NovelToon NovelToon
Seharusnya

Seharusnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lu'lu Il Azizi

Tentang sebuah perasaan dan liarnya hati ketika sudah tertuju pada seseorang.
Rasa kecewa yang selalu menjadi awal dari sebuah penutup, sebelum nantinya berimbas pada hati yang kembali merasa tersakiti.
Semua bermula dari diri kita sendiri, selalu menuntut untuk diperlakukan menurut ego, merasa mendapatkan feedback yang tidak sebanding dengan effort yang telah kita berikan, juga ekspektasi tinggi dengan tidak disertai kesiapan hati pada kenyataan yang memiliki begitu banyak kemungkinan.
Jengah pada semua plot yang selalu berakhir serupa, mendorongku untuk membuat satu janji pada diri sendiri.
”tak akan lagi mencintai siapapun, hingga sebuah cincin melekat pada jari manis yang disertai dengan sebuah akad.”
Namun, hati memanglah satu-satunya organ tubuh yang begitu menyebalkan. Untuk mengendalikannya, tidaklah cukup jika hanya bermodalkan sabar semata, satu moment dan sedikit dorongan, sudah cukup untuk mengubah ritme hari-hari berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lu'lu Il Azizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Semakin nyata

Temanku meminta maaf dan mempersilahkan mereka duduk di tempat yang sudah di sediakan, sedangkan Ain cuma melewati ku tanpa menyapa. Wajahnya aneh, seakan menahan jengkel. Akupun juga terdiam tidak berusaha menyapanya, kepalaku masih berfikir kenapa Ain bisa dapat undangan.

“hanya perasaanku atau memang perangai Ain terlihat dingin?”batinku, sejak kapan mereka melihat tingkah kami, apakah Ain melihatnya dari awal, bagaimana jika dia berfikir macam-macam. Padahal ini hanyalah perasaan sepihak, bahkan aku tidak tau, siapa aku dimata Ain. Namun, tetap saja aku merasa bersalah, semacam ada rasa tak nyaman.

Arhh! hati memang selalu menyebalkan, logika tidak akan pernah bisa menalarnya.

Aku terus mengamati gerak laku Ain, memandangnya dari tempatku duduk saat ini. Hatiku menjadi sedikit gelisah karena dia sekalipun tidak melempar senyum padaku, wajahnya menahan jengkel akan sesuatu, ia hanya mengamati gurauan teman-temanya, terlihat tidak menikmati.

Apa masalah Ain sejak kemarin malam masih berlanjut sampai sekarang, aku semakin jauh menerka. Aku mencoba bertanya pada temanku, apa hubungan mereka dengan mempelai, niatku menyidik. Ternyata mempelai wanita adalah senior Ain di kampus, meski tidak tau seberapa dekat mereka. Baru saja aku dan temanku membahas tentang mempelai, tiba-tiba sang pengantin baru keluar dari rumah dan berjalan melewati ku, sepertinya hendak menjamu rombongan Ain.

“mas, tolong ambilkan kue. Antar ke sana.”pinta mempelai lelaki, menatap ke arahku. Dia adalah keponakanku.

Gerak cepat. Aku segera mengambil nampan berisi berbagai jenis kue, penuh. Lalu, berjalan mendekat ke arah meja Ain dan teman-temanya yang mulai mengintrogasi pasangan sah yang belum genap satu hari itu. Tentu saja rasa penasaranku belum hilang, perihal perubahan sikap Ain, ku turunkan satu-persatu kue dari nampan dibantu oleh keponakanku, sesekali aku melirik ke arah Ain dan saat tatapan kami bertemu, sorot matanya terasa dingin, seakan ia sengaja melempar muka. Aku semakin gelisah, ada dengan mu.

“kenalin ini pamanku. Dia sedang mencari istri.”dengan santai ponakanku berulah, wajah jahilnya berucap tanpa ragu. Membuatku kaget sekaligus tersadar dari gelisah ku.

“paman pala mu! Durhaka kau bocah!”aku menjawab lirih, menahan malu karena semua mata jadi menatapku, termasuk Ain tentunya.

