NovelToon NovelToon
The Worst Villain

The Worst Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:24.4k
Nilai: 5
Nama Author: @hartati_tati

Fany, seorang wanita cantik dan anggota mafia ternama, tergeletak sekarat dengan pisau menancap di jantungnya, dipegang oleh tunangannya, Deric.

"Kenapa, Deric?" bisik Fany, menatap dingin pada tunangannya yang mengkhianatinya.

"Maaf, Fany. Ini hanya bisnis," jawab Deric datar.

Ini adalah kehidupan ketujuhnya, dan sekali lagi, Fany mati karena pengkhianatan. Ia selalu ingat setiap kehidupannya: sahabat di kehidupan pertama, keluarga di kedua, kekasih di ketiga, suami di keempat, rekan kerja di kelima, keluarga angkat di keenam, dan kini tunangannya.

Saat kesadarannya memudar, Fany merasakan takdir mempermainkannya. Namun, ia terbangun kembali di kehidupannya yang pertama, kali ini dengan tekad baru.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku lagi," gumam Fany di depan cermin. "Kali ini, aku hanya percaya pada diriku sendiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Di dalam ruang tamu sempit di rusunnya, Fany berdiri dengan tatapan datar. Di hadapannya, lima pria dari keluarga Hawthorne — Sebastian, Gabriel, Dominic, Alexander, dan Maximilian — menatap sekeliling ruangan dengan ekspresi yang sulit diartikan. Mereka tampak tidak biasa berada di tempat seperti ini, yang kontras dengan penampilan mereka yang mewah dan berwibawa.

Fany mengamati mereka dengan hati-hati, merasa seperti berada dalam mimpi yang aneh. Pria-pria ini mengklaim dirinya sebagai keluarga, tetapi kenyataan di depan mata tampak terlalu sulit untuk dipercayai.

"Jadi aku adalah putri dan cucu keluarga Hawthorne yang menghilang, dan kalian ingin aku percaya hal itu?" kata Fany, suaranya datar namun tegas.

"Kami tahu ini sulit untuk diterima, Fany, tetapi itulah kebenarannya. Kami telah mencarimu selama bertahun-tahun. Kami tidak akan di sini jika itu tidak penting," kata Maximilian, yang terlihat paling berwibawa di antara mereka, menghela napas panjang.

"Kami memahami betapa mengejutkannya ini. Tapi kami ada di sini untuk membawamu kembali, ke tempat yang seharusnya menjadi rumahmu," kata Sebastian menambahkan dengan nada yang lebih lembut.

Fany tetap diam, mencoba memproses informasi yang baru saja diberikan padanya. Keheningan yang menegangkan menyelimuti ruangan, hanya suara napas dan detak jantung yang terdengar.

Fany menghela napas kasar, tatapannya penuh ketidakpercayaan. Meskipun Maximilian dan yang lainnya tampak tulus, Fany sulit mempercayai kata-kata mereka. Jika memang benar dia adalah bagian dari keluarga Hawthorne, mengapa mereka tidak mencarinya di kehidupan pertamanya? Mengapa baru sekarang, di kehidupan kedelapannya, mereka muncul?

"Jika memang benar saya adalah keluarga Hawthorne, kenapa kalian tidak mencariku dari dulu?" kata Fany, suaranya penuh skeptisisme.

Maximilian mencoba menjawab, tetapi Fany segera memotongnya. "Mohon maaf, saya tidak tertarik untuk menjadi bagian dari keluarga Hawthorne. Silakan kalian semua keluar dari rusun kumuh dan kotor ini," ucapnya tegas.

Keheningan menyelimuti ruangan, dan ekspresi kelima pria itu menunjukkan campuran kekecewaan dan kesedihan. Alexander tampak ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Fany mengangkat tangannya, mengisyaratkan bahwa pembicaraan sudah selesai. Dengan berat hati, mereka mulai beranjak keluar, meninggalkan Fany yang berdiri dengan perasaan campur aduk.

Ketika pintu tertutup, Fany menghela napas lagi, merasa lega sekaligus bingung. Di dalam hatinya, berbagai pertanyaan masih berputar, namun dia yakin dengan keputusannya untuk saat ini. Bagaimanapun, ini adalah hidupnya, dan dia tidak akan membiarkan siapa pun, bahkan keluarga bangsawan, mengubahnya begitu saja.

