Nana adalah kembang desa yang sangat cantik, Ada lima pemuda yang pernah melamar dia dan semua nya di tolak dengan berbagai alasan.
Hingga suatu hari Nana merasakan dada nya sangat sakit luar biasa, Berobat kedokter sudah dan di nyatakan tidak ada kanker payudara. Namun payudara nya sangat sakit, Seminggu kemudian sudah membusuk dan membuat Nana sangat menderita.
Banyak yang menduga bahwa Nana di santet.
Siapa kah yang sudah menyantet Nana?
Mampu kah Nana melawan santet ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Davin menjenguk
Davin sudah mendengar kabar bahwa Nana yang sakit keras dan sakit nya juga agak aneh, Entah dari mana gosip itu muncul karena tiba tiba saja sudah menjadi buah bibir para warga di kampung ini. Mereka ada yang prihatin karena nasib kembang desa lagi lagi tak beruntung, Dulu ada juga kembang desa dan meninggal karena di bakar oleh istri sah suami yang telah ia rebut. Kini nasib buruk juga menghampiri kembang desa yang memang banyak di banggakan banyak orang, Bahkan sekarang Pak Lurah juga mengajak para warga untuk sedikit memberikan sumbangan kepada Nana yang orang tua nya sudah jatuh miskin karena harta sudah habis untuk berobat kesana kemari. Banyak yang mau dan banyak juga yang tidak mau, Mereka adalah yang sakit hati atas ucapan Nana dulu sehingga. Mereka menolak usulan Pak Lurah untuk memberikan sumbangan. Malahan sumpah serapah saja yang keluar dari mulut mereka, Padahal Pak Lurah sudah bilang hanya untuk yang ihklas saja.
"Ibu mau lihat keadaan Nana, Kamu mau ikut ndak?" Tawar Bu Yuni.
"Enggak lah, Bu." Tolak Davin yang agak malas karena malu.
"Kamu masih sakit hati karena di tolak dia? Itu nama nya ndak jodoh, Kita tidak boleh dendam." Nasihat Bu Yuni.
"Bukan dendam, Bu! Aku cuma malu saja kalau ketemu dia." Davin memberikan alasan.
"Itu cuma hal biasa, Ayo lah temani Ibu." Bu Yuni memaksa putra nya.
Dengan rasa malas karena dia malu untuk bertemu Nana, Davin akhir nya mengeluarkan motor dan mengantar kan Bu Yuni untuk kerumah Nana menjenguk kembang desa yang sedang sakit parah itu. Perjalanan sekitar sepuluh menit karena rumah mereka memang agak jauh, Di tambah Bu Yuni juga berhenti di toko buah untuk membawakan oleh untuk Nana. Tak mungkin pula datang tanpa membawa buah tangan, Apa lagi yang di datangi ini adalah orang yang sedang sakit, Jadi tentu nya membawakan oleh oleh.
"Bu aku juga mau untuk di makan di rumah." Davin memilih buah pir.
"Eh ini punya saya." Seorang gadis berambut sepinggang mengambil buah nya.
"Nani? Lagi cari buah juga." Davin mengenali bahwa ini adik nya Nana.
"Iya, Mas! Kebetulan lagi pengen untuk jus." Jawab Nani tersenyum manis.
"Oalah ini Nani to? Kok agak berubah sekarang." Bu Yuni juga lupa dengan penampilan Nani.
Nani tersenyum karena memang sekarang dia mulai merawat diri secara mati matian, Infus dan perawatan lain semua nya ia lakukan. Uang gaji nya bekerja di kantor lurah pun habis untuk perawatan diri, Pokok nya dia sudah bertekad untuk menjadi cantik seperti Nana supaya tak ada yang menghina nya lagi. Selain Nana yang kerap menghina kulit nya, Orang orang juga banyak berkata bahwa Nani sangat tidak mirip dengan Nana. Hal itu juga yang membuat Nani semakin sakit hati dan membenci Kakak nya, Andai saja Nana tak secantik itu maka tak akan ada orang yang sibuk membandingkan.
"Kalian kok banyak sekali beli buah nya?" Tanya Nani sambil melirik Davin.
