NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:51k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Mogok

Sudah lebih dari lima belas menit berlalu sejak King pergi dari ruang kerjanya, membawa serta pakaiannya yang basah. Mika langsung bergerak cepat turun tangan membereskan, dan kini ia bisa menarik napas lega. Ruangannya menjadi rapi dan tertata kembali, tak ada lagi jejak air yang tadi menetes di lantai. Semua kembali bersih seperti sebelum kedatangan pria itu. Sekarang waktunya membereskan sisa pekerjaannya yang sempat tertunda.

“Waktunya pulang.” Dita menyembulkan wajah dari balik pintu yang terbuka, mengernyit menatap Mika yang masih tampak sibuk di meja kerjanya. Ia melangkah masuk, lalu duduk di kursi yang tersedia di depan meja Mika. “Lembur, Non.”

Mika mengangkat wajahnya, mengalihkan perhatian sekejap dari lembar kertas di depannya saat melihat kemunculan Dita di ruangannya. Pandangannya mereka bertemu, Dita menyipitkan mata dan wajah Mika tampak serius. Kerutan di kening Dita bertambah dalam saat dilihatnya Mika menghela napas lalu kembali menekuni pekerjaannya lagi.

“Lagi ngerjain apa sih, Mik. Serius amat?” Dita berdiri, mencondongkan tubuh dengan kedua tangan bertumpu di meja mengintip pekerjaan Mika.

“Aku lagi koreksi tugas menulis muridku di kelas hari ini, masih banyak sekali kekurangan. Dari dua puluh anak, hanya ada beberapa saja yang melakukannya dengan benar.” Mika menghela napas sembari memperlihatkan lembar kertas di tangannya pada Dita yang langsung tertawa melihatnya. “Ketawa, lagi!”

“Masa iya Aku harus mewek lihatnya,” balas Dita. “Namanya anak-anak, mereka tentu lebih senang bermain ketimbang belajar. Tapi coba Kamu lihat tulisan tangan mereka, lucu tau. Lihat garis- garis yang mereka buat, selembar kertas hanya muat untuk lima angka.”

Mau tidak mau Mika ikutan tertawa, “Iya juga, sih. Berkumpul dan bermain lebih menyenangkan ketimbang menulis angka. Tapi ada saja orang tua siswa yang ingin anak mereka bisa belajar menulis dan membaca dengan cepat.”

“Sini Aku bantuin biar cepat selesai,” ujar Dita, meraih lembar kertas lain di meja Mika. Ia tak bisa menahan tawanya setiap kali selesai memeriksa, ruang kerja Mika jadi ramai oleh tawa mereka berdua.

“Mik, papanya Rio ngajak ketemuan lagi nanti malam di kafe.” Ujar Dita tiba-tiba, sesaat setelah Mika membereskan mejanya, bersiap hendak pulang.

“Terus, Kamu terima atau ditolak lagi?”

“Kali ini Aku terima,” sahut Dita. “Tapi ...”

“Tapi, apa?” Mika mengibaskan tangannya di depan Dita, rasanya bosan setiap kali mendengar alasan Dita yang itu-itu saja setiap kali diajak bertemu dengan teman prianya.

“Aku beneran gak percaya diri, Mik. Kamu kan tahu gimana sikap omanya Rio sama Aku,” keluh Dita dengan wajah tertunduk lesu. “Itu laki juga, kenapa masih aja ngotot buat ngejalanin hubungan yang jelas-jelas ditentang sama keluarganya. Udah tau Aku cewek miskin, masih aja mau!”

“Gak usah ngomongin status sosial, males banget dengernya. Sekarang Aku tanya, Kamu sayang gak sama dia? Cinta gak sama dia?” tanya Mika lagi. “Kalau iya, perjuangkan cinta kalian.”

Dita menganggukkan kepala, “Ya, sayanglah. Cinta juga, tapi Aku gak bisa terus-terusan mengabaikan sikap keluarganya sama Aku. Lagi pula, omanya Rio itu sukanya sama Kamu. Sudah jelas dia mau Kamu yang jadi mamanya Rio, bukan Aku.”

“Mulai lagi nih, anak!” Mika berkacak pinggang di depan Dita. “Dengar, ya. Sudah berulang-ulang kali Aku bilang sama Kamu. Aku gak punya perasaan apa-apa sama papanya Rio, begitu pula sebaliknya. Hubunganku dengannya hanya sebatas antara guru dan wali murid, tidak lebih. Aku sayang Rio karena tahu sejak kecil dia sudah kehilangan mamanya, tapi bukan berarti Aku mau ngikutin apa kata omanya. Gak!”

“Ya, Aku tahu. Tapi tetap aja rasanya sulit ngejalanin hubungan yang gak direstui kaya gini. Capek tau, Mik.”

“Ya, udah. Kalau capek bilang sama papanya Rio, biar dia tahu.” Sahut Mika sebal, dan Dita malah tertawa melihatnya. “Dibilangin malah ketawa?”

“Mik, nanti malam temani Aku, ya. Kita jalan bareng berempat sama Rio.” Bujuk Dita sambil menggandeng tangan Mika, berjalan berbarengan keluar dari ruang kerjanya sembari membantu Mika menutup pintu.

Mendengar ajakan Dita, sontak membuat Mika melebarkan mata sambil mencebik tak suka. “Kalian berdua pacaran, terus Aku disuruh ngemong Rio, gitu?”