Maximilian, Alexander, Sebastian, Gabriel, dan Dominic menghela napas kasar melihat pintu yang ditutup Fany dengan kasar. Beberapa orang yang berada di sekitar rusun menatap mereka dengan tatapan penuh tanya, kagum melihat penampilan mereka yang mewah dan berkelas di tempat kumuh seperti itu.

"Bagaimana ini? Jika mama tahu, dia akan menghukum kita," kata Dominic, dengan nada cemas.

"Nenek juga akan sangat marah. Saat nenek marah, dia terlihat seperti bisa menelan kita hidup-hidup," ujar Gabriel mengangguk setuju.

Sebastian, yang wajahnya dipenuhi kekhawatiran, menoleh ke ayah dan kakeknya, "Papa, kakek, apa yang harus kita lakukan? Bagaimana kita bisa pulang tanpa membawa Fany? Aku masih ingin hidup, Pa, Kek," katanya dengan nada khawatir.

Maximilian dan Alexander saling bertukar pandang. Alexander mencoba menenangkan anak-anaknya, meskipun dia sendiri merasa cemas. "Kita harus berpikir jernih. Ini hanya langkah awal. Fany butuh waktu untuk menerima kenyataan ini," kata Alexander.

Maximilian menatap cucu-cucunya dengan tatapan penuh tekad. "Kita tidak akan menyerah. Kita akan mencoba pendekatan lain. Yang penting sekarang, kita harus membuat rencana yang lebih baik dan lebih sabar. Fany adalah darah daging kita, dan kita tidak akan meninggalkannya di sini," ujarnya.

"Kita akan membahas lebih lanjut masalah ini di mansion," ujar Maximilian dengan suara yang mantap, tetapi terdengar penuh kekhawatiran. "Kita perlu menemukan cara yang tepat untuk menghadapinya."

Alexander, yang biasanya tegas dan penuh otoritas, menatap kejauhan dengan pandangan khawatir. "Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan ini pada Regina. Dia akan sangat marah."

Saat lima pria itu turun dari lantai empat rusun Fany, perhatian orang-orang sekitar langsung tertuju pada mereka. Beberapa mengintip dari balik pintu terbuka, sementara yang lain mengamati dengan rasa penasaran dari jendela-jendela rusun mereka.

Langkah mereka terdengar jelas di lorong sempit rusun yang agak gelap itu. Orang-orang yang melintas menoleh sebentar, menghentikan aktivitas mereka sejenak untuk menyaksikan kelima pria itu berjalan dengan langkah mantap. Ekspresi di wajah mereka bervariasi, dari keingintahuan sampai kebingungan yang halus.

Setibanya di depan gedung rusun, kelima pria itu memasuki mobil masing-masing dengan gerakan teratur. Sebagian orang yang berdiri di dekat mobil tertarik untuk melihat lebih dekat, mencoba menangkap percakapan mereka yang terdengar di antara langkah kaki mereka yang tenang.

Fany masuk ke dalam kamarnya dengan langkah lesu setelah hari yang penuh dengan kejutan. Dengan wajah yang tegang, dia melemparkan tubuhnya di atas kasur kecil di sudut kamar. Matanya terus menatap langit-langit kamar yang sederhana, mencerminkan perasaan campur aduk di dalam hatinya.

Pikiran Fany melayang ke masa lalu yang suram dan penuh tantangan. Dia tidak pernah membayangkan dirinya sebagai bagian dari keluarga bangsawan. Baginya, kehidupan sebagai anak yatim piatu yang mengalami berbagai kesulitan sudah cukup untuk membangun karakter keras dan independen seperti yang dimilikinya sekarang. Kabar bahwa dia mungkin adalah bagian dari keluarga yang berada di lapisan atas masyarakat, entah bagaimana, hanya menambah kebingungan dan ketidakpercayaan dalam dirinya.

Meskipun dalam kehidupan pertamanya mungkin kabar tersebut bisa menjadi hal yang menyenangkan, di kehidupan saat ini Fany sudah terlalu banyak merasakan pahitnya pengkhianatan, terutama dari orang-orang terdekatnya sendiri. Pengalaman itu membuatnya skeptis terhadap siapapun, termasuk keluarganya yang diduga kaya raya dan berpengaruh.