"Kami mau menjenguk Kakak mu, Sekalian ini untuk stok di rumah." Jawab Bu Yuni.
"Kakak agak mendingan kok sudah, Dia berobat kesana sini." Cerita Nani.
"Alhamdulilah kalau sudah mendingan, Kasihan dia." Bu Yuni memang prihatin.
"Ibu enggak dendam sama Kakak?" Tanya Nani.
Bu Yuni menggeleng karena dia memang tak pernah menaruh dendam pada Nana, Bila gadis itu menolak lamaran putra nya berarti mereka memang tak berjodoh. Lagi pula rasa itu tak bisa mau di paksakan, Tak baik rasa nya bila satu kampung namun menyimpan rasa dendam satu sama lain, Toh gadis itu juga tak menghina Davin saat menolak lamaran kala itu. Mungkin saja Nana memang tak mau menikah dengan orang kampung sini sehingga lima lamaran ia tolak, Bu Yuni orang nya sangat realistis sehingga pikiran nya selalu positif kepada siapa pun.
"Kami duluan ya kalau gitu." Bu Yuni menepuk pundak Nani.
"Iya, Hati hati di jalan." Angguk Nani menatap mereka sampai menghilang.
Dia pun segera membayar semua belanjaan nya di toko, Karena hari juga sudah semakin sore dan dia harus segera pulang kerumah nya Bude Las. Kalau pulang terlalu malam nanti bisa kena omel dan dia di suruh pulang kerumah orang tua nya, Apa lagi sekarang Dani sudah tinggal di rumah Bude Las karena tak bekerja lagi dengan Pak Irwin. Pokok nya Nani batas keluar malam hanya sampai pukul sembilan, Bila sampai lewat maka di suruh pulang kerumah dan Bude Las tak akan mau menerima dia lagi.
...****************...
Perkumpulan di simpang jalan yang memang biasa nya para pemuda nongkrong itu sekarang terlihat ramai karena ini hari minggu, Mereka sering memanggil para gadis yang lewat untuk hiburan hati mereka. Sudah lelah selama bekerja sehingga mendapat hiburan begini membuat mereka jadi semangat lagi, Banyak gadis yang malu.
"Eh itu si Nani, Dia agak cantik sekarang." Lupi menunjuk gadis yang lewat menggunakan motor.
"Lamar lah adik nya, Tak dapat Kakak maka adik pun jadi." Gurau Hendra.
"Nana sakit kan kata nya?" Tanya Ahmad menatap teman teman nya.
"Kata nya sih iya, Aku juga belum tahu pasti." Jawab Andi.
"Karma itu karena menolak lamaran kita." Jawab Hendra.
"Halah gaya mu! Tak di terima lamaran tapi kau cicip juga dia." Sindir Lupi.
Hendra terbahak dan tak mengelak karena di antara mereka berlima, Hanya Hendra yang pernah mencicipi tubuh Nana, Yang lain tak pernah sama sekali. Dia teringat dengan pertemuan terakhir nya dengan nana dan berakhir di hotel, Memang saat itu Nana bilang bahwa payudar* nya terasa nyeri entah kena apa.
"Davin menjenguk dia loh sama Ibu nya." Andi membaca chat dari Davin.
"Gila tu bocah! Masih mau aja jenguk gadis yang menolak nya." Seru Lupi.
"Bagus lah berarti dia tidak dendam, Mungkin saja Davin berpikir bahwa bukan jodoh." Ahmad berkata bijak.
"Hidup tuh jangan terlalu lurus saja, Bro!" Sergah Lupi.
"Kalau kau mau berkelok kelok ya itu urusan mu, Jangan ajak aku." Balas Ahmad.
"Apa sih kalian ini? Masalah gitu saja mau untuk bahan ribut." Hendra menengahi mereka.
Ahmad memang tak petakilan seperti Lupi, Kesan nya dia lebih kalem bila berbicara dengan siapa pun. Walau sudah mendapat hinaan dari Nana, Namun dia tetap saja berpikir positif dan menerima nya dengan lapang dada, Toh sekarang dia juga sudah mendapat ganti nya walau tak secantik Nana, Namun Tina lebih baik tutur bahasa nya.