NovelToon NovelToon
Antara Cinta Dan Perjuangan

Antara Cinta Dan Perjuangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Cinta Murni
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Raira Megumi

Ahmad Hanafi, seorang laki-laki cerdas dan tangguh yang ikut serta dalam perjuangan memerdekaan bangsa Indonesia dari jajahan negeri asing yang telah menjajah bangsanya lebih dari 300 tahun.
Saat mengabdikan seluruh jiwa dan raganya demi bangsa yang dicintainya, ia dibenturkan pada cinta yang lain. Cinta lain yang ia miliki untuk seorang gadis cantik yang sulit ia gapai.
Rosanne Wilemina Van Dijk adalah nama gadis yang telah memporak-porandakan keyakinan Ahmad Hanafi akan cintanya pada bangsa dan negaranya.
Cintanya pada dua hal yang berbeda memberikan kebimbangan luar biasa pada diri seorang Hanafi.
Pada akhirnya, cinta siapa yang akan dipilih Hanafi? Cintanya pada bangsa Indonesia? atau pada Rosanne? atau ada wanita lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Menggoda

Rosanne memilih untuk duduk di bawah pohon mangga yang ada di depan rumah Hanafi. Ada kursi kayu yang bisa diduduki. Tidak khawatir gaun panjangnya mungkin akan rusak atau kotor karena duduk di kursi kayu, Rosanne mendudukkan bokongnya di kursi tersebut. Kali ini ia membawa seorang pelayan perempuan yang akan menemaninya selama berkunjung ke rumah Hanafi.

Setelah kakak laki-laki Rosanne mengetahui bahwa adik perempuannya itu kerap mengunjungi rumah seorang bujangan, ia marah besar. Namun, Edward tidak bisa mengekang keinginan Rosanne untuk terus berkunjung ke rumah Hanafi dengan alasan memberikan pelajaran membaca dan menulis pada anak-anak. Untuk meredam pandangan negatif orang lain, Edward memberikan sebuah syarat yang harus dipatuhi Rosanne. Sebagai syarat agar Rosanne bisa tetap mengajar di tempat Hanafi adalah dengan membawa seorang pelayan perempuan sebagai pendamping.

Pelayan perempuan itu berdiri di samping Rosanne.

“Duduk saja! Kaki kamu akan pegal kalau berdiri terus.”

“Tidak apa-apa Nona Rosanne. Saya berdiri saja,” jawab pelayan perempuan itu sungkan.

“Jangan sungkan kepadaku. Kamu bukan hanya seorang pelayan tetapi kamu juga manusia. Aku tidak suka kamu berlaku terlalu sungkan kepadaku.”

“Tapi, nanti Tuan Edward marah kepada saya.” Pelayan perempuan itu semakin menundukkan kepala.

“Kamu tidak perlu takut kakakku memarahimu. Dia tidak akan tahu kalau kau duduk di sampingku.”

“Tapi Nona…”

“Jangan membantah! Aku akan marah kalau kamu membantah perintahku. Mengerti?”

“Mengerti, Nona.” Dengan masih sedikit sungkan, pelayan perempuan bernama Ratih itu duduk di samping Rosanne.

“Tuan rumah macam apa yang membiarkan tamunya kehausan?” gerutu Rosanne lebih kepada dirinya sendiri karena Hanafi tidak sedang berada di hadapannya. Salah ia sendiri kenapa berkunjung ke kediaman seorang laki-laki lajang. Ratih hanya terdiam mendengar gerutuan majikannya. Ia pun tidak tahu harus berbuat apa saat Rosanne mengeluh.

“Siapa pula yang mengundang kamu ke tempat saya?” tiba-tiba Hanafi sudah berdiri di belakang Rosanne sambil membawa satu gelas air minum.

“Oh, maaf. Bukan maksud saya untuk mengeluh, tapi…” Rosanne sedikit terkejut mendapati Hanafi sudah berdiri di dekatnya.

“Sudahlah! Saya malas berdebat dengan kamu. Saya bukan orang kejam yang membiarkan seorang perempuan kehausan.” Hanafi menyodorkan segelas air minum pada Rosanne.

“Kalau kamu haus juga, kamu bisa langsung mengambilnya di belakang rumah.” Ucapan Hanafi ditujukan kepada pelayan Rosanne.

