NovelToon NovelToon
Mean

Mean

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: WILONAIRISH

SEASON 2 NOT CONSIDERED

Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.

Morgan, dia adalah luka bagi Elina.

Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 17

Setelah hari dimana Elina mendapatkan nasehat dari mamanya, hubungan Elina dan Rozer terjalin semakin dekat. Meskipun sampai detik ini Rozer belum juga mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

"Mau ke kampus lagi?" tanya Rozer menawari Elina, karena akhir-akhir ini Elina memang sering mengajak ke kampus. Ingin segera mengingat detail ingatannya yang hilang.

Dan sebenarnya, ada hal lain yang ingin ia selalu lihat. Morgan, meski tak mau mengakui namun Elina memang merasa ingin terus melihat Morgan. Karena akhir-akhir ini memang Morgan tak pernah menghubunginya, karena memang ia blokir semua media sosialnya.

Elina menoleh sejenak ke arah Rozer, kemudian mengangguk pelan. "Boleh, biar gue lebih cepet inget semuanya." Ujar Elina dengan mantap.

Rozer mengangguk, kemudian benar-benar menemani Elina untuk pergi ke kampus. Mereka tak pergi bersama Viola dan Bianca, karena kedua wanita itu sudah berangkat pagi-pagi sekali. Katanya ada ujian.

"Gue ke toilet dulu ya, Zer." Ujar Elina, mereka saat ini tengah duduk di salah satu bangku di bawah pohon yang rindang.

"Perlu gue temani?" tanya Rozer yang khawatir.

"Gak usah, gue sendiri aja. Gak jauh juga" ujar Elina yang sebenarnya hanya ingin mencari seseorang.

Sudah seminggu ia melakukan hal ini karena entah mengapa ada rasa ingin bertemu Morgan meskipun hanya menatapnya dari jauh. Namun tentu saja Morgan tak pernah tahu apa yang ia lakukan, karena ia akan selalu menyembunyikan diri.

Elina melangkahkan kakinya menuju kelas yang biasa ia lihat Morgan ada di sana. Dan benar saja, Morgan terlihat keluar dari ruang kelas itu dengan wajah datarnya. Membuat Elina mengulas senyumannya tanpa sadar.

Dan setelahnya, Elina kembali ke tempat di mana Rozer menunggunya. Ya, memang hanya begitu saja ia ingin melihat Morgan. Melihat wajah Morgan sedetik saja baginya sudah cukup. Karena menurutnya yang terpenting, ia mendapati Morgan baik-baik saja.

"Udah?" tanya Rozer.

"Hm" jawab Elina dengan tersenyum tipis.

"Pulang aja yuk, Zer. Kayaknya udah cukup hari ini" ujar Elina yang tak ingin sampai ia bertemu dengan Morgan nantinya.

Rozer pun menurut saja, dan membawa Elina untuk kembali pulang ke rumah.

"El, lo masih kontekan sama cowok itu?" tanya Rozer yang tiba-tiba membahas topik itu.

Elina terkejut karena Rozer yang tak pernah membahas apapun terkait Morgan, kini malah membahasnya.

"ehh enggak, Zer. Kenapa?" tanya Elina dengan penasaran, bahkan raut wajahnya pun menunjukkan hal yang sama.

"Gak papa, gue gak rela aja kalau masih" jawab Rozer yang bermaksud memberikan petunjuk pada Elina, bahwa dirinya menyimpan rasa.

Elina terdiam, setelah mendengar perkataan Rozer. Elina paham apa yang Rozer maksudkan, hingga membuatnya menjadi canggung. Bingung juga mau merespon seperti apa.

"Gue gak pernah lagi kontekan sama dia sekarang." Hingga kalimat itu yang terlintas untuk ia katakan.

"Baguslah" gumam Rozer kemudian.

Hingga hanya keheningan yang melanda keduanya setelah pembicaraan itu. Baik Elina dan Rozer hanya saling diam dan fokus pada kegiatan mereka masing-masing.

"El, kalau gue mau hubungan kita lebih dari sekarang. Lo ngizinin?" tanya Rozer memecah keheningan mereka. Ia melirik Elina yang tersentak dengan pertanyaannya.

"Ehm maksud lo gimana?" tanya Elina yang pura-pura tidak tahu maksud perkataan Rozer. Karena ia terlalu canggung untuk menanggapinya.

Rozer terkekeh pelan. "Udah lupain aja" ujarnya dengan santai.