Fany menarik nafas dalam-dalam, mencoba meredakan gelombang emosi yang meluap-luap di dalam dirinya. Di dunia yang luas ini, dia hanya bisa mempercayai dirinya sendiri. Keputusan untuk tidak mempercayai siapapun, bahkan keluarganya sendiri, menjadi pertahanan terakhirnya di tengah lautan ketidakpastian dan intrik yang mengitarinya.

Fany menepuk pelan pipinya, mencoba menghilangkan pikiran yang mendalam yang baru saja mengganggunya.

"Lupakan saja semuanya, lanjutkan hidupmu dengan baik. Biarkan mereka," gumam Fany pelan, seolah untuk meyakinkan dirinya sendiri lebih dari siapapun.

Fany bangun dengan perlahan dari tidurnya, terganggu oleh suara gemeretak perutnya yang lapar.

Langkahnya ringan saat dia berjalan menuju ke dapur.

Di meja dapur, dia melihat sebuah wadah plastik yang berisi nasi goreng sisa semalam yang dia masak dengan penuh semangat.

"Ah, nasi goreng kemarin!" gumam Fany, tersenyum kecil. Tanpa ragu, dia membuka wadah plastik dan memanaskan nasi goreng itu di atas kompor. Aromanya yang harum segera menyebar di sekitar dapur, membuatnya semakin tidak sabar untuk segera menyantapnya.

Segera setelah nasi goreng cukup panas, Fany menuangkannya ke dalam sebuah mangkuk. Dia mencari sendok dan garpu di rak dapur, lalu duduk di meja dapur dengan penuh antusiasme. Fany mencicipi sejumput nasi goreng, menikmati perpaduan rasa gurih dan sedikit pedas yang masih terasa sempurna meskipun sudah semalam.

"Duh, enak banget," gumam Fany sambil terus menyantap nasi goreng dengan lahap.

1
Bintang Juing
Luar biasa
R yuyun Saribanon
sampai bab ini..thor kamu melupakan peristiwa penembakan terhadap fanny..siapa yg menembakan n motifnya..jangan putus mata rantainya thor
@ImIm: Bukan dilupakan tapi belum dibahas.
total 1 replies
R yuyun Saribanon
siapa yg melakukan penyerangan?
R yuyun Saribanon
bingung saya..keluarga mengamati dari jauh tapi fani makan dari tong sampah dan beberapa kali mengalami penyerangan..
Sofi Sofiah
yah kalo gini bisa mati penasaran aku....tabung baca adeh untuk brfa hari klo gni ...gak bisa aku baca terlalu sdikit Thor soal nya ceritamu terlalu bagus untuk ku ..dan aku sangat suka cerita seperti ni....
Padriyah Balqis
masih penasaran lagi ...Thor lanjut lagi
R yuyun Saribanon
ortunya akan jemput fanny setelah jd mayat
Sofi Sofiah
apakah orang yg mmbuat tuduhan palsu itusangat bodoh sehingga Fany yang menjadi sasaran....mau hilang kali ya nywa nya
R yuyun Saribanon
nah ini baru keren
Uswatun hasanah
ayo Fany peranmu kunanti temukan pekaku dan permalukan.. ada yang mau bermain denganmu ternyata... 😒
Uswatun hasanah
apakah ada yang bundir.. ngeri.(moga nggak /baperan).. 🤨
Sofi Sofiah
cerita nya keren...aku maraton baca dari awal tpi rasanya masi kurang
Zeendy Londok
lanjut thor
Uswatun hasanah
masih jadi teka teki ni..
Uswatun hasanah
iri dengki akan menghancurkan dirinya sendiri.. 😌
Uswatun hasanah
wow.. hebat .. suka mengintimidasi ternyata Fany.. gak bakal dibully... 😅
Uswatun hasanah
kehidupan Fany yang sesungguhnya dimulai... nunggu part selanjutnya...
Leha
keren
Leha
Buruk
Uswatun hasanah
ok.. ditunggu partai selanjutnya.. pertemuan... 😉
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!