“Kenapa kamu tidak mengizinkan saya untuk mengambil sendiri minuman ke belakang rumah?” protes Rosanne saat Hanafi menyuruh pelayannya mengambil minum sendiri. Sekarang ia sudah tidak segan lagi dengan memanggil Hanafi dengan sebutan kamu bukan tuan lagi.

“Karena saya yakin kamu tidak akan mampu mengambil minum sendiri.”

“Siapa yang mengatakan kalau saya tidak bisa mengambil minum sendiri? Saya bisa! Saya selalu mengambil minum sendiri jika sedang berada di rumah. Kamu tidak …”

“Sudahlah! Tidak perlu diperdebatkan. Tadi kamu berkata kalau kamu haus, kan? Habiskan air putihnya!” perintah Hanafi tanpa mau dibantah.

Rosanne menuruti perintah Hanafi dengan segera menandaskan air di dalam gelas hingga tak bersisa. Di akhir tegukan, Rosanne tersedak hingga terbatuk-batuk. Hanafi ingin tertawa melihat mimik wajah Rosanne yang lucu karena tersedak air, tetapi ia berusaha menahannya. Rosanne melihat sudut-sudut bibir Hanafi tertarik memperlihatkan sedikit senyuman. Hanafi terlihat begitu tampan. Degup jantung Rosanne berpacu.

*********

Tengah hari, Rosanne baru menyelesaikan kegiatan mengajarnya. Anak-anak rindu padanya sehingga tidak ingin cepat-cepat pulang.

Hanafi menyiapkan segelas air dan sepiring kudapan untuk Rosanne.

“Terima kasih.” Rosanne menghabiskan airnya. Ia sangat haus setelah hampir dua jam berbicara di depan murid-muridnya.

“Apa ini?” Rosanne takjub melihat satu piring berisi makanan yang disodorkan Hanafi.

“Pisang goreng.”

“Pisang goreng?” tanya Rosanne. Ia belum pernah melihat makanan dengan tampilan seperti itu.

“Pisang goreng buatan saya sendiri. Pisangnya baru saja diambil dari pohon.”

“Untukku?” tanya Rosanne masih belum percaya Hanafi memberikan sesuatu untuknya. “Boleh aku makan?”

“Silahkan.”

Rosanne mengambil sebuah pisang goreng dan langsung memakannya. Setelah beberapa kali kunyahan ia mengernyit.

“Kenapa? Tidak enak?” tanya Hanafi.

“Hm… rasanya asing bagi saya, tetapi setelah beberapa saat rasanya jadi enak,” jawab Rosanne.

“Syukurlah.”

“Kamu senang karena aku menyukai kue buatanmu, Hanafi?” goda Rosanne.

“Apa?”

“Kamu mendengarnya dengan sangat jelas, Hanafi.”

“Saya tidak mengerti maksudmu.”

“Lupakan saja.”

Rosanne mengambil pisang goreng yang kedua. Hanafi melihat apa yang dilakukan oleh Rosanne dan itu membuatnya senang.

Setelah pisang goreng keduanya habis, Rosanne mengambil pisang goreng ketiga.

“Kamu sangat menyukai pisang goreng atau kamu kelaparan, huh?”

“Aku sangat menyukai pisang goreng buatanmu dan aku berharap aku akan bisa terus menikmati pisang goreng buatanmu seumur hidupku.”

“Uhuk…” Hanafi tersedak air yang diminumnya saat mendengar perkataan Rosanne.

“Kamu tidak apa-apa, minj lief?” Rosanne menepuk-nepuk punggung Hanafi untuk membantunya mengurangi batuk-batuk akibat tersedak.

“Singkirkan tanganmu dari punggungku!” hardik Hanafi. Ia terkejut dengan reaksi tubuhnya terhadap sentuhan tangan Rosanne. Tiba-tiba saja terasa panas membakar di bagian tubuh yang disentuh Rosanne.

“Aku sedang membantumu,” bantah Rosanne.

“Aku tidak perlu bantuanmu!” sergah Hanafi masih dengan terbatuk-batuk. Warna kulit wajahnya berubah menjadi kemerahan, entah karena tersedak atau karena malu.

Akhirnya batuk-batuk Hanafi berhenti setelah beberapa saat. Ia minum segelas air yang disodorkan oleh Rosanne.

