Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Jadi karyawan itu berhasil mendapatkan kerja sama dengan PT Angkasa?"
Pria yang berdiri didepannya mengangguk. "Benar Tuan, dia mendapatkan seperti yang anda inginkan." Ucap pak Setyo.
Pria yang duduk dikursi kebesarannya itu mengangguk dengan tangan mengusap dagu, matanya tampak meneliti berkas yang ia baca.
"Dan dia juga tahu kalau tuan akan memberinya hadiah jika mendapatkannya kerja sama ini." Lanjut pak Setyo lagi.
"Em, saya akan tepati itu."
Pak Setyo mengangguk dengan senyum, "Kalau begitu saya permisi, anda bisa memberikannya langsung saat anda datang ke perusahaan."
Pak Setyo pamit pergi, meninggalkan ruangan direktur utama. Arga Bramantara.
"Mirza keruangan saya."
Tak lama pintu ruangan diketuk dan sosok pria muncul dan duduk dikursi.
"Ada apa tuan." Tanya Mirza asisten Arga.
"Besok saya akan datang ke perusahaan, tolong dimajukan." Ucap Arga tanpa melihat wajah terkejut Mirza.
"Kenapa mendadak sekali Tuan, bukanya Minggu depan."
Arga melirik Mirza tajam membuat pria itu hanya bisa mengangguk, "Baik saya akan informasikan ke perusahaan."
"Dan siapkan sebuah mobil keluaran terbaru untuk hadiah karyawan yang berhasil menargetkan PT Angkasa."
Mirza mengerutkan keningnya, "Kenapa harus mobil tuan? Kan bisa voucher belanja selama satu tahun atau-"
"Ck, kamu bawel sekali Mirza. Rasanya aku ingin mengirim mu ke pulu-pulu." Kesal Arga menatap asistennya itu.
Mirza tersenyum kaku, pria itu menggaruk punggung lehernya.
"Sorry Tuan, saya hanya bercanda. Kalau boleh tau mobil warna apa?"
"Terserah, kata pak Setyo dia seorang wanita, jadi kamu kira-kira sendiri." Ucap Arga sambil kembali sibuk dengan berkas di atas mejanya.
Mirza mengangguk-angguk dan pamit pergi.
...
Sore setelah pulang kerja Sashy tak langsung pulang, melainkan mampir ke supermarket untuk mencari kebutuhan rumah, kulkasnya sudah tak ada isi dan Sashy berbelanja tentu saja untuk kebutuhannya sendiri.
Saat memilih daging tanpa sengaja keranjang trolinya di tarik seseorang membuat Sashy menatap orang tersebut tajam.
"Celine apa-apaan kamu!" Sashy menatap Celine wanita yang sudah menikmati suaminya itu.
Celine tersenyum miring, kedua tangannya terlipat di dada dengan tatapan mencibir.
"Kasian sekali si Mbak, punya suami berasa janda." Ucap Celine sengaja meledek.
Sashy memicingkan matanya, wanita itu tetap berdiri dengan tatapan tak bersahabat.
"Suaminya kemana kok sendirian," ucap Celine lagi dengan nada meledek. "Ohh..apa jangan-jangan udah ngak di anggap lagi."
Sashy mengepalkan kedua tangannya erat, membuat Celine semakin bersorak melihat Sashy terpancing.
"Sayang kamu di mana!"
Sashy semakin manatap tajam, apalagi setelah mendengar suara yang tentu saja dia kenal dan hafal.
"Aku di sini Mas!" Teriak Celine dengan bangga.
"Lihat, siapa yang menjadi prioritas Mas Fatur, aku atau istri sahnya." Ucap Celine tanpa perasaan.
"Sayang kamu-" Tubuh Fatur membeku, matanya membulat menatap Sashy dan Celine yang berada di sana.
Jika Celine tersenyum senang, lain dengan Sashy yang tampak menahan amarah.
"Sashy kamu disini." Fatur segera mendekat setelah menguasai dirinya yang terkejut. Tak di sangka ia bertemu Sashy sang istri di tempat ini.
"Mas, mbak Sashy sendirian loh. Tapi kamu memilih menemani aku." Celine merangkul lengan Fatur saat pria itu hendak mendekati Sashy.
Langkah Fatur terhenti, matanya menatap Sashy yang terlihat tak baik-baik saja. Namun wanita itu tetap diam dengan ekspresi menahan amarah.
"Celine, jangan bicara seperti itu." Tegur Fatur yang merasakan bersalah melihat istrinya dan selingkuhnya saling berseteru.
Wajah Celine cemberut, wanita itu seperti bocah yang merajuk setelah mendapat teguran.
"Ngak di sangka ya Mas, saya malah ketemu gun dikmu yang tidak tahu diri ini." Desis Sashy sinis.
Mata Celine membulat wajahnya tampak kesal mendengar ucapan Sashy yang menghinanya.
