Pernikahan Luar Biasa
Dipinang adiknya, tapi dinikahi kakaknya. Loh!! Kok bisa? Terdengar konyol, tapi hal tersebut benar-benar terjadi pada Alisya Mahira. Gadis cantik berusia 22 tahun itu harus menelan pil pahit lantaran Abimanyu ~ calon suaminya jadi pengecut dan menghilang tepat di hari pernikahan.
Sebenarnya Alisya ikhlas, terlahir sebagai yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan tidak dapat membuatnya berharap lebih. Dia yang sadar siapa dirinya menyimpulkan jika Abimanyu memang hanya bercanda.
Siapa sangka, di saat Alisya pasrah, Hudzaifah yang merupakan calon kakak iparnya justru menawarkan diri untuk menggantikan Abimanyu yang mendadak pergi.
*****
"Hanya sementara dan ini demi nama baikmu juga keluargaku. Setelah Abimanyu kembali, kamu bisa pergi jika mau, Alisya." ~ Hudzaifah Malik Abraham.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Kamu cantik, sampai jumpa di hari pernikahan kita, Alisya.”
Sembari memandang wajahnya di cermin, Alisya tersenyum simpul tatkala mengingat kembali ucapan calon suaminya, Abimanyu Adikari.
Seorang pria tampan, juga mapan dan merupakan anak kedua dari konglomerat tersohor dari Jakarta yang sempat membuatnya menganga lantaran tiba-tiba datang dan menyampaikan niat baiknya.
Bagaimana tidak? Alisya adalah seorang putri yang terbuang. Hingga detik ini, dia tidak tahu asal usulnya, lahir dari rahim siapa dan siapa ayahnya. Alisya hanya tahu orang tua asuhnya, Abi Sean dan Umi Zalina yang tidak lain pendiri panti asuhan tempat dimana dia tinggal.
Dibesarkan dengan kasih sayang seorang Hamba yang mengabdikan hidup untuk mencari kebaikan, Alisya tumbuh menjadi wanita cantik dan juga mempesona.
Tidak hanya wajah, tapi akhlaknya juga demikian. Tak heran, kenapa Abimanyu yang merupakan keponakan orang tua asuhnya sampai terpikat sejak pertemuan pertama dan tak segan meminangnya.
Jangan ditanya bagaimana perasaan Alisya, jelas saja bahagia. Lembut tutur dan manisnya senyum Abimanyu membuat dia tersadar, bahwa wanita seperti dia juga memiliki hak yang sama untuk bahagia.
"Bismillah ... kali ini, tunjukanlah kalau kebahagiaan untuk Hamba memang ada, Ya Rabb," ucapnya dengan mata terpejam sembari mengelus dada.
Hingga di hari pernikahan, Alisya masih tidak percaya. Setelah satu tahun lalu sempat dilecehkan dan mengalami kekerasan sek-sual oleh laki-laki tak dikenal ketika coba-coba ikut ke pesta ulang tahun keluarga orang tua asuhnya, Alisya merasa dirinya terlalu hina dan tidak pantas untuk dimiliki siapa saja.
Tak heran kenapa dia sampai meminta lagi dan lagi pada Sang Khalik agar yang kali ini tidak bercanda. Abimanyu adalah harapan terakhirnya, hanya pria itu yang berhasil membuat hati Alisya goyah setelah bertekad untuk menutup hati seumur hidupnya.
Dan, belum kering bibirnya pasca meminta, dari luar terdengar kericuhan yang membuat Alisya penasaran. Tidak sendiri, beberapa teman sebaya yang menemaninya berada di kamar itu ikut bingung tentu saja.
"Ada apa, Sifa?"
"Sebentar, Alisya, biar aku yang periksa," tutur Sifa meyakinkan Alisya untuk tetap tenang dan menunggu di dalam kamar.
"Stop, Pa, stop!! Tidak ada gunanya paham tidak?!"
"Kau diam!! Jangan berusaha menyabarkan Papa, Hudzai!!"
Lagi, ketika pintu sempat terbuka lantaran Sifa bermaksud mengecek keluar, suara keributan itu makin jelas.
Alisya yang merasa hal ini sudah semakin mengkhawatirkan jelas tidak dapat tinggal diam. Tanpa peduli larangan dari temannya, Alisya mantap melangkah untuk memastikan sendiri apa yang terjadi di luar sana.
Perlahan, Alisya membuka pintu kamar dan anggota keluarga besar calon suaminya sebagian besar sudah di sana.
Raut wajah mereka tidak dapat didefinisikan, semua terlihat masam. Firasat Alisya sama sekali tidak baik-baik saja, terlebih lagi ketika melihat pria tua yang kini duduk di kursi roda tengah ditenangkan istri dan juga putrinya.
"Gimana, Ra? Benar dia lari?"
