Di tengah-tengah kemelut perang, seorang gadis muda yang berbakat, Elena, tergabung dalam unit pasukan khusus. Dalam sebuah misi yang kritis, kesalahan bermanuver mengakibatkan kematian tragis.
Namun, alih-alih menemukan ketenangan di alam baka, jiwanya terbangun kembali dalam tubuh gadis polos bernama Lily, seorang siswi SMA yang kerap menjadi sasaran bully dari teman-temannya.
Dengan kecerdasan militer yang dimilikinya, Elena mencoba untuk memahami dan mengendalikan tubuh barunya. Namun, perbedaan antara kehidupan seorang prajurit dan remaja biasa menjadi penghalang yang sulit dia atasi.
Sementara Elena berusaha menyelaraskan identitasnya yang baru dengan lingkungan barunya, dia juga harus menghadapi konsekuensi dari masa lalunya yang kelam. Di sekolah, Lily mulai menunjukkan perubahan yang mengejutkan, dari menjadi korban bully menjadi sosok yang tegas dan berani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membeli "Mainan"
Mata Lily berbinar saat membaca sesuatu yang benar-benar menarik di layar laptopnya, dia menunjukkan keinginan yang sangat besar untuk memiliki salah satu "mainan" yang sejak dulu biasa digunakannya, apalagi dia pernah tergabung dalam militer, tentu saja tangannya telah terbiasa, ketika mempergunakan hal itu.
Namun yang mencengangkan, dia hanya akan bisa mendapatkan semua itu di tempat yang tidak semestinya yaitu Black Market. Apakah ini akan aman ataukah akan ada sesuatu hal yang merugikannya di masa depan?
Gadis itu terus berpikir, namun tak lama kemudian segera memutuskannya, dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian menggunakan pakaian serba hitam, tak lupa dengan kacamata dan juga topi berwarna hitam.
Penampilannya saat ini terlihat sangat menarik dan seksi, dia juga menggunakan riasan yang agak tebal untuk menyamarkan wajahnya, sehingga tidak mudah bagi orang lain untuk melihat wajah aslinya.
Lily berangkat menggunakan motor besar yang baru saja dibelinya beberapa hari terakhir, dia menggunakan helm full-face, namun rambut panjangnya tergerai indah, hingga meliuk-liuk saat terkena hembusan angin.
Butuh waktu hampir 2 jam untuk gadis itu bisa sampai di tempat tujuan, suasana terlihat sangat sepi, namun tidak sedikit orang yang mendatangi tempat itu secara diam-diam. Mereka mempergunakan jalan belakang agar tidak menarik perhatian, kebanyakan merupakan orang-orang yang telah mempunyai nama, ataupun memiliki identitas besar di belakangnya.
"Selamat sore nona, apakah ada yang bisa kami bantu?" tanya dua orang gadis pelayan sambil mendekat ke arahnya.
Lily menganggukkan kepala, "Dimana manajer kalian?"
Kedua orang gadis pelayan itu saling berpandangan, "Apakah anda ingin bertemu dengan manajer kami?"
Lily menganggukan kepala, "Aku memiliki kebutuhan yang sangat mendesak, sehingga tidak bisa diwakilkan kepada siapapun. Panggil manajer kalian, agar aku bisa berdiskusi dengannya."
"Baiklah nona, mari silakan duduk! Kami akan segera memanggil manajer untuk datang dan menemui anda," ucap kedua orang gadis pelayan itu sambil mengantarkan Lily ke sebuah ruangan VIP, mereka bergegas untuk bertemu dengan manajernya.
Tak lama terlihat seorang pria berusia 40 tahun mendekat, memiliki tubuh tinggi besar, dengan sedikit luka di pipinya. Dia menggunakan jas berwarna biru yang dipadu padankan dengan celana bahan berwarna senada dan kemeja putih.
"Selamat sore nona, saya Leon, manajer di tempat ini. Apakah nona membutuhkan sesuatu?" tanya pria itu memperkenalkan diri.
Lily segera berdiri kemudian berjabat tangan dengannya, "Orang-orang memanggilku Miss L, aku datang karena tanpa sengaja melihat iklan. Apakah kau memiliki sesuatu yang sangat aku butuhkan untuk saat ini?" tanya Lily.
Pria itu sejenak termenung, namun tak lama kemudian matanya segera terbuka dengan sangat lebar. "Anda seorang hacker?" tanya Leon, Lily menganggukan kepalanya.
"Mari ikut saya, nona. Beberapa hari ini ada banyak barang baru yang datang, saya harap anda akan menyukainya," ucap Leon sambil mengajak Lily menuju ke suatu tempat yang sedikit lebih jauh.
Pantas saja sejak tadi Lily merasa tempat itu sangat sepi, karena ternyata itu hanyalah sebagai pengalihan saja, sedangkan tempat transaksi yang sebenarnya sedikit lebih jauh dari tempat itu, dalam bangunan yang terpisah tak jauh dari hutan.