"Sas, sudah malu dilihat orang." Fatur mencoba untuk menengahi saat sadar beberapa orang mulai memperhatikan mereka.
Sashy tersenyum miring, "Malu? Oh.. kamu masih punya rasa malu Mas, lalu kemana rasa malumu saat dengan sadar kamu menyetubuhi wanita ini!" Seru Sashy dengan geram.
Fatur menjadi panik saat melihat kesekeliling melihat mereka dan saling berbisik.
"Kemana rasa malu mu, saat aku istri sah mu cantik dan memuaskan ini malah kamu selingkuhi hanya karena gun dik jelek ini!" Jari Sashy menujuk wajah Celine yang sudah merah padam. "Hanya karena aku belum memberi mu keturunan, tanpa rasa bersalah kamu menunggangi jal ang ini!"
"Sashy cukup!" Pekik Fatur dengan napas memburu dan tatapan tajam.
Sashy tersenyum miring, melirik Celine yang menunjukan wajah memelas. Menjijikan sekali.
"Mbak Sashy kenapa kamu tega sekali mbak, aku hanya ingin membantu mas Fatur untuk mendapatkan keturunan yang tidak bisa Mbak Sashy berikan. Mas Fatur laki-laki normal mbak dia juga ingin memiliki keturunan." Ucap Celine dengan menjual suara dan wajah memelasanya.
Mata Sashy memerah, napasnya memburu seiring amarahnya yang nyata. Celine tak berbeda dengan ibu Fatur kedua wanita itu sama saja, pantas saja mereka begitu cocok jika disatukan.
"Kamu hanya racun yang tidak tahu diri!" Pekik Sashy dengan suara penuh penekanan sebelum dirinya meninggalkan dua orang yang sangat menjijikan baginya.
"Sashy! Sas tunggu!"
"Mas mau kemana? Biarkan dia, lagian kamu kan mau cerai sama dia, Mama udah mengurusnya Mas. Ingat itu!" Celine merangkul lengan Fatur agar tak pergi.
Sedangkan Fatur sendiri merasa bersalah namun ia juga tak berniat mengejar Sashy.
"Aku lagi hamil loh Mas, di sini ada anak kita." Celine mengusap perutnya yang datar.
Ya, mereka baru saja melakukan pemeriksaan kerumah sakit setelah Celine mengadu jika dirinya telat mendapat masa preode. Dan saat di periksa ternyata wanita itu hamil. Tentu saja Fatur yang harus bertanggung jawab karena mereka sepasang kekasih dan partner ranjang.
Sashy yang masih kesal dan marah, memilih pergi mengendarai mobilnya, wanita itu memukul kemudi setir beberapa kali untuk meluapkan kekesalannya.
"Dasar wanita gila! Sudah merasa bangga merebut suami orang. Lihat saja akan aku buat kalian menyesal telah menyakitiku." Geram Sashy.
...
"Sas kamu beneran mau tinggal di sini?" Gita membuka pintu apartemen yang tak jauh dari tempatnya tinggal.
"Iya git, rasanya aku malas bertemu dengan Fatur." Ucap Sashy sambil menelisik ruangan minimalis itu.
"Lagian kata Celine Fatur sudah mengurus perceraian, jadi aku tidak punya alasan untuk tinggal di sana." Katanya sambil berjalan memasuki kamar.
"Yaudah, kamu semetara tinggal disini dulu, Kamu juga cari pengacara untuk mengurus Gono gini," Saran Gita.
"Hm, aku akan memikirkan itu nanti. Sekarang aku mau istirahat kata pak Setyo besok Dirut akan datang tidak jadi lusa." Terang Sashy.
"Em, kalau begitu aku pulang, kalau ada apa-apa segera hubungi aku." Gita memeluk Sashy sejenak dan pamit pergi.
Setelah Gita pergi, Sashy membersihkan dirinya, Sashy sempat pulang kerumah untuk mengambil barang-barang pentingnya dan beberapa baju.
Saat berdiri dibawah air yang mengalir dari shower, Sashy yang sedang memejamkan matanya sekelebat bayangan percintaannya dengan pria yang tak dikenal muncul. Bayangan percintaan yang kedua, dimana mereka yang sama-sama ingin dalam keadaan sadar sepenuhnya.
"Milik mu nakal sekali..shh ini sangat mengigit."
Sashy yang memang wanita dewasa yang sudah menikah tentu tahu bagaimana menyenangkan pasangan. Bukan hanya pria asing di bawahnya ini yang ia buat takluk, tapi suaminya sendiri tak bisa berkutik setiap dirinya yang memimpin permainan diatas ranjang.
"Apakah begini enak... uhhh.."
Sashy langsung membuka matanya saat merasakan rasa hangat mengalir dari intinya.
"Ya Tuhan, apa-apaan ini." Gumamnya sambil merapatkan kedua pahanya.