"Kalau dilihat dari pesan yang dia kirim pada Hudzai memang benar, Abimanyu membatalkan pernikahan tanpa alasan."
Deg
Mata Alisya membola, baru saja membuka pintu dia sudah dihadapkan dengan fakta yang menciptakan luka menganga di dalam hatinya.
Tanpa kata, dia masih memerhatikan orang-orang di sana yang memang belum sadar akan hadirnya.
"Hudzai ... apa dia benar-benar menolak teleponmu?"
"Tepatnya tidak bisa, Pa, nomornya tidak lagi bisa dihubungi."
"Benar-benar buat malu, apa maumu sebenarnya, Abimanyu!!" Bersamaan dengan teriakan menggema seorang pria paruh baya itu, sebuah kaca yang terpajang di dinding seketika jadi pecah seribu.
Ya, pecah seribu dan persis hati Alisya saat ini, tanpa perlu bertanya dan mengeluarkan air mata dia paham apa yang kini terjadi.
Lagi, Tuhan mungkin belum merestui langkahnya, cintanya dibuat patah dan harapannya pupus sudah. Abimanyu yang dia kira berbeda ternyata sama, Alisya kembali merasa terbuang begitu saja.
Dalam waktu sekejab, entah apa yang membuatnya berubah pikiran sampai membatalkan pernikahan tepat di beberapa menit sebelum akad dilaksanakan.
Kebahagiaan yang tadi dia rasakan seketika luruh sudah, tergantikan dengan air mata yang dengan lancangnya turun tanpa aba-aba.
Harus kemana lagi dia berharap? Bahkan pria yang menjanjikan cinta bisa dengan gampang membuangnya persis barang tidak berguna.
"Sehina itukah aku sampai sakralnya pernikahan kamu buat candaan, Mas."
.
.
Sungguh kacau sekali keadaan kala itu, Alisya hancur, keluarga Megantara dibuat malu terlebih Zean yang menjadi orangtua Abimanyu. Sedikit pun dia tidak meduga, pengalaman pertamanya menikahkan seorang putra akan seburuk ini.
Hendak bagaimana dia sekarang? Semetara semua rencana baik dari akad hingga pesta pernikahan sudah begitu matang. Ribuan tamu sudah diundang karena dia bangga putranya meminang seorang wanita secara jantan.
Pria itu berusaha untuk tenang, dengan dada yang kini kembang kempis dan berpikir hendak bagaimana dia menghadapi para tamu yang sudah berdatangan.
"Sekali lagi, Papa mohon hubu_"
"Tidak perlu, Pa."
Perintah Zean terpotong tatkala suara lembut itu terdengar. Tatapan mereka sontak teralihkan pada pemilik mata bening yang berdiri di ambang pintu.
Sejak tadi mereka sibuk sendiri, sampai tidak sadar jika Alisya juga turut berada di antara mereka. Dan, hadirnya Alisya justru membuat Zean semakin sakit kepala karena wanita itu justru pasrah menerima dan menormalisasikan perbuatan Abimanyu.
"Apa katamu?"
"Saya ikhlas ... mungkin saya yang tidak pantas, jika Mas Abi sudah memberikan keputusan untuk membatalkan pernikahan, tidak apa," ucapnya hampir terputus karena sembari menahan tangis.
"Ini bukan hanya tentang kalian berdua ... tapi keluarga besar dan_"
"Ya Tuhan, Papa!!"
Tak perlu dijelaskan dengan kata-kata, apa yang terjadi sudah sangat jelas secara kasat mata.
"Bawa papa ke rumah sakit, Khay!!"
"Tidak mau, Opa harus lihat Abi nikah dulu," ucap Opa dengan napas yang kian sulit.
Hal itu tentu saja membuat Zean makin frustrasi. Saat itulah, Hudzai yang sebenarnya menerima amanah secara langsung via telepon dari Abimanyu mengambil keputusan.
Sempat tidak bersedia pasca Abimanyu meminta untuk menggantikan posisinya sementara, Hudzai kini mengambil keputusan dan dengan tegas dia berucap.
"Biarkan aku yang menggantikan Abimanyu, Pa."
"Apa?"
.
.
- To Be Continued -
...Bismillah ... Assaalamualaikum, Penduduk Bumi. Desy Puspita kembali dengan karya baru di bulan ini. Setelah sempat dilema karena kemarin ada beberapa pilihan, Author memutuskan untuk Hudzai lebih dulu....
...Mohon maaf jika terlalu lama menunggu, semoga semua bisa diajak kerja sama seperti di Azkara (Tidak menumpuk bab) dan yang masih nyimpen vote boleh langsung lempar di Hudza ya ... see you, semoga menghibur 💨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
karyaku
hi kak mendadak menjadi istri ustadz jangan lupa mampir y
2024-11-01
0
Taengo
emng nikah bisa digantiin?
2024-11-18
0
Dini Neng
lanjut
2024-11-12
0