NovelToon NovelToon
Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Dua bersaudara kakak beradik yang sudah lama memainkan MMORPG menggunakan kapsul DDVR (Deep-Dive Virtual Reality) tiba-tiba berpindah dunia disaat mereka sedang menunggu tutupnya server.

Adik perempuan yang bernama Rena sudah bertahun-tahun menggunakan kapsul DDVR yang sekaligus digunakan sebagai penunjang kehidupan karena dirinya yang mengalami koma akibat kecelakaan di masa lalu, akhirnya bisa mengalami dunia nyata meskipun dengan tubuh yang berbeda dan di dunia yang berbeda pula.

Berbeda dengan kakak laki-lakinya, Reno, yang sudah mempersiapkan pernikahannya sementara semua impiannya hampir sudah tercapai semua kini harus dihadapkan dengan situasi yang berbeda, di dunia dan dengan tubuh yang berbeda, sama sekali tidak memiliki jalan untuk kembali.

Apakah Reno akan mengalah dengan adiknya, Rena, dan hidup di dunia baru sebagai seorang Penakluk? atau dia akan tetap berusaha mencari jalan pulang sementara meninggalkan adiknya di dunia yang asing dan kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#6 – Intrik Politik Peperangan I

Setelah mendarat dengan dua kaki mereka dan memberikan aura yang benar-benar mendominasi, Reno pun berdiri sigap menjaga adiknya dari segala ancaman yang mungkin bisa saja menyerang kapanpun sementara dengan sayap keduanya yang masih melebar sebagai buff tambahan dari sayap iblis dan malaikat mereka untuk jaga-jaga.

“Kak, bisakah kita tutup sayap kita saja? Karena sayap kita memberikan buff tambahan 20% untuk stats dan segala buff yang kita pakai,” Bisik Rena yang berdiri di belakangnya. “Jadi aku rasa mereka sudah menyerah dan tunduk deh karena tahu kita juga sebenarnya jauh lebih kuat dari mereka.”

Reno menoleh sedikit dan hanya memperlihatkan lubang telinganya. “Kata siapa mereka lemah dari kita? Dan apa kamu yakin bahwa tidak ada sosok yang lebih kuat dari kita diantara mereka yang sampai saat ini masih bersembunyi, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang? Kita harus tetap waspada, rena, mau bagaimanapun juga.”

Sementara itu terdapat ruang luas berbentuk lingkaran yang terbentuk dengan keduanya yang berdiri di tengah, sementara para pasukan seluruhnya berlutut merangkak, bahkan tidak berani mengangkat kepala mereka. Kecuali seorang pria berjenggot putih dengan beberapa kesatria di sebelahnya yang berdiri dan menatap Rena dengan terpukau.

“Kak, aku harus cepat-cepat menyembuhkan mereka yang terluka dan … dan menghidupkan mereka yang mati–”

“Apa kamu sudah gila?!” Potong Reno berbisik namun berteriak. “Jika mau, cukup menyembuhkan mereka saja, tidak perlu menghidupkan mereka kembali, kakak tidak mau kekuatanmu diukur oleh sosok yang mungkin sampai saat ini masih bersembunyi memantau kita,” lanjutnya dengan tatapan menyorot, mewaspadai dengan memantau sana-sini.

“Ih kakak terlalu paranoid, deh–”

“Sudah kakak bilang, ikuti apa kata kakak, kakak tidak mau kamu kenapa-kenapa. Sebelum itu, biarkan kakak cek area sekitar dulu.”

Lalu dengan sihirnya, [Clairvoyance], Reno pun mulai meluaskan indranya, mencoba merasakan segala ancaman dalam radius 5 kilometer.

“Hm, untuk sekarang sepertinya aman,” ucap Reno mengangguk pelan.

“Bagus deh kalau begitu, aku akan langsung—”

Sesaat Rena hendak berjalan ke depan, Reno kembali menahannya. “Tunggu sebentar.” Kemudian mulai melirik ke arah dua belah pihak. “Randall! Lambart! Kalian sebagai seorang Raja, kemari lah ke hadapanku!” teriak Reno memanggil.

“Kakak! Kenapa sih merepotkan diri sendiri?!” ujar Rena tampak mengerutkan keningnya.

