udihianati sahabat sendiri, Amalia malah dapat CEO.
ayok. ikuti kisahnya ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
Tubuh Lia bergetar, mengikuti gerak pria itu yang memompa tubuhnya. Turun dan naik. Lia merasa kotor, seperti terjatuh di kubangan lumpur yang lengket.
Ia merasakan tubuh pria itu menegang, mencengkram tangannya dengan sangat kuat, bibirnya menyentuh leher Lia. Lalu suara desahan lega terdengar dari mulut pria itu.
Pria itu menjatuhkan tubuhnya di samping Lia. Usai pelepasannya di dalam bak mandi tanpa mengatakan apapun. Lia masih lemas. Tapi merasa ini adalah kesempatannya untuk kabur. Ia mencoba bangkit, meskipun rasa sakit masih dia rasakan di bagian sen sitifnya. Ia keluar dari bak mandi.
Tak ada lagi rasa malu, tu buhnya polos tanpa sehelai benangpun. Lagipula, lelaki itu juga sudah memasuki tubuhnya dengan paksaan tadi. Ia hanya ingin cepat pergi dari sana. Lia menyambar handuk, berjalan tertatih ke pintu sambil melilitkan.
"Aku masih belum selesai..."
Namun pria itu menahan pintu kamar mandi dengan satu tangan. Lia menatapnya protes.
"Aku masih belum selesai, Nona... Kau sudah mau... Uugh...."
Tapi Lia sudah menendang kakinya, mencoba kabur saat pria itu memegangi kaki. Pria itu menarik lengannya dengan cepat, dan mereka terjatuh di kamar mandi yang basah.
"Aakkkhh!"
"Berani sekali menendang kakiku? Apa kau tak tau seberapa mahalnya tubuh ini, huumm?"
Mereka bergulat, handuk Lia terlepas separuh, dan dia berusaha menarik lagi. Namun, pria itu membuatnya lepas dengan sekali sentak.
"TOLONG!!" teriaknya.
"Berteriaklah." Pria itu menyeringai menikmati.
"Maniak! Lepaskan aku."
Namun pria itu membungkam mulutnya dengan ci*man. Kali ini tangan pria itu menahan kedua tangan Lia dengan satu tangan di atas kepala. Dia sudah menindih tubuh Lia. Benda keras dan panjang sangat terasa di perut Lia.
"SSHH! Aku nggak mau menyakitimu, menurutlah, nona manis!"
"Apa dia akan melakukannya lagi? Dia bilang masih belum selesai...." batin Lia mencoba memberontak.
Lelaki itu menatap kedua payu dara Lia. Kini terlihat jauh lebih indah dari sebelumnya. Dengan put ting keme rahan yang sangat menggoda. Tadi dia belum mencicipinya, dan sekarang ingin. Ia merendahkan tubuh, lalu melahapnya dengan rakus.
Rasanya, lidah pria itu sangat tajam menyentuh put ting Lia untuk pertama kali. Ya, saat pertama kali ceri merah itu tersentuh lidah, akan terasa tajam dan menyakitkan.
"Aaahh.... Sakit..." Lirih suara Lia, namun, pria itu seperti tuli dan terus mencecap.
"Kau... Terbuat dari apa? Madu?" bisik pria itu.
Lia menangis, dengan ketidakberdayaannya. Dengan segala kesialan yang dia alami. Pria itu mengangkat kaki Lia, lalu menggesek benda keras miliknya pada milik Lia.
"Basah... Lama-lama kamu akan menikmati juga," katanya.
Sekali lagi, di atas dinginnya lantai kamar mandi, lelaki itu memasuki lo bang Lia. Bergerak dengan hentakan kuat.
Tubuh Lia lemah, lemas, mendapat hen takan bertubi-tubi. Ditambah, ia tidak berdaya setelah beberapa hari tak makan dengan benar karena penghianatan itu. Setelah selesai dengan pelepasan keduanya, Lelaki itu mengangkat tubuh Lia dengan satu tangan.
"Lepaskan aku!"
Lia menggeliat, menggerakkan kaki dan tangannya memukul, namun seperti tak berimbas apapun pada pria asing itu. Tubuh Lia dihempas ke sofa.
"Sudah kulepaskan!" kata pria itu dengan enteng.
Lia merasa tubuhnya tercabik. Dua kali, lelaki itu menerobos masuk ke dalam lu bangnya... Dan dia tak bisa apa-apa. Ia menatap, pria itu bahkan tak memakai apapun, ia bahkan bisa melihat bagian yang paling menonjol, besar, berurat, dan panjang.
"Oh, Tuhan, benda itu tadi sudah masuk ke lo bangku... pantas saja sakit sekali...." pikirnya dengan pipi yang memerah. Kenapa pikirannya malah berkelana ke mana-mana saat begini?
Ia meraba sesuatu untuk menutupi tubuhnya, tapi malah hanya mendapatkan tangan pria asing itu.
"Cari apa?"
Plak!
Lia langsung menamparnya. Pria itu menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Jujur saja, Lia jadi bergidik ngeri.
"Kau... Berani memukulku?"