Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 9.
Rama dengan cepat memasang mode waspada, sepertinya kali ini sang Tuan mendapat lawan yang sepadan. Hena sulit dibuat tunduk dan patuh pada perintahnya.
"Bayaran mahal untuk terapi sepertinya juga bisa" kata Hena lagi.
Agam berbalik. " Apa maksud mu?" suara dingin itu hanya mampu membuat Rama yang membeku.
"Aku hanya memikirkan beberapa headline yang mungkin akan muncul saat aku mengarang indah apa yang sebenarnya terjadi di hotel malam itu" jawab Hena dengan raut wajah yang membuat Agam ingin sekali langsung menerkamnya.
"Nona Hena tenang saja. Tuan Agam akan mengabulkan semua permintaan Nona pada kesepakatannya"
Agam menatap tajam sang asisten yang dengan beraninya berkata bahwa dia akan menuruti semua permintaan Wanita Drama ini.
Rama tidak peduli dengan tatapan itu, yang penting untuknya saat ini adalah mengamankan dunia. Jangan sampai perang dunia ke tiga pecah di dalam ruangan ini maupun di luar ruangan. Rama tahu di bawah sudah banyak media menanti dengan setia untuk mendapatkan apa saja yang berhubungan dengan nama besar sang Tuan.
"Baguslah. Ubah kesepakatannya baru hubungi aku" Hena melangkah menuju pintu, dirinya ingin cepat keluar dari ruangan ini.
"Tidak perlu mengantarku, aku bisa turun sendiri" Hena menahan Rama yang ingin mengiring langkahnya.
"Tapi di bawah banyak..." belum sempat kata-kata Rama selesai Agam sudah menyelanya.
"Biarkan saja. Bukankah dia sudah biasa menghadapi media"
Hena terus melangkah keluar dari ruangan Agam, tidak memperdulikan apa yang Pria Sombong itu katakan. Hena kini berdiri di depan lift yang pintunya sudah terbuka, siap mengantarkan dirinya ke lobby perusahaan. Hena menatap ke bawah dan meremas tangannya yang sejak tadi gemetar. Ia memilih membiarkan pintu lift kembali tertutup dan membawa langkah menuju tangga darurat.
Satu persatu anak tangga Hena naiki. Langkahnya terasa berat karena beban kehidupan tapi sepatu cats yang nampaknya disalahkan. "Kenapa tadi tidak memakai sendal jepit saja" dengan air mata yang mulai jatuh Hena menggerutu.
Di anak tangga terakhir yang akan mengantarkannya sampai ke rooftop gedung perusahaan Raksa Group, langkahnya semakin lemah hingga tangannya berpegang pada dinding. Dengan tangis yang mulai tak terkendali dirinya meraih pintu, membuka dan lekas membawa diri ke luar dari bangunan yang membuatnya sesak dari tadi.
Hena meraup banyak oksigen dengan tangis yang mulai terdengar pilu, berkali-kali ia memukul dadanya yang terasa sesak.
Menjual diri, menjajakan tubuh untuk popularitas, wanita murahan, jalang bahkan perusak hubungan kini tersemat untuk dirinya.
Dikhianati, karier hancur dengan segala gelar buruk lah yang membuatnya mengambil keputusan untuk melangkah ke perusahaan Raksa Group. Ia berharap keputusannya ini menghadirkan setitik harapan untuk membersihkan nama baiknya. Beribu kali Hena membantah tuduhan buruk yang diarahkan padanya, tapi media seakan tidak mendengar. Seperti ada yang mengendalikan, keterangannya sama sekali tidak diperdulikan hingga Hena lelah untuk memberi klarifikasi terus-menerus pada media.
Tapi kata-kata Agam tadi kembali membuka luka yang selama beberapa minggu ini berusaha Hena tutupi. Pria Arogan itu benar-benar tidak sopan, mengatai dirinya sesuka hati hanya dengan bermodalkan gosip murahan.
"Dasar Pria Arogan!!!" Hena berteriak kencang melampiaskan kekesalannya di atas rooftop yang terlihat sepi.
"Pria Sombong yang tidak punya sopan santun!"
"Pria gila, konyol, dingin, belok!!"
"Awas kau, Agam Raksa!!!" Hena meneriakkan dengan sangat kencang nama sang pemilik gedung dengan bertumpu pada pembatas pinggiran rooftop hingga tubuhnya sedikit terangkat. Jika orang lain melihat mungkin akan menilai Hena ingin mengakhiri dirinya.
"Kau bertengkar dengan kekasihmu?"
Suara itu membuat Hena terhuyung, karena kaki yang masih lemah membuat pantatnya mendarat sempurna di atas lantai rooftop.
Hena menolehkan pandang, menatap kebelakang mencari sumber suara yang berhasil mengagetkannya yang berteriak dengan kondisi tubuh yang lemah.
Sosok pria muda dengan rambut berwarna perak kini menatap pada Hena yang masih setia duduk dengan mata berair kearahnya. Wajah yang sangat menggemaskan.
Pria muda itu melangkah maju dan mengulurkan tangan ingin membantu Hena bangkit. Tapi Hena membeku, matanya mengerjap beberapa kali menghalau air mata yang masih menggenang dan membuat pandangannya sedikit terganggu.
Namun itu tak berlangsung lama Hena tetap menerima uluran tangan yang mengarah padanya, segera berdiri dan mengusap wajahnya dengan cepat. Ia kembali mengamati Pria Muda di hadapannya ini. Tinggi yang hampir setara dengan dirinya, rambut perak yang ia miliki membuatnya semakin manis. Headphone hitam melingkar di leher. Mengenakan tas sandang dengan satu talinya bertengger di bahu, kaos hitam dipadukan kemeja putih yang sebagian terlihat keluar dari celana panjang abu-abu yang ia kenakan, membuatnya terlihat keren.