Lalu dengan ragu-ragu, kedua Raja pun mulai berjalan ke arah Reno. 

“Jaga jarak kalian! Berdirilah di sana!” Ucapnya sambil menunjuk ke arah kanannya. “Dan jangan coba-coba kalian melakukan gerakan kejutan apapun.”

Lambart dan Randall pun berjalan perlahan, sampai akhirnya berdiri bersebelahan dengan canggung dan tertunduk di tempat yang sudah ditunjuk oleh Reno. Keduanya juga tampak saling melirik satu sama lain karena merasa bingung dengan kejadian tersebut, ditambah dengan keduanya yang awalnya saling berperang, kini berdiri bersebelahan di depan entitas yang sama sekali tidak mereka kenal.

Reno kemudian mencoba memperhatikan keduanya, lalu mulai menatap keduanya dengan tajam sambil bertanya, “setelah ini, apakah kalian akan kembali berperang dan menumpahkan darah?”

“Tidak! Wahai yang agung!” Ucap keduanya serentak.

Mereka memanggilku yang agung? 

Lalu Reno pun kembali bertanya, “apakah kalian tahu siapa kami?”

Dan keduanya pun saling tatap karena ragu dan takut untuk menjawab. Mereka khawatir jika salah jawab, maka akan langsung mati seketika sementara sejak tadi sudah merasakan aura kematian datang dari Reno.

Sepertinya mereka sudah benar-benar takluk. Pikir Reno sambil mengecek mimik wajah kedua raja.

Reno pun menatap Rena yang tampak menatap khawatir para prajurit yang terluka sedari tadi, dan mengalihkan kembali pandangannya menatap ke arah dua raja yang kini sedang ketakutan. “Baiklah, sepertinya ini sudah cukup. Aku tidak ingin terlihat seperti preman pasar yang sedang merundung pedagang kaki lima.”

Kemudian Reno pun lanjut berbisik ke arah Rena. “Sepertinya sudah aman, kakak tidak menemukan apapun yang mencurigakan sementara dua orang ini tampak begitu ketakutan, padahal mereka adalah raja. Sekarang, mari kita mulai dengan menghilangkan sayap kita terlebih dulu tanpa perlu menonaktifkan semua buff untuk berjaga-jaga.”

Rena pun mulai menghilangkan sayapnya bersamaan dengan Reno. Lalu dengan sayap keduanya yang sudah menghilang, tampak ketenangan dan perasaan nyaman seakan menyebar ke seluruh pasukan yang tampak di wajah mereka yang terlihat lega dengan helaan nafas panjang. 

“Kalian mendekat lah,” ucap Rena dengan anggunnya, memanggil dua Raja yang sudah tampak tenang, namun masih mencoba menghindari tatapan tajam Reno.

Kedua Raja pun mulai berjalan mendekat, dan secara tiba-tiba langsung berlutut di depan Rena.

“Wahai yang agung, mohon maafkan kami, para manusia rendahan ini yang telah membuat kerusakan dan pertumpahan darah,” ucap Lambart dengan sungguh-sungguh.

Lalu diikuti oleh Randall. “Mohon ampuni kami juga wahai yang agung, kami benar-benar telah dibutakan oleh amarah dan emosi.”

Rena pun menatap canggung dan mulai berpikir di dalam benaknya. Ngggh, ini kenapa jadi seperti sedang memarahi anak TK, ya?

“B-baik, kalian berdirilah terlebih dulu,” ucap Rena dengan lembut dengan suara malaikatnya yang tanpa sadar membuat kedua raja tergugah hatinya dan hampir kembali meneteskan air mata.

Kini kedua Raja pun sudah berdiri.

“Kalian, tolong bawakan para yang terluka terlebih dulu ke depan, saya akan menyembuhkan mereka,” ucap Rena dengan suara yang dapat menyentuh sanubari siapapun yang mendengarnya seakan sebuah siraman rohani karena efek dari salah satu buff nya yang kini masih aktif semua.

Mereka hampir menangis hanya karena mendengar suaraku. Selama di game, aku tidak pernah menemukan NPC yang nangis karena buff [angelic voice]-ku. Pikir Rena sementara itu.