“Konsepnya gak gitu juga kali, Mik. Biar Rio ada temannya, dia pasti bosan kalau cuma ada Aku sama papanya. Beda kalau Kamu ikutan,” jelas Dita.

“Lagian kencan ngajak anak.”

“Papanya Rio yang mau, biar lebih dekat sama Aku katanya. Tapi Aku maunya Kamu juga ikutan, Mik.”

“Gak, ah. Apa kata papanya Rio kalau tahu Aku ikut, ntar malah ganggu rencana dia lagi.” Tolak Mika.

“Please, Mik. Biar Aku yang bilang nanti sama papanya Rio. Mau ya, sekali ini aja.” Dita menahan lengan Mika, dan menghentikan langkah mereka. Memohon dengan wajah memelas, membuat Mika tak tega untuk menolaknya. Tapi bukan berarti ia setuju dengan ajakan Dita.

“Lihat nanti ajalah,” sahut Mika ragu, mengabaikan bujukan Dita yang terus saja melendot di lengannya. “Dih! Apaan, sih. Geli tahu!”

Dita tertawa, malah semakin mengeratkan tangannya. Beriringan menuju tempat parkir mobil. Cuaca yang sulit diprediksi membuat Mika memutuskan untuk membawa mobil milik Joe yang lama tersimpan di garasi rumahnya, sementara Dita pulang dengan mengendarai motornya.

“Bye, Mika. Jangan lupa nanti malam!” teriak Dita mengingatkan yang dibalas Mika dengan melambaikan tangannya.

“Saatnya kita pulang,” gumam Mika sambil memutar kunci, menyalakan mesin mobilnya. Terdengar suara memekakkan, tapi mesin mobil tidak juga menyala. Mika mencoba lagi, menginjak pedal gas dan terus mencoba lagi berulang kali. Tapi tetap tak membuahkan hasil. Bunyi deruman membuat pekak telinga, membuat pejalan kaki yang lewat di depannya menoleh sambil mengerutkan dahi.

“Astaga! Masa iya harus mogok lagi?” Mika membuka pintu dan keluar dari mobil, memijit kening dan sebelah tangan berada di pinggang. Berjalan mondar-mandir sambil sesekali menengadah menatap langit yang perlahan mulai tertutup awan hitam.

“Ibu Mika, mobilnya kenapa? Mogok lagi?” pak Danu datang tergopoh-gopoh, berlari menghampiri. Melihat bergantian ke dalam mobil juga Mika.

“Gak tahu nih, pak. Mesinnya gak mau nyala,” jawab Mika sambil menyandarkan punggung di badan mobil, lalu merogoh tasnya berinisiatif menghubungi mekanik yang dikenalnya.

“Telpon bengkel biar diperbaiki, Bu.”

“Iya, ini Saya lagi coba telpon.” Mika menghubungi mekanik mobil langganan Joe biasanya, sayang nomor yang dihubunginya itu sedang tidak aktif. “Ya udah, Pak. Saya titip di sini dulu aja mobilnya. Biar besok saja dibaikinnya.”

“Iya, Bu. Gapapa, aman mah kalau di sini.” Sahut pak Danu.

“Biar Saya naik taksi saja pulang. Pamit ya, Pak.” Mika berpamitan, setelah mengunci mobilnya.

“Iya, Bu. Silakan, hati-hati di jalan.”

Bugh!

Aah! Mika memegang keningnya yang mendadak berdenyut, saat berbalik tadi tanpa disadarinya tubuhnya menabrak sesuatu yang kokoh dan keningnya dihadang telapak tangan seseorang.

“Ada masalah? Mobilmu mogok?”

Mika mendongak, menatap wajah di atasnya itu. King? Bagaimana laki-laki itu bisa begitu cepat berada di sini, padahal belum lama ia berpamitan pulang pada Mika. Pakaiannya juga sudah berganti dan terlihat semakin tampan. Tanpa dapat dicegah, jantung Mika kembali berdegup kencang.

“Kamu belum jawab pertanyaanku?”

Mika menurunkan tangannya, wajah King menunduk dan balas menatapnya. “Mobilku tiba-tiba saja mogok. Aku sudah mencoba berulang kali, tapi mesinnya tetap tidak mau menyala.”

“Biar Aku periksa, mungkin saja akinya mati.” King menadahkan tangan meminta kunci mobil, dan Mika langsung memberikannya pada laki-laki itu.

Dari tempatnya berdiri, Mika melihat King membuka kap mobil, memeriksa beberapa bagian, berjalan memutar lalu masuk ke dalam mobil dan memutar kunci. Bunyi menderum kencang terdengar lagi sementara mesin mobil tak juga menyala. King melangkah turun, menutup kap mobil dan mencabut kuncinya lalu memberikannya pada Mika.

“Sudah berapa lama mobil ini mengeram di garasi rumahmu? Apa Kamu tidak pernah memeriksanya atau sekedar untuk memanaskan mesinnya setiap hari?”

Mika menggeleng dengan pipi bersemu merah, “Aku tidak tahu. Aku pikir saat kubawa mobil ini baik-baik saja sampai tiba-tiba mesinnya berhenti menyala,” sahut Mika sambil menatap mobilnya.

“Ikut denganku, Aku yang akan mengantarmu pulang.” Tanpa menunggu persetujuan Mika, King meraih tangan wanita itu dan menautkan jemari mereka. Berjalan bergandengan tangan menuju mobil King yang berada di seberang jalan.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!