Dokter Cantik Tuan Psikopat

...༻⌘༺...

Dari pencariannya, Cody bisa mengetahui kalau Ares merupakan anak yang diadopsi keluarga Beneditch. Bersamaan dengan itu, telepon dari Kevin masuk.

"Cody! Keluarga Manchester mencarimu! Cepatlah ke sini!" ujar Kevin dari seberang telepon.

Cody langsung berdiri dengan lidah berdecak. Dia lupa kalau kasus yang dirinya ungkap bukan hanya tentang Athena. Buru-buru Cody pergi ke kantornya.

Setibanya di kantor, Cody langsung memberikan pengertian pada keluarga Manchester.

"Ternyata kinerja kau sama saja dengan polisi! Harus berapa lama kami menunggu?!" timpal Ivan.

"Tenanglah. Penyelidikan ini butuh waktu. Apalagi kami melakukannya hanya berdua," balas Cody.

"Oke. Kalau begitu apa kau sudah mendapat petunjuk yang meyakinkan mengenai keberadaan Jerome?" selidik Ivan.

"Aku punya petunjuk, dan aku pastikan sebentar lagi kita bisa menemukannya," ujar Cody.

"Cepatlah! Ini sudah dua minggu lebih! Aku takut sesuatu hal buruk akan menimpa Jerome," ucap Marrie, istrinya Ivan.

"Baiklah..." Cody membungkukkan sedikit badannya, lalu mempersilahkan Ivan dan Marrie pergi. Setelah itu, Cody dan Kevin mendengus lega.

"Ini semua gara-gara kasus Athena. Kau jadi lupa dengan kasus Jerome!" timpal Kevin.

"Kenapa kau menyalahkanku? Lagi pula terakhir kali kita sudah mendapat petunjuk mengenai Jerome kan?" tanggap Cody.

"Maksudmu mengenai mobilnya yang pergi menuju hutan itu? Tapi mobil itu belum pasti milik Jerome. Karena kualitas CCTV yang buruk, kita tak bisa melihat plat mobilnya dengan jelas. Karena itu pula penyelidikan kita tersendat," jelas Kevin panjang lebar.

"Hutan... Hmmm..." Cody mengingat kembali rekaman CCTV saat dirinya melihat mobil yang mirip seperti mobil Jerome berjalan ke arah hutan belantara.

"Kita harus periksa hutan itu!" cetus Cody seraya berdiri.

"Apa?!" Kevin malas sekali. Karena mobil yang dia dan Cody lihat di CCTV belum tentu milik Jerome. Meskipun begitu, Kevin tetap mengikuti Cody.

Ketika Cody membuka pintu, sebuah amplop besar ditemukannya. Tanpa pikir panjang, dia buka amplop itu.

"Apa itu?" Kevin segera ikut melihat.

Setelah ditilik, ternyata isi amplop hanyalah beberapa lembar foto mencurigakan. Foto-foto itu hanya memperlihatkan pepohonan di hutan secara berurutan. Sampai muncullah foto akhir yang menjadi petunjuk jelas untuk Cody.

"Mobil Jerome!" seru Kevin.

"Ayo!" buru-buru Cody naik ke mobilnya. Hal serupa lantas juga dilakukan oleh Kevin. Keduanya segera pergi menuju hutan yang sejak awal ingin diperiksa Cody. Lelaki itu enggan memeriksa hutan tersebut karena dihantui perasaan ragu. Sebab hutan itu dikenal sepi dan belum memiliki jalan beraspal. Selain harus menanggung bahaya, seseorang bisa dibuat tersesat bila pergi ke hutan itu.

"Hutan itu sangat besar. Kau yakin mau ke sana? Aku yakin kau juga sering mendengar banyak terjadi kasus orang hilang di sana. Bagaimana kalau kita ikut hilang?" ungkap Kevin dengan ekspresi cemas.

Cody yang sudah menjalankan mobil, tiba-tiba menghentikannya lagi. "Kalau kau ragu, maka tidak usah ikut!" sarannya.

Meski Cody seringkali bersikap sembrono, namun ada kalanya dia bersikap serius. Terutama saat harus berurusan dengan hal yang genting. Mungkin karena itulah kinerjanya dikenal baik oleh orang.

"Apa? Kau yakin?!" Kevin kaget.

"Ya. Lagi pula, harus ada seseorang yang berjaga di kantor. Kalau aku tidak kembali, laporkan semuanya pada polisi!" ujar Cody.

"Baiklah kalau begitu. Berhati-hatilah..." Kevin turun dari mobil. Dia menatap kepergian Cody dengan wajah cemas.

...***...

Athena membuka matanya. Dia menemukan dirinya berada di atas ranjang. Jika biasanya dirinya selalu terbangun sendiri, kali ini berbeda. Sebab Ares tampak telentang di sebelahnya. Lelaki itu menatap ke arah Athena.

"Kau membuatku kaget!" ucap Athena dengan mata terbelalak. Dia dan Ares sama-sama dalam keadaan tanpa busana.

Ares terkekeh. "Aku baru sadar betapa cantiknya kau saat tertidur," komentarnya.

"Apa itu pujian tulus?" tanya Athena.

Ares tak menjawab. Dia justru memancarkan tatapan lekat.

"Kenapa kau menatapku begitu? Apa kau jatuh cinta padaku setelah aku mengakuimu sebagai cinta pertama?" cecar Athena.

"Bagaimana kau bisa mengenalku? Sementara aku tidak pernah melihatmu sama sekali di sekolah?" Ares malah berbalik tanya.

"Karena aku hanya gadis biasa saat itu. Orang sepertiku tidak akan menarik perhatianmu," jawab Athena.

"Harusnya kecantikanmu menarik perhatianku," komentar Ares.

'Sekarang saatnya!' batin Athena. Dia mendekat ke hadapan Ares. "Bolehkah aku bertanya kenapa kau tiba-tiba menghilang?"

Ares tidak langsung bercerita. Ia terdiam dalam sepersekian detik.

"Apa itu begitu sulit untuk diceritakan?" tanya Athena.

"Apa kau pernah mendengar kasus perampokan keluarga Stewart?" imbuh Ares.

"Tentu saja. Semua orang tahu itu," tanggap Athena.

"Insiden itu tidak akan pernah terlupakan bagiku," kata Ares.

Athena memegangi wajah Ares. "Kau bisa ceritakan semuanya pelan-pelan padaku," tuturnya.

"Sebenarnya semuanya berawal sejak aku berusia sepuluh tahun," ungkap Ares.

Athena mengerutkan dahi. 'Sebenarnya dia akan menceritakan insiden perampokan atau masa kecilnya? Kenapa semua dimulai saat masa kecilnya?' batinnya heran.