”serius! Boleh aku daftar menjadi bibimu.”satu teman Ain menjawab dengan wajah tengil, matanya tertuju pada mempelai wanita. Semua tertawa, kecuali aku. Sepertinya Ain tersenyum paksa. Aku semakin salah tingkah ketika topik obrolan mereka bergeser ke arahku. Ponakan sialan! Awas kau!

Terdengar panggilan dari arahku duduk tadi, tempat para tamu menaruh amplop“El! Cepat kesini, anakku nangis.”suara temanku cukup keras, panggilannya menyelamatkanku dari ulah pengantin baru, tanpa menunggu lama dan dengan penuh semangat aku segera pergi dari tempat meja tamu menuju ke tempat semula. Melepas nafas panjang karena merasa lega.

Sekitar 5 menit berlalu, sejak aku kembali ke posisi semula. Sendiri, karena temanku sedang sibuk membujuk anaknya. Entah cuma perasaanku atau bukan, namun kini, Ain terlihat mulai kembali seperti biasa, ceria dan wajah kekanak-kanakannya mulai kembali.”apa yang salah dengan mood wanita.”pikirku heran.

Sepertinya mereka bersiap pulang, keponakanku beserta istrinya berdiri lalu berjalan paling depan dan sialnya mereka berdua berhenti tepat di sebelahku, sepertinya dia sengaja.

“tawaranku tadi serius lo.”kembali dia meneruskan ulahnya, aku mengerutkan kening beserta lirikan tajam tanda tak setuju, dia terkekeh. Ku tampol kepalanya. Sebagai bentuk dari protesku.

Karena aku dan keponakanku berdiri jejer, otomatis mereka juga ikut menyalamiku. Lagi, cewek yang sama, sepertinya dia memang tengil.”manis lo pamanmu, kasih nomer WA bolehlah?”ucapnya santai seraya menutup mulut dengan tangan kanan. Mereka semua kembali tertawa, keponakanku terlihat paling puas.

Saat tiba giliran Ain salaman denganku, terjadi hal di luar dugaan. Mungkin karena kebiasaan, waktu jari kami saling bertemu aku sedikit menarik tangan ke atas dan Ain mengikutinya, kami sama-sama bergerak karena reflek, perlahan dia menundukkan wajah hingga pipi kanannya menempel pada punggung tanganku, pemandangan biasa bagi kami, tapi tidak bagi mereka. Kaget, heran, melongo, beragam ekspresi nampak keluar dari wajah mereka, apalagi sedari tadi aku dan Ain sama sekali tidak bertegur sapa, jadi wajar jika mereka menduga kami tidak saling mengenal.

“Ain! Apa yang...”salah satu temannya menegur dengan wajah masih tidak percaya, sekaligus menyadarkan kami berdua jika yang baru saja kami lakukan bukan hal biasa menurut mereka. Wajah Ain seketika langsung memerah, menahan malu, begitu pula aku.

”siapa dia?”keponakanku memberi kode dengan sikut kiri, kedua matanya fokus melihat wajah Ain yang semakin memerah.

“itu.. adik temanku...”aku menjawab kikuk, karena menjadi pusat perhatian.

”skip daftar jadi bibimu..”celoteh salah satu teman Ain, ucapannya merujuk pada mempelai wanita.”kami mengalah dengan suka rela, mumpung Ain sedang normal.”lanjutnya bicara bernada mengejek

Semua tertawa, Ain melotot ke arah teman yang baru saja selesai bicara itu, wajahnya semakin memerah, lalu mencubit asal salah satu teman yang ada di sampingnya.

”dia calonmu mas?”lagi, keponakanku masih penasaran. Aku yang sudah cukup merasa tenang dengan situasi saat ini, tiba-tiba sifat usil ku kambuh. Pikirku kepalang tanggung sekalian saja aku ikut menggoda Ain.

”sepertinya begitu.”jawabku sembari menatap Ain yang membuang muka dari semua orang.

Aku tidak tau, apakah teman-teman Ain percaya dengan ucapanku, yang jelas dia berganti melotot ke arahku dengan kedua tangan mengepal erat, menahan kesal.

"awas kau! Ku hajar nanti!" Seperti itulah kira-kira pesan yang ingin di sampaikan Ain lewat tatapan tajamnya, tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya, wajahnya benar-benar memerah. Lalu bergegas mengajak pulang teman-temanya.

