolah Menengah Atas bernama Aslan, yang sebenarnya tidak Natha kenali dan baru ia jumpai siang tadi di gedung akademik.

Di bawah deruan malam, dengan waktu yang semakin larut di jam tidur. Natha yang telah kehabisan banyak tenaga memilih untuk terlelap lagi, mungkin dia perlu mengistirahat tubuh dan jiwanya kembali agar lebih stabil.

Menutup dua kelopak yang menjadi penghalang matanya, tanpa sadar laki-laki yang dia lihat tadi sudah berjalan masuk ke perut mobil.

Dengan setengah sadar Natha mendengar suara pintu yang di tarik untuk tertutup, gadis itu tahu siapa pelakunya.

Juga tenang karena laki-laki yang telah menyelamatkan nyawanya itu tidak akan berbuat hal yang jahat, apalagi kendaraan yang Natha tumpangi sekarang milik dia. Sudah seharusnya kapan saja laki-laki itu bisa masuk ke mobil yang dia miliki.

Sejenak terlihat keadaan hening, Natha semakin terlelap di alam bawah sadarnya, tapi masih sedikit menyisakan jiwa-jiwa untuk tahu hal apa yang terjadi di sekitaran telinga.

Hingga tiba-tiba saja merasakan sensasi dingin menderu pipinya, ada sedikit nyeri yang terasa, tapi belum cukup untuk membangunkan kesadarannya yang sudah terlalu lelah.

Perlahan ada tekstur cairan kental yang mengitari luka di sekitaran wajah gadis itu, menyelinap dingin menghilangkan rasa sakit, dan berbau seperti aroma obat-obatan.

Tidak di sangka selain tindakan itu, sesuatu yang kenyal tiba-tiba saja menyentuh bibirnya. Merasakan hawa dari aroma varian rasa coklat dari vape yang menelusuk hidungnya.

“ Maaf… gue terlambat. “

^^^Selasa, 21 Juni 2022 (10.00)^^^

Glegg!

Natha menelan susah saliva, wajahnya beku dan kaku, dia diam tak berkutik dalam kepungan. Masih teringat akan mimpinya di malam itu yang begitu vulgar dan abstrak.

Gadis itu jelas sadar jika dia hanya bermimpi, hawa dingin dari salep yang Aslan obati membuat gadis itu begitu nyaman, sampai tertidur dan seolah bermimpi jika Aslan telah mendaratkan bibirnya di permukaan bibir mungil kepunyaan Natha.

Dua penglihatan Aslan yang memperhatikan raut canggung dari Natha hanya tersenyum kecil di lengkungan bibir, memunculkan cekungan mungil di sekitaran pipi si lelaki.

Posisi Aslan memperburuk suasana, tubuh tingginya condong ke arah Natha, bertemankan tangan kiri laki-laki itu yang bertumpu ke ganggang belakang kursi.

Sekaligus menjadikan bantalan punggung belakang bagi Natha agar tidak menghujam langsung kepala kursi di belakang.

Sengaja laki-laki itu berakal menarik peralatan sekolah yang bertengger belakang Natha, menjatuhkan sang korban atas kursi, sudah memperhitungkan agar Natha tidak terluka, tapi jelas bermaksud supaya gadis tersebut mendekatkan ke arahnya.

Kini sesuai rencana, dua buah bola penglihatan Aslan beranjak puas menelisik sepasang retina mata Natha bergantian, hanyut dalam senyuman kecil yang melengkungi bibir Aslan, tergerak karena mengamati intens wajah kikuk gadis yang menjadi korban.

Sadar jika gadis manis yang berada dalam kukungannya saat ini tengah berpacu hebat menggunakan detak jantung yang upnormal.

“ Eh! Ma-mau ngapain lu! “

Natha memberanikan diri buka irama kalimat, dia canggung dan panik, terlebih mengingat halusinasi tadi malam yang terlintas. Bersautkan tubuh Natha yang sudah terkepung tak berkutik depan Aslan.

Si pembuat ulah tertawa kecil setelah kejahilannya. Menaikan plaster bergambarkan hidung babi berwarna merah muda ke udara. Depan sisi kiri Natha.

Sontak membuat gadis itu menoleh ke arah tangan Aslan. Baru paham jika laki-laki itu meminta Natha mendekat untuk menempelkan plester tersebut.

“ Gue ngga bisa pasang sendiri. “ Lanjut Aslan, dia sengaja berbicara dalam jarak dekat, menatap dalam sambil tersenyum ke arah kedua belah bola penglihatan Natha.

Tangannya tetap teguh berada di posisi semula, berpegang pada tulang belakang kursi, dan membiarkan tubuhnya condong mengikis jarak ke Natha.

Raga Natha terdiam dalam sekolam waktu, dia tak bersuara, tapi memilih bergerak cepat mengambil plaster itu dari tangan Aslan. Baru paham dan merasa dirinya sudah salah mengerti dengan maksud Aslan sediakala.

Perlahan Natha menempelkan benda lengket itu di pipi kiri Aslan, menyentuh langsung sedikit permukaan wajah lelaki itu dengan telaten.

Hingga tak sengaja malah menghadiahkan pandangan mata Aslan yang rupanya sedari tadi sibuk menilisik susunan muka Natha.

Jantung gadis itu terus memompa tidak karuan, Natha sendiri ingin kesal dengan tubuhnya.

Mengapa bisa dia berdebar berada di dekat lelaki ini, padahal anak Sekolah Menengah Atas ini baru dia temui, dan memang seharusnya juga tidak memungkinkan untuk memunculkan perasaan di pertemuan pertama seperti itu. Apalagi antara mahasiswa dan anak sekolahan.

Gubrakkk!!!

Seseorang tiba-tiba saja mendobrak pintu, masuk ke kelas dengan tiba-tiba. Membuat kedua insan di dalamnya terkejut dan saling menoleh ke arah insan yang datang.

“ A-aslan… “

...~Bersambung~...

✨MOHON SARAN DAN KOMENNYA YA

✨SATU MASUKAN DARI KAMU ADALAH SEJUTA

ILMU BAGI AKU

1
psyche
Terasa begitu hidup
Axelle Farandzio
Aku nunggu update terbaru setiap harinya, semangat terus author!
print: (Hello World)
Gak sabar buat lanjut!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!