SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!
"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"
Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.
Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?
IG otor : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur bersama?
Di sebuah kamar, ada dua orang yang masih tertidur pulas dengan tubuh setengah telanjang.
Dengan mata masih terpejam, Naya menggeliat, merentangkan tangannya ke samping, hingga telapak tangan itu mendarat di atas wajah seseorang yang berada di sampingnya. Pelan-pelan, Naya meraba wajah itu, seperti hendak memastikan benda apa yang sedang di sentuhnya, membuat sang pemilik wajah memberontak karena telapak tangan Naya menutupi hidungnya, sehingga sulit bernapas. Kemudian meraih tangan yang menutupi wajahnya itu. Dua orang itu membuka matanya perlahan. Dan ketika mata dan mata saling bertemu...,
"Aaa!!!" Mereka berdua sama-sama berteriak histeris. Bingung dan terkejut bagaimana mereka bisa tidur di tempat yang sama.
Naya menarik selimut menutupi tubuhnya yang hanya memakai tanktop.
"Hey, apa yang kau lakukan di sini?" Zian bertanya dengan teriakan keras.
"Harusnya aku yang tanya, apa yang kau lakukan padaku," Naya menarik bantal dan memakainya untuk memukuli Zian hingga kapuk dalam bantal itu berhamburan dimana-mana, "Dasar penjahat, kenapa kau bawa aku ke tempat ini? Siapa yang mengizinkanmu membawaku kemari,"
"Justru aku yang seharusnya bertanya gadis bodoh!! Kau pasti mau menjebakku kan? Sehingga aku bisa tidur disini bersamamu," Zian malah menuduh Naya menjebaknya.
Naya pun mulai menangis karena mengira Zian telah mengambil perawannya.
"Memangnya aku segila itu? Aku masih punya harga diri. Kau mengambil sesuatu yang bukan hakmu!" ucap Naya dengan terisak.
"Apa maksudmu?"
"Perawanku!! KEMBALIKAN PERAWANKU!!" teriak Naya membuat Zian menutup telinganya.
Teriakan melengking gadis itu seolah akan merobek gendang telinganya. Zian menganga tidak percaya dengan ucapan Naya yang malah menyudutkannya. Padahal dia merasa tidak melakukan apapun pada Naya. Celana jeansnya saja masih melekat di tubuhnya, bahkan dia masih menggunakan sepatu. Hanya kemejanya saja yang entah berada dimana.
"Kau pikir aku mau melepas perjakaku dengan gadis sepertimu. Yang benar saja," teriak Zian lagi.
Naya terperanjak mendengar ucapan Zian. Dia kemudian meneliti tubuhnya sendiri, mencari jejak-jejak yang mungkin di tinggalkan lelaki itu di tubuhnya.
Bersih, tidak ada apapun di sana. Naya lalu menatap Zian, meneliti tubuh lelaki itu.
"Be-benarkah?" tanya Naya terbata-bata.
"Aku tidak tahu kenapa aku bisa berada di sini bersamamu. Yang jelas, aku tidak merasa melakukan apapun padamu. Kau lihat sendiri, celanaku tidak bergeser sedikitpun, bahkan sepatuku masih melekat di kakiku. Lalu bagaimana kau bilang aku mengambil perawanmu?"
Benar juga... Aku juga tidak telanjang bulat, hanya pakaian luarku saja yang terlepas. aah berarti aku selamat. Aku masih perawan. Tapi siapa yang melepas pakaianku.
Zian lalu beranjak dari tempat tidur dan menemukan kemejanya yang teronggok di lantai. Naya yang masih duduk di tempat tidur memandangi tubuh Zian dengan takjub.
Kenapa dia sesempurna itu, coba. Dia sangat sexy pagi ini. batin Naya.
Zian yang menyadari Naya terus menatapnya, mengambil banyal yang terjatuh di lantai lalu melemparkannya pada wajah Naya, membuyarkan lamunan gadis itu.
"Apa? Kau jangan berpikir macam-macam ya... Pikiranmu itu pasti sedang mesum kan?" tuduh Zian.
"Enak saja, tidak!!"
Zian mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dia ingin menghubungi seseorang.
"Sial! ponselnya mati." gumamnya pelan.
Naya mengarahkan pandangannya pada setiap sudut kamar itu, mencari pakaiannya. Zian yang menyadari apa yang sedang di cari gadis remaja itu lalu mengambil pakaian milik Naya yang berada di bawah sana lalu melemparkannya pada Naya.
"Cepat pakai dan pergi dari sini!!"
Setelah melemparkan pakaian itu, Zian masuk ke kamar mandi. Membasuh wajahnya dengan air. Pikirannya melayang kemana-mana. Tentang siapa yang membawanya ke tempat itu bersama Naya dan membuat mereka tidur bersama.
"Siapa yang melakukan ini?" gumam Zian.
Tidak lama kemudian, Zian sudah keluar dari kamar mandi. Naya yang masih merasa pusing akibat minuman itu berusaha berdiri.