***

Pukul 21.02 aku pulang ke rumah dengan rasa penasaran tinggi. Tadi, beberapa kali HPku bergetar, pesan masuk dari Ain dan aku tidak sempat membukanya, karena sehabis maghrib tamu yang datang begitu banyak, menumpuk seperti para penggemar bola yang antri masuk ke dalam stadion ketika tim mereka akan bertanding melawan tim besar lainnya. Aroma parfum saling tumpang tindih, hidungku sudah tidak mampu mencernanya. Aku lebih fokus menulis nama.

Setelah membuang badan di atas kasur, barulah aku membuka HP. Tersenyum renyah dan tentu saja di sertai dengan sebuah debaran pada dada sebelah kiri, karena Ain spam chat begitu banyak, meski mayoritas hanya stiker anak kecil menangis.

“maaf Sek, baru buka HP gimana kabarmu?”balasku dengan emot senyum terbalik.

Ain langsung membalas."nangis… Malu....”emotnya sedih.

“cupu....”emot ketawa puas ku kirim.

”mas..!! Serius, mayoritas tadi adalah teman sekamarku.”balasnya, masih dengan emot yang sama.

Membaca pesan Ain membuatku semakin bersemangat menjailinya.”besok aku jemput di depan gerbang pondok Sek, biar tambah seru!”

”dahlahh... jahat!”

sepertinya dia di bully habis oleh teman sekamar, aku tersenyum sendiri membayangkan ekspresi wajahnya.

Ketidaksengajaan ku bertemu Ain malam ini membuat hatiku sumringah. Aku seperti dengan sengaja membiarkan perasaanku bertindak semaunya, lupa dengan rasa jengkel ku kemarin, juga lupa jika di hari-hari sebelumnya aku begitu menahan diri, bahkan untuk sekedar melihat SW yang ia buat.

“Kemarin saja gara-gara telat pulang, aku di hukum baca al-qur’an 3 juz sambil berdiri di depan kamar.”Ain masih menggunakan emot yang sama. Ini pasti malam, di saat aku mengantarnya, pikirku menebak.

“malah bagus itu Sekk. Fix! Besok aku jemput di depan gerbang.”emot ketawa sengaja aku sertakan, aku terus saja senyum-senyum sendiri. Sesekali kulihat wajah ain pada foto profilnya. Berdebar.

“sekalian saja masuk ke dalam!! Cari aku di depan kamar!! Biar gak nanggung hukumannya, berdiri di halaman ndalem. baca Al-qu’an lengkap 30 juz.”

Membaca pesan terakhir darinya membuat senyumku berganti menjadi tawa, menahan suara karena takut mengganggu orang tuaku yang sudah tidur.

“sudah Sekk. Sudah!! Perutku sakit, karena ketawa.”benar saja, aku masih tidak bisa berhenti tertawa.

“maasss... aku dibully... malah diketawain terus, hiks..hiks...”balasnya merajuk. Aku membayangkan Ain mengucap kata itu di depanku dengan wajah manjanya. Dada kiriku semakin berdebar.

“hmmm... Besok mereka juga bosan sendiri Sekk.”

Ingin sekali rasanya saat ini aku menatap matanya, menyentuh kedua pipinya, menempelkan kening kami, lama... lalu berbisik.”mari menjadi kita...”

Satu hal yang pasti! Setelah malam ini, entah bagaimana caraku menarik mu kembali, wahai hati...

1
Riyana Dhani@89
/Good//Heart//Heart//Heart/
mr sabife
wahh alur ceritanya
mr sabife
luar biasa ceritnya
mr sabife
bagus dan menarik
mr sabife
bgusssss bnget
mr sabife
Luar biasa
queen.chaa
semangat terus othorr 🙌🏻
Charles Burns
menisan 45menit biar setengah babak
Dale Jackson
muach♥️♥️
Dale Jackson
sedang nganggur le
Mary Pollard
kelihatannya
Wayne Jefferson
gilani mas
Wayne Jefferson
siap ndoro
Alexander Foster
mubadzir woii
Alexander Foster
mas koprohh ihhh
Jonathan Barnes
kepo kek dora
Andrew Martinez
emoh itu apa?
Andrew Martinez
aku gpp kok kak
Andrew Martinez
kroco noob
Jonathon Delgado
hemmbbbb
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!