NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30

Setelah bersitatap agak lama, Matthew mendapat udara lagi. Dia segera meraih tangan kebiruan perempuan muda yang duduk di sofa bersama dua wanita lain. Si dokter kini bahkan, ikut menelisik luka lebam pada wanita yang duduk di sebelahnya.

“Siapa yang melakukan ini padamu? Katakan!” Netra Matthew berkilat, menatap dalam.

Plak! Satu tamparan mendarat di bahu besar Matthew dari sang ibu. Manik biru mereka saling beradu.

“Lepas dulu, lepas. Kenalan yang baik! Maaf, ini Matthew … putraku.” Anne memperkenalkan dengan sopan sang putra yang beberapa saat lalu langsung saja menyerobot.

“Anu … kami kebetulan ternyata sudah saling mengenal.” Suara Melinda terdengar lirih.

“Eh?” Kompak dua wanita lebih tua menatap mereka bergantian.

“Hhhh … maaf, saya tidak sopan barusan.” Matthew mengulurkan tangan dan mengecup singkat punggung tangan Sartika—mama Melinda—masih terpaku menatap si pria yang kini menunduk.

“Ah, i-iya … tidak apa-apa. Kalian satu tempat kerja?” Sartika langsung menyadari, dokter menyebalkan yang kerap menegur sang putri kesayangan.

Melinda dan Matthew mengangguk kompak tanpa suara.

“Suatu kebetulan yang menyenangkan, anak kita juga berteman rupanya.” Anne tersenyum tipis sambil menggenggam jemari Sartika.

“Tidak!” Giliran suara Melinda dan Matthew kompak menyahut.

“Aw … kalian tidak memiliki masalah ‘kan?” Anne menyahut cepat.

“A-anu maksud saya, Dokter Matthew adalah dokter senior sedangkan saya masih—”

“Hhhh … lupakan itu dan jelaskan apa yang terjadi padamu! Kenapa kau dan mamamu memiliki luka? Siapa yang melakukan hal ini pada kalian?!” Matthew sudah tak memiliki kesabaran untuk menunggu lagi.

Netra Matthew tak mereda dari kilatan. Mati-matian dia melindungi sang ibu dan begitu menghargai seorang perempuan. Si pria manik biru tak juga berani meninggikan suara meski sedang kesal. Namun, kini dia harus melihat Melinda dan sang Mama dalam kondisi babak belur penuh luka. Perlahan, Sartika menjelaskan dengan jujur pada Matthew. Beberapa kali napas si dokter tercekat dan kepalan tangan mulai menguat.

Sartika memiliki dua orang anak. Sang putra bekerja di Negeri Jiran, demi dapat memenuhi biaya hidup mereka dan menanggung kuliah sang adik—Melinda. Sedangkan suaminya—Putra—menjadi pecandu alkohol setelah masa pensiun kemarin. Putra sangat berubah, dia menjadi sosok pria yang kasar dan tak bermoral. Dia kerap hilang akal ketika mabuk dan melakukan tindak kekerasan. Hampir seluruh isi rumah hancur, tetapi Sartika masih terus bertahan karena Putra selalu meminta maaf ketika telah sadar kembali. Lalu alasan kuat si Mama memutuskan untuk pergi malam ini adalah menyelamatkan sang putri tercinta.

Beberapa kali Melinda berhasil melindungi sang Mama dan justru dia terus terkena pukulan. Lalu, suasana berubah makin mencekam sebab Putra terus melayangkan tindak kekerasan tanpa henti pada Melinda. Mereka tak punya tempat tujuan, hingga akhirnya menghubungi Anne meminta bantuan.

“Bolehkah kami berada disini? Hanya sampai Kevin pulang, kami janji.” Suara Sartika masih bergetar.

Anne memeluk sahabat yang mulai terisak, dia berusaha menguatkan wanita hebat di samping. Tak lepas tatapan pada sang putra sambil memelas. Tak tahu saja, isi kepala Matthew sudah sangat ingin segera menerjang bedebah sialan yang sedang kebingungan mencari keberadaan anak dan istrinya. Tentu saja, mereka diizinkan tinggal di rumah Matthew tanpa syarat apapun. Beberapa kali, Matthew berusaha membujuk Sartika untuk melaporkan kejadian yang mereka alami. Akan tetapi, wanita itu mengelak.

***

“Kau akan menahannya begini saja?” Matthew menyusul Melinda dan duduk di kursi sebelah si perempuan.