Hena segera menggelengkan kepala, pikirannya saat ini sungguh kacau hingga ia bisa terpesona sejauh itu pada anak remaja yang ada di depannya sekarang. Ya. Pria yang menolongnya sekarang adalah anak Remaja. Karena masih mengenakan seragam sekolah menengah atas.
"Kau bertengkar dengan kekasih mu?"
"Ehemm..." Hena berdehem mengumpulkan kembali nyawa serta segala ilmu yang ada pada dirinya.
"Ya"
"Kau dicampakkan?"
"Ha..?" Hena sedikit kaget.
Sekacau apa ia sekarang hingga anak remaja pemilik rambut perak ini menilai jika dirinya telah dicampakkan. Tangannya bergerak cepat merapikan rambut panjang dan pakaiannya, jangan sampai ia terlihat berantakan. Dan semua yang dilakukan oleh Hena tidak luput dari tatapan pemilik mata tajam berwarna dark brown.
"Tidak. Kami hanya bertengkar" Hena memilih mengarang bebas. Remaja ini sepertinya melihat semua kelakuan randomnya saat mengumpat Agam.
"Karena berita kalian bocor ke media?" Remaja itu mendekati Hena dan berdiri tepat di sampingnya dengan satu tangan bersandar pada tembok pembatas pinggiran yang mengelilingi seluruh tepian rooftop.
"Bahkan anak remaja seperti mu tahu berita itu" gumam Hena pelan namun tetep bisa didengar Pria muda yang ada disampingnya.
"Beritanya trending"
"Benarkah?" tanya Hena cepat dan terlihat sangat tidak percaya. Dirinya sama sekali tidak memantau beritanya bersama Agam.
"Mungkin karena nama besar dari kekasihmu"
Wajah Hena terlihat masam mendengarnya. Yang benar saja karena nama si Agam Agam itu. Berita ini menjadi trending pasti karena menyangkut dirinya, bukankah selama ini apa yang berhubungan dengannya selalu meledak.
"Bukankah akan baik jika berita kalian menjalin hubungan diketahui media?"
"Apa baiknya?" tukas Hena dengan wajah yang terlihat semakin kesal. Moodnya benar-benar buruk jika sudah menyangkut Agam.
"Wanita di luar sana akan berpikir ribuan kali untuk mendekati kekasihmu yang sombong, dingin, konyol dan arogan itu"
Pupil mata Hena melebar bahkan ia tersedak salivanya sendiri mendengar jika Remaja ini ternyata mengingat semua umpatannya untuk Agam.
"Karena sudah jelas kalah duluan jika ingin bersaing dengan wanita yang jelas sempurna"
Mata yang tadinya melebar itu kini terlihat berkedip berulang kali, bahkan wajah cantiknya juga tersipu.
"Oh Tuhan. Aku benar-benar sudah tidak waras!!" batin Hena berteriak. Hena mengusap wajahnya dengan kasar. Kenapa dirinya mudah sekali terpesona dengan kata sederhana seorang anak Remaja.
"Sebaiknya kau kembali kerumah, jangan berkeliaran di sini"
Hena memilih pergi meninggalkan anak Remaja itu. Sebaiknya ia pulang dan beristirahat untuk menenangkan diri dari pada terjebak dengan Pria Muda yang bisa saja menghadirkan berita buruk lagi nantinya.
Dengan menatap sepatu mahalnya Hena membawa langkah menuruni tangga.
"Nona Hena"
Suara itu menghentikan langkah Hena yang ingin menuju lift. Ternyata Rama kini ada di depannya bersama Pria Arogan pemilik perusahaan ini.
"Dari mana kalian?"
Hena memutar bola mata tampak enggan menjawab pertanyaan Agam.
"Dari rooftop"
Hena terkesiap oleh suara yang ternyata datang dari belakang tubuhnya. Pemilik rambut perak tadi ternyata mengikuti dirinya. "Apa remaja ini sangat mengidolakanku?" . Hena sampai tersenyum melihat tingkah anak muda sekarang jika bertemu dengan idolanya.
Melihat senyum Hena yang tertuju pada seorang anak Remaja membuat raut wajah Agam berubah, dan itu hanya disadari dua pasang mata yang memperhatikannya.
"Ikut aku. Aku akan mengantarmu pulang" kata Agam pada Hena saat pintu lift yang Rama tekan sudah terbuka.
Senyum Hena menghilang. Tanpa kata Hena dengan cepat menerobos masuk ke dalam lift, Hena bahkan segera menekan tombol menutup pintu agar Agam tidak dapat masuk ke dalam.
Tingkah Hena barusan membuat asisten Rama menahan senyum, tapi tidak dengan Pria Remaja yang sama sekali sulit menahan tawanya.
"Kau berani tertawa?"
"Kau akan sulit menjinakkannya, Kak" tawanya semakin kuat ditambah saat wajah yang dirinya panggil Kakak berubah semakin dingin.
gak seru jadinya. di siksa dulu dong 😂
itu udah sangat fatal
semoga kesalahan mu di ampuni.
mati aja lalu jihanAM, semoga kau membusuk.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣
tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya..
hanya Alam luas lah yang bisa mengurung nya.
Seluas Alam terhampar... Luas dan indahnya Kabupaten "Agam" di Sumatera Barat 🤣🤣🤣