“Baik, wahai yang agung,” ucap kedua raja hampir serentak, dan langsung mulai kembali ke barisan pasukan mereka masing-masing.

Tak lama, dengan gerak yang cepat dan sigap, kini dua pasukan pun terbelah dan menyisakan ruang yang luas di antara dua pasukan dengan bentuk garis lurus untuk tempat para prajurit yang terluka berbaring. Sementara itu, para prajurit yang tidak terluka pun mulai membangun kemah-kemah seakan saat festival akan segera digelar di tempat itu.

Kini para prajurit yang terluka pun sudah ditata dan dibaringkan di depan Rena, dan dengan begitu, Rena pun mulai mengangkat tongkat sihirnya untuk menggunakan kemampuan khusus ras nya [Mass ultra-heal] sedang cahaya emas mulai menerangi ribuan prajurit yang terluka.

Dari kilauan cahaya yang menutupi sekujur tubuh para prajurit, para luka prajurit pun secara perlahan mulai sembuh, bahkan mereka yang kehilangan anggota tubuh dan mereka yang punya penyakit dan komplikasi kronis pun juga ikut tersembuhkan.

“Kekuatan macam apa ini? Hiks … hiks … tanganku yang putus akhirnya kembali lagi, terima kasih wahai yang– tidak tidak, terima kasih wahai Dewi. Tidak ada penyihir yang mampu melakukan ini, tidak ada, hiks hiks, terimakasih wahai Dewi,” ucap salah satu prajurit yang merupakan seorang komandan pasukan Everion sambil terisak-isak dan penuh syukur.

Lalu diikuti dengan prajurit yang lain yang ikut menangis karena menyaksikan keajaiban meraih diri mereka.

Rena yang menyaksikan itu pun ikut meneteskan air mata tak kuasa menahan rasa hangatnya suka cita. Akhirnya … akhirnya aku berguna untuk orang-orang. Akhirnya aku memiliki suatu hal yang bisa aku banggakan.

Reno sangat mengenal sifat adiknya yang sangat mudah bersimpati kepada siapapun, ia benar-benar mengenal betapa lembut hati adiknya. Namun secara bersamaan, ia sangatlah khawatir dengan apa yang sudah adiknya lakukan.

Ini luar biasa … aku bahkan sampai merasakan betapa hangatnya kemampuan Rena. Namun, ini sangat mengkhawatirkan … aku takut orang-orang jahat akan mulai mengincarnya dan memanfaatkannya, apalagi mengingat sifat dan hatinya yang begitu lemah lembut. Haa … bahkan di dunia ini, aku harus menjadi kakak super yang selalu melindungi adiknya. Baiklah, mau bagaimanapun juga, aku akan melindungi dirimu, adikku tersayang. Pikir Reno sembari terus menatap adiknya dengan tatapan bangga bercampur khawatir.

Reno pun kembali melangkah ke depan, bersiaga menjaga adiknya yang tengah bersuka cita dengan air mata yang terus mengalir. Kemudian menoleh dan mulai meledeknya, “hei cengeng, berhati-hatilah mulai sekarang,” ucapnya sambil tersenyum.

Rena pun salah tingkah dan langsung memukul pelan Reno. “Ih kakak mah, bukannya menenangkan ku, aku malah diledek.”

“Dasar,” ucap Reno tersenyum dan mulai mengusap-usap kepalanya. “Sudah sudah, kamu baru saja melakukan hal yang keren, sementara mulai sekarang, berwaspada dan selalu berhati-hatilah.”

Pipi Rena memerah dan hanya bisa menunduk sambil mengangguk pelan.

Lalu tiba-tiba para prajurit yang sudah disembuhkan pun mulai berlarian ke arah Reno dan Rena. Sementara Reno pun langsung bersikap dengan mengeluarkan sihir [anti-magic shield] yang melingkari area yang mencakup dirinya dan Rena.

“Rena bersiaplah!” Ucap Reno penuh dengan kesiagaan.

“Tenang kak, cepat turunkan senjata kakak,” ucap Rena dengan tenang sambil memegang sabit besar Reno, kemudian menunjuk ke arah prajurit yang berlarian ke arahnya yang tiba-tiba bersujud dan melingkari keduanya. “Lihat mereka. Mereka tidak bermaksud— hah? Lah kok malah sujud???!!” Lanjutnya, terkejut.