Gadis itu hampir saja terjatuh jika Zian tidak menangkap tubuhnya.
"Kau mau kemana?" tanya Zian.
"Aku mau ke kamar mandi," jawab Naya seraya mencoba menajamkan penglihatannya.
Karena kasihan dengan Naya, Zian pun memapah Naya memasuki kamar mandi dan menunggu di balik pintu. Selang beberapa lama, Naya tidak juga keluar dari kamar mandi.
"Hey, kau sedang apa di dalam? Jangan lama-lama, aku mau pulang..." teriak Zian seraya mengetuk pintu. Namun, tidak ada jawaban. Hanya suara percikan air yang terdengar dari dalam sana.
Naya yang berada di dalam kamar mandi itu sedang di landa kepanikan. Pasalnya mimisannya kumat lagi.
"Kenapa aku harus mimisan sekarang coba..." gumam Naya seraya membersihkan hidungnya yang terus mengeluarkan darah.
Naya lalu mengguyur kepalanya dengan air untuk menghentikan darah yang terus menetes itu.
****
Pintu terbuka, Naya keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membungkus kepalanya.
"Kenapa kau lama sekali? Kau pikir aku punya banyak waktu menunggumu?" tanya Zian yang sedang duduk menunggunya di sofa.
Ya ampun, benar kata Mia. Dia itu sangat galak. Tapi kenapa dia tetap sexy.
Naya malah senyum-sendiri di ambang pintu kamar mandi membuat Zian kesal.
"Jangan senyum, Jelek!!" bentak Zian.
Naya mengerucutkan bibirnya, lalu duduk di kursi di depan cermin. Matanya berbinar saat menemukan tas miliknya di atas meja. Gadis itu segera meraih tasnya dan mengeluarkan peralatan make upnya. Gadis itu mulai memoles wajahnya dengan bedak. Zian hanya menatap gadis itu dengan ekor matanya.
"Kenapa kepalaku masih pusing, ya. Aku ingat tadi malam aku cuma minum sedikit," gumam Naya pelan.
"Ayo cepat! Kau sangat lambat seperti kura-kura," ucap Zian yang sudah tidak sabar ingin keluar dari tempat itu.
Tidak lama kemudian, mereka terlihat keluar dari kamar itu. Zian mempercepat langkahnya menuju meja resepsionis. Naya terseok-seok mengejar langkah kaki Zian yang panjang hingga gadis itu terjatuh ke lantai.
Naya mencoba menajamkan penglihatannya yang samar-samar akibat pusing, hingga uluran tangan tepat berada di depan wajahnya.
"Kau ini sangat ceroboh rupanya," ucap Zian yang segera menghampirinya setelah melihat gadis itu terjatuh.
Walaupun dia galak, tapi ternyata dia orangnya tidak tegaan. Aku jadi makin suka, batin Naya.
Zian menarik tangan Naya menuju meja resepsionis.
"Pemisi, semalam kami menginap di sini. Tapi kami tidak tahu siapa yang membawa kami kemari. Reservasi Kamar nomor 104, atas nama siapa?" tanya Zian.
Resepsionis itu segera memeriksa data pengunjung di komputernya.
"Kamar 104 reservasi atas nama Kanaya Indhira Adiwijaya," ungkap resepsionis itu.
"Apa kami bisa melihat rekaman CCTV ?"
"Maaf, tempat ini tidak di lengkapi CCTV."
Zian kemudian tersadar bahwa tempat itu hanyalah sebuah penginapan kecil. Sekarang, dia tidak punya info siapa yang membawanya ke sana bersama Naya.
"Baiklah, terima kasih."
****
Zian segera melangkahkan kakinya keluar dari tempat itu, sementara Naya terus mengekor di belakangnya. Mereka berhenti di halte bus.
"Pulanglah! Kau bisa memesan taxy online kan?"
"Aku masih pusing,"
"Baiklah, kau ke rumah mia saja."
Tidak lama kemudian, bus berhenti di halte itu. Zian segera membantu Naya naik ke sana.
Aku baru tahu, naik bus itu menyenangkan. batin Naya.
Zian melihat raut wajah Naya yang begitu antusias naik kendaraan umum.
Aku pikir dia akan mual naik angkutan umum. batin Zian.
"Apa ini pertama kalinya kau naik angkutan umum?" tanya Zian. Naya menjawab dengan mengangguk pelan, wajahnya sangat berbinar.
Kehaluanpun mulai merasuki jiwa gadis polos itu. Dia merasa sedang terbang ke awan, duduk bersebelahan bersama pujaan hatinya adalah mimpi yang kesampaian baginya.
Aku merasa sedang naik kereta kencana bersamamu. batin Naya.
Bersambung
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Zin yg menculik Naya buat bulan madu.. 🤣🤣🤣🤣
jawab aja dalam sebulan 4x wanita datang bulan... 🤣🤣🤣