Lily meningkatkan kewaspadaannya, dia merasakan kehadiran beberapa orang yang saat ini seolah tengah memantau dirinya. "Paman Leon, bisakah mereka merupakan anak buahmu?"
Leon langsung menganggukkan kepala. "Tidak perlu khawatir, nona. Mereka ditempatkan di sekitar sini untuk berjaga-jaga, sehingga para pembeli akan merasa aman dan terlindungi. Mari ikut saya!"
Leon segera membuka pintu, sebuah ruangan besar segera muncul ketika pria itu memencet tombol yang berada di dinding, tiba-tiba saja sebuah lemari muncul menampilkan beberapa deretan senjata api.
Mata Lily tak berkedip, dia memperhatikan satu persatu senjata yang ada di hadapannya. "Apakah kau memiliki short gun, paman?"
Leon mengerutkan dahi, "Sangat sulit sekali untuk membawa senjata laras panjang dari tempat ini, tingkat keamanan semakin ketat. Anda bisa saja ditangkap jika sampai ada yang mengetahui tentang 'mainan' yang anda bawa."
"Berikan aku sesuatu yang belum dirakit!" ucap Lily.
"Anda yakin?" tanya Leon.
"Tentu saja, jangan melihat tubuhku yang masih kecil, aku memiliki kemampuan sendiri untuk merakit senjata itu." jawab Lily. Leon menganggukan kepala, jika gadis itu bisa memasuki wilayah black market dengan sangat mudah, artinya identitas di belakangnya juga tidak sederhana.
"Shotgun seperti apa yang anda inginkan?" tanya Leon lagi.
"Bisakah kau mencarikanku tingkat-FF? Aku menyukai senjata yang memiliki damage besar, agar bisa dijadikan alat untuk menyerang jarak dekat." jawab Lily acuh tak acuh, seolah apa yang ditawarnya saat ini senilai sayuran di pasar.
"Nona, izinkan yang tua ini memperkenalkan kepada anda SPR 2, senjata ini dilengkapi alas bidik teleskopik dengan pembesaran 10 kali dan mampu memuntahkan Peluru dalam 850m/ detik." ucap Leon.
"Hmmm... Cukup bagus, mengenai bobotnya?"
"Bobot keseluruhan 16 kg dan memiliki panjang 1.620 cm."
"Hmmm... Apa kau memiliki senjata lama, AK-47 misalnya?" tanya Lily kembali, pria itu pun segera mengganggukan kepala.
"Tentu nona, masih ada beberapa senjata tersebut. Namun apakah anda benar-benar bisa mempergunakannya?" tanya Leon setengah tak percaya. Lily hanya memutar bola matanya malas, setelah mendengar ucapan pria paruh baya itu.
"Kemas segera, aku menginginkan ketiga benda itu, jangan lupa untuk memasukkan buck shot. Jangan sampai aku mengalami kendala di masa depan karena kekurangan peluru." ucap Lily.
"Sesuai keinginan anda, nona. Bagaimana dengan pembayarannya?" tanya Leon, Lily hanya menyerahkan satu kartu hitam yang membuat pria itu langsung tersenyum cerah.
"Silahkan ditunggu nona, barang anda akan siap dalam waktu 10 menit." ucap Leon bergegas keluar untuk menggesek kartu tersebut. Lily mengangguk, kemudian menjatuhkan dirinya di atas sofa yang sangat empuk.
"Perdagangan saat ini cukup diminati, namun jika semua orang memiliki kemampuan untuk mendapatkan 'mainan' seperti itu, kemungkinan besar akan terjadi banyak peperangan di masa depan!" ucap Lily sambil bersantai.
Leon kembali dengan sebuah kotak yang cukup panjang dan telah dikemas rapi menggunakan kain yang juga berwarna hitam. Untuk menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan saat Lily dalam perjalanan pulang, pria itu juga memerintahkan beberapa orang bodyguard-nya untuk mengawal.
Lily hanya mengerutkan dahi, "Kalian tidak perlu mengantar aku tahu bagaimana cara untuk kembali ke rumah! Pergilah!" ucap Lily, dia segera menunggangi motor besarnya dengan kotak panjang disimpan di depan.
"Jika membutuhkan bantuan di masa depan, jangan lupa untuk menghubungi kami nona!" ucap Leon.
Lily hanya mengangguk kecil, dia segera memacu motor besarnya dengan kecepatan tinggi, agar bisa segera kembali ke rumah dengan cepat.
Hari semakin malam, penjagaan kota akan menjadi semakin ketat dan dia tidak bisa sembarangan melewati jalan umum, sehingga menarik perhatian mereka. Mau tak mau gadis itu pun mempergunakan jalan tikus, agar bisa selamat sampai tujuan.