Sementara Morgan yang tampak seperti melihat wajah Elina dalam sebuah kendaraan yang baru saja meninggalkan kampusnya, masih terus menatap ke arah kendaraan itu pergi.

Sepertinya benar Elina, tapi mengapa ia tak melihat sama sekali keberadaannya di kampus sejak tadi. Morgan berniat menyusul kendaraan itu, untuk memastikan. Namun terhalang oleh seseorang yang tiba-tiba datang mengganggunya.

"Mau apa lo?" Dengan datar Morgan bertanya.

"Gak usah ketus gitu, Gan. Jangan lupa kita pernah deket, gue ingetin makanya." Ujar Shella dengan centilnya. Morgan diam tak berniat meresponnya.

"Pulang bareng yuk, Gan. Gue gak ada yang jemput, mobil gue lagi mogok di bengkel." Ujar Shella tanpa kenal malu. Yang terpenting adalah mendapatkan Morgan kembali.

Morgan tak menanggapi, kakinya hendak ia gerakkan untuk melangkah pergi. Namun ditahan oleh lengan Shella.

"Please Gan, lo punya hutang budi sama gue. Soal cowok yang lagi deket sama El." Ujar Shella mengungkit masalah itu.

Morgan masih tak peduli, hingga perkataan Shella membuatnya berubah pikiran.

"Gue bakal bantuin lo buat ketemu El" ujar Shella dengan yakin.

Morgan menoleh ke arahnya. "Lo yakin?" tanya Morgan tak percaya.

Shella mengangguk mantap. "Gue gak main-main." Ujarnya dengan penuh percaya diri.

Hingga Morgan akhirnya mau mengantarkan Shella ke rumahnya. Karena wanita itu akan memberikan imbalan yang setimpal. Dan akan ia tagih nantinya.

"Kapan lo bakal temuin gue sama El?" tanya Morgan dengan datar.

"Nanti gue cari celah dulu, lo tau kan kalau bokap nyokap El juga ikut andil ngelarang lo buat ketemu sama El" jelas Shella yang sebenarnya bingung juga mau dengan cara apa. Tadi hanya spontan saja ia berucap.

"Oke gue pegang kata-kata lo." Ujar Morgan dengan tatapan tajam, kemudian meninggalkan rumah Shella.

...***...

"Zer, gak gitu mainnya. Lo bisa main gak sih, kayaknya gak gini deh Viola sama Bianca ajarin gue" protes Elina saat Rozer tampak mengeluarkan kartu yang salah menurutnya.

"Setau gue gini, El. Mereka kali yang ngajarin nya salah." Jawab Rozer tak mau disalahkan.

Hingga Elina yang kesal mencoret-coret wajah Rozer menggunakan tepung yang sudah mereka siapkan sebagai hukuman yang kalah. Begitupun Rozer yang juga ikut-ikutan. Yang membuat keduanya menjadi saling mencoret-coret wajah masing-masing.

"Ih Rozer, gue jadi kotor ini" protes Elina lagi.

"Gue juga, El. Jangan maling teriak maling lah"

Hingga terdengar tawa mereka terdengar nyaring dan tampak seru. Membuat siapapun yang melihat akan berpikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang sedang bersenda gurau.

Dan semua keseruan itu tak luput dari pandangan Morgan. Morgan yang memang sejak tadi mengawasi Elina, melihat dengan jelas bahwa Elina dan Rozer semakin hari tampak semakin dekat. Membuatnya selalu terbakar cemburu.

"Lo nyaman banget kayaknya sama dia, El." Lirih Morgan menatap nanar Elina yang masih terlihat bercanda bersama Rozer.

Morgan kembali melihat semua pesan-pesan dan panggilan yang ia tujukan untuk Elina. Semuanya tak direspon yang menggunakan nomor baru, dan semuanya juga pada akhirnya diblokir oleh Elina. Ia tersenyum miris melihat hal itu. Mengingat kalau Shella akan membantunya, ia tak begitu yakin karena wanita itu tampak tak meyakinkan.

Hingga panggilan dari mamanya menyadarkannya.

"Iya Ma?"

"Mama udah di bandara? Iya Ma, Morgan jemput sekarang." Morgan tersenyum cerah mendengar kedatangan mamanya yang tak terduga. Ia pikir masih lama lagi harus menunggu mamanya, rupanya kesempatan itu tiba.

Next .......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!