“Apapun keputusan Mama, akan saya dukung, Dok. Lagi pula, Papa orang baik. Dia hanya … pemabuk.” Melinda tersenyum ke arah Matthew.

“Hanya kau bilang? Jika dia orang baik, dia akan menjaga minuman itu agar tidak mengambil alih pikirannya dan berakhir pada penyesalan.” Matthew meraih lengan Melinda dan menatap berapa banyak luka lebam di sana.

Melinda segera menarik lengan dari Matthew, “tetap saja, dia adalah Papa.”

“Ck, pria brengsek yang tega melukai anggota keluarganya. Begitu maksudmu?” Matthew masih tidak ingin mengalah.

“Tolong, Dok. Hentikan celaan Anda, dia tetap Papa saya.” Netra Melinda mulai berair.

“Dan kalian rela dicintai dengan cara seperti ini? Bahkan, kau terlihat begitu ceria seperti tak pernah ada yang terjadi setiap hari. Melinda, berhentilah bersandiwara.” Manik biru Matthew mengunci tatapan pada perempuan muda yang terpaut delapan tahun usia darinya.

“Benar, saya memang ahli bersandiwara. Karena abang tidak ada dan Mama cuma punya saya. Jadi, saya harus menguatkan kaki untuk tetap berdiri lagi. Saya tidak pernah bilang ini mudah, tapi ini jauh lebih baik ketimbang dikasihani.” Melinda pergi meninggalkan ruangan.

Matthew masih terpaku, duduk sendirian. Dia menghela dan menghembuskan napas berat berulang kali sambil memijat pelipis yang berkedut kuat. Dia hanya tak menyangka, jika gadis seceria Melinda dengan seluruh sifat tengilnya juga punya problematika tersendiri dalam hidup. Tentu saja, siapa yang bilang hidup selalu menyenangkan?

***

Mentari bersinar begitu cerah di langit yang membiru dengan arakan awan putih sebagai penghias. Matthew berjalan cepat di koridor rumah sakit menuju ruang gawat darurat. Sampai disana, manik biru si dokter segera mengedar mencari sosok Melinda yang sudah berangkat mendahuluinya. Beberapa detik berlalu hingga dia menangkap bayangan si perempuan.

“Matt!” Suara Nanda terdengar dari arah belakang, tepat sebelum Matthew mengambil langkah. Terpaksa dia menoleh lebih dulu.

“Selamat pagi, Dok. Baru datang?” Matthew menyapa Nanda dengan senyuman.

“Hm, sedang apa kau—”

“Tunggu sebentar, ya!” Matthew meninggalkan Nanda dengan kalimat yang menggantung diudara. Si pria melangkah ke arah Melinda.

“Melinda, kau meninggalkan ini dirumah. Mama menitipkannya.” Matthew mengulurkan ponsel yang tertinggal, “cepat ambil, Nanda menungguku!” Kalimat susulan karena Melinda hanya bergeming.

Matthew segera berbalik setelah Melinda menerima ponsel tadi. Netra Nanda terlihat bingung, mengerjap berulang kali. Suasana ruang gawat darurat mendadak hening. Semua mata menatap dokter Matthew dan si dokter muda bergantian penuh tanda tanya. Sekarang Matthew sudah berada di depan Nanda yang mematung kehilangan suara.

“K-kalian—” Nanda tergagap sambil kikuk menunjuk Melinda dan Matthew.

“Hhhh … ayo lekas pergi dari sini, pasien sudah menunggu kita.” Matthew menyeret tubuh sang sahabat begitu saja.

Tak banyak bicara, Nanda yang terseret hanya bisa pasrah menuruti langkah Matthew. Meski dia menyimpan banyak tanda tanya dalam kepala, tetapi dia masih berusaha hening. Ribut sekali menyusun kalimat yang tepat. Jadwal praktek masih dibuka satu jam lagi, mereka masih memiliki cukup banyak waktu untuk saling bertukar cerita. Ketimbang ke ruang kerja, gantian Nanda yang menyeret Matthew menuju kantin rumah sakit.

Ini tidak bisa dibiarkan, sejak kapan mereka dekat? Sejak kapan Matthew mulai melihat ke arah lain, selain buku? Kenapa aku bisa melewatkannya? Nanda sibuk berteriak dalam hati.

***

BRAK!

***

Henlo there ... Jangan lupa support like dan komentar ya, terima kasih 🥰

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!