Melihat Rena terkejut, Reno pun semakin siaga dan mulai mengeluarkan lingkaran sihir di tangannya. “Sial, apakah mereka ingin menggunakan  sihir tingkat tinggi yang hanya bisa dilakukan dengan cara–”

“Kak tolong hentikan! Mereka tidak sedang merapalkan sihir! Coba hilangkan dulu sihirnya,” ucap Rena yang tampak jengkel.

Reno pun melepaskan sihir [anti-magic shield]-nya, dan dengan begitu suara yang tadi kedap pun mulai terdengar dari para prajurit yang bersujud. 

“Wahai Dewa dan Dewi! Mohon terima persembahan dan ucapakan terima kasih kami!” Ucap mereka serentak.

Hah? Dan Reno pun terperangah.

“Kan apa ku bilang, mereka tidak berniat apa-apa,” bisik Rena. “Tapi kok mereka malah … haaa … ini sungguh merepotkan. Coba kak, katakan sesuatu kepada mereka.”

“Lah kok malah– mhm, baiklah,” balas Reno sambil tetap menjaga sikapnya. “Perhatian semuanya!” Teriaknya dengan lantang. “Kami bukanlah Dewa, kalian berdirilah!”

Fuhhh … daripada berujung menjadi hal yang merepotkan dan malah diincar oleh dewa sungguhan, lebih baik langsung menyangkal saja. Pikir Reno merasa lega.

Sementara Rena menepuk keingnya. Ya ampun kak, kenapa malah disangkal? Padahal asik kalau orang-orang di dunia ini malah menyembah kita, hehehe.

Para prajurit yang tadinya beristirahat dan ikut-ikutan menyembah pun akhirnya mulai berdiri dan diikuti oleh para prajurit yang sudah disembuhkan namun dengan gelagat yang canggung dan bingung.

“Kak, kenapa kakak malah menyangkal pengakuan mereka?” Bisik Rena.

Reno pun menoleh dengan alis mengangkat sebelah. “Apakah kamu pernah sok-sokan menjadi jagoan dan malah didatangi oleh jagoan sungguhan sewaktu masih sekolah?”

“Tidak,” geleng Rena.

“Baguslah kalau tidak pernah,” ucap Reno dan kembali menoleh ke arah prajurit yang kini sudah berdiri dengan bingung di hadapannya. “Sekarang, panggil raja kalian ke hadapanku.”

Kalau diingat-ingat, itu adalah hal yang membuatku trauma sewaktu SD sampai membuatku selalu pulang melalui jalan memutar yang jauh agar tidak bertemu dengan mereka. Pikirnya sementara itu mengingat masa kelam sewaktu kecil dulu.

Tsk, tidak mau disebut dewa tapi sikapnya malah begitu. Mana ada orang yang memerintah raja seperti itu selain seorang dewa? Pikir Rena kembali menepuk keningnya.

Tak berapa lama, kedua Raja pun kembali dan langsung berlutut di hadapan Reno, yang mana kedua Raja hampir saja bersujud di depannya sebelum akhirnya dirinya sendiri yang meminta keduanya untuk berlutut saja.

“Mohon perintahnya wahai De– maksud kami, wahai yang agung,” ucap Lambart dengan penuh ketundukkan.

“Aku ingin berbicara kepada kalian, jadi tolong bawa kami ke tenda kalian. Dan berdirilah,” ucap Reno memerintah.

Sesaat kedua Raja berdiri, seketika keduanya pun menunjuk ke arah pasukan mereka masing-masing.

“Silakan,” ucap keduanya hampir bersamaan.

Haaa …. Reno menepuk jidatnya dengan tatapan pasrah.

Beberapa saat kemudian, akhirnya tenda baru pun dibangun di tempat dimana para prajurit terluka yang sudah disembuhkan berada. Dan di dalam kini, kedua Raja bersama dengan Reno dan Rena pun duduk di dalam, dan mulai mendiskusikan banyak hal, sementara tujuan Reno berdiskusi adalah ingin mendapatkan informasi sekaligus untuk lebih mengenal dunia baru yang asing ini.

****.

Bersambung ….

****.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!