“Kalau minum jangan terburu-buru. Kalau terburu-buru, nanti kamu tersedak lagi,” ucap Rosanne memberi nasihat layaknya seorang ibu kepada anaknya.

“Itu karena ulah kamu,” gerutu Hanafi pelan yang sayangnya tidak terdengar jelas oleh Rosanne.

“Kamu bicara apa?” tanya Rosanne.

“Tidak ada,” jawab Hanafi.

“Ada! Tadi kamu bicara sesuatu.” Rosanne yakin ia mendengar Hanafi berbicara tetapi ia tidak mendengarnya dengan jelas. Itulah sebabnya ia bersikeras untuk mendapatkan jawaban dari Hanafi.

“Sudah saya katakan saya tidak bicara apa-apa. Kalaupun saya berbicara, itu bukaln hal yang penting. Tidak perlu kamu ketahui.”

“Aku yakin kamu mengatakan sesuatu tentangku. Aku hanya tidak mendengarnya dengan jelas saja. Hm… kalau kamu tidak mau bicara, aku akan…”

“Akan apa?” tantang Hanafi.

“Ik jal ze kussen,” ucap Rosanne.

“Huh?” Hanafi tampak tidak memahami apa yang diucapkan Rosanne dalam bahasa Belanda.

Wajah Rosanne berubah menjadi kemerahan. Ia merasa malu pada dirinya sendiri karena berani mengatakan bahwa ia akan mencium Hanafi. Walaupun ia yakin Hanafi tidak akan mengerti kalimat yang ia katakan, tetapi ia menjadi malu sendiri setelah mengucapkannya.

“Ik jal ze kussen.” lirih Rosanne mengatakan bahwa ia akan mencium Hanafi untuk kedua kalinya. Sekarang wajahnya sudah semakin memerah.

“Apa yang kamu katakan?”

“Kamu tidak memberitahu perkataan yang tadi kamu ucapkan, maka aku pun tidak akan memberitahu apa yang tadi kuucapkan.”

Hanafi melihat wajah Rosanne yang semakin memerah. “Kenapa wajahmu menjadi sangat merah? Apakah cuacanya terlalu panas untukmu?”

“Oh tidak, tidak terlalu panas. Hanya saja wajahku memang mudah memerah.” Ucap Rosanne berdalih karena malu dengan ucapannya. Ia mengeluarkan kipas berenda miliknya dan mulai mengipasi wajahnya.

“Kamu mau makan siang di sini?” tawar Hanafi.

Rosanne sangat terkejut mendengar tawaran Hanafi hingga kipas berenda yang sedang dipegangnya terjatuh.

“Terima kasih atas tawaranmu. Lain waktu, saya akan makan siang bersamamu. Untuk hari ini, aku sudah berjanji pada kakak laki-lakiku untuk makan siang bersama di rumah.”

“Begitu? Baiklah. Sampai jumpa lagi, Nona Rosanne.”

Rosanne tersenyum mendengar Hanafi menyebut namanya. Ia berharap suatu saat nanti, Hanafi akan memanggilnya Anne atau bahkan Wina seperti orang-orang terdekatnya memanggil.

“Sampai jumpa besok, Hanafi.” Setelah mengucapkan salam perpisahan, Rosanne menambahkan dalam hatinya, “Tot morgen, mijn liefste. Sampai jumpa besok, sayangku.”

“Hm…” balas Hanafi.

Hanafi membereskan piring dan gelas kotor bekas mereka pakai. Ada perasaan berbeda menyeruak ke dalam relung hatinya, perasaan yang tidak biasa dan masih belum ia pahami.

Sementara itu, di dalam kereta kuda yang berderap cukup kencang, seorang gadis muda tampak tidak bisa menghentikan senyum di bibirnya. Pikirannya melayang ke masa beberapa menit lalu dan saat ini dalam kepalanya dipenuhi oleh sosok seorang laki-laki tampan nan gagah bernama Hanafi. Ia sendiri tidak menyangka jika sikap Hanafi padanya akan berubah menjadi lebih ramah. Ah, hatinya dipenuhi oleh bunga-bunga musim semi.

***********

to be continued...

1
Nurgusnawati Nunung
Hanafi mulai berubah, jd luluh
Nurgusnawati Nunung
Hanafi orang yang tegas..
Nurgusnawati Nunung
hadir...
Anna Kusbandiana
lanjut ya, thor...👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!