Warisan Mutiara Hitam 3

Di dalam Aula Singgasana Istana Terbalik, seratus anggota Legiun Bayangan yang baru terpilih berdiri dalam formasi. Luka-luka mereka telah sembuh berkat pil obat tingkat tinggi yang diberikan Chen Kai, namun mata mereka masih memancarkan kewaspadaan liar.

Mereka menatap Chen Kai yang duduk di takhta, dan Luo Sha yang berdiri di sampingnya.

"Kalian mungkin berpikir bahwa kalian sudah melewati bagian tersulit," kata Chen Kai, suaranya tenang namun menembus hingga ke tulang sumsum. "Tapi kalian salah. Hutan Batu hanyalah saringan untuk membuang sampah. Ujian yang sesungguhnya baru akan dimulai."

Chen Kai mengangkat tangannya.

"Aku tidak butuh pasukan biasa. Aku butuh monster," lanjut Chen Kai. "Musuh kita bukan lagi bajak laut atau sekte kecil. Musuh kita adalah Sekte Naga Teratai, salah satu kekuatan terbesar di benua ini. Jika kalian bertarung dengan kekuatan kalian saat ini, kalian akan mati dalam hitungan detik."

Tie Niu melangkah maju, meninju dadanya. "Kami tidak takut mati, Raja! Beri kami senjata, dan kami akan menyerbu mereka!"

"Keberanian yang bodoh," Chen Kai menggeleng. "Aku tidak ingin kalian mati. Aku ingin kalian membunuh."

Ia menjentikkan jarinya.

Lantai di depan takhta terbuka, memperlihatkan tangga spiral menuju kegelapan Ruang Bawah Tanah.

"Di bawah sana, terdapat anomali waktu," jelas Chen Kai. "Satu hari di dunia luar setara dengan satu bulan di dalam sana. Kita memiliki waktu satu bulan sebelum Sekte Naga Teratai kembali. Itu artinya, kalian punya waktu tiga puluh bulan—dua setengah tahun—untuk berlatih di bawah sana."

Mata Zhuge Ming, si ahli strategi, berbinar kaget. "Manipulasi waktu skala besar? Itu... itu kemampuan Dewa."

"Benar," kata Chen Kai. "Tapi ada harganya. Di dalam sana, kalian akan menua lebih cepat. Dua setengah tahun umur kalian akan diambil. Dan tekanan gravitasinya akan ditingkatkan sepuluh kali lipat setiap minggunya."

Chen Kai menatap mereka satu per satu.

"Siapa yang tidak siap mengorbankan umurnya demi kekuatan, silakan pergi sekarang. Aku tidak akan menahan kalian."

Hening. Tidak ada yang bergerak.

Mereka semua adalah orang-orang buangan yang tidak punya masa depan. Umur panjang tidak ada artinya jika hidup dalam kehinaan.

"Kami ikut!" teriak Gui, menjilat bibirnya yang kering.

"Bagus," Chen Kai tersenyum tipis. "Luo Sha, pimpin mereka masuk. Aku akan menyusul untuk mengatur formasi."

Ruang Bawah Tanah - Zona Pelatihan Neraka.

Dua setengah tahun dalam isolasi total.

Bagi mental manusia biasa, ini bisa menghancurkan kewarasan. Tapi Chen Kai tidak membiarkan mereka menjadi gila. Ia memberi mereka tujuan.

Setiap hari, jadwal mereka sangat brutal:

Pagi: Latihan fisik di bawah tekanan gravitasi 10x - 50x lipat. Mereka harus berlari, mengangkat beban, dan bertarung sambil memikul beban gunung di punggung mereka.

Siang: Duel hidup mati. Pemenang mendapatkan jatah Daging Monster dan Pil Kultivasi ekstra. Yang kalah hanya mendapat air.

Malam: Meditasi di bawah bimbingan Chen Kai, yang mengajarkan mereka versi sederhana dari Teknik Pernapasan Naga untuk memperkuat organ dalam.

Chen Kai membagi mereka ke dalam empat divisi berdasarkan bakat mereka, dipimpin oleh empat letnan yang ia pilih:

Divisi Perisai (Dipimpin Tie Niu): Fokus pada pertahanan fisik dan kekuatan murni. Mereka dilatih untuk menjadi tembok hidup yang tidak bisa ditembus.

Divisi Racun (Dipimpin Mei Lin): Fokus pada serangan area, jebakan, dan sabotase. Mei Lin diajarkan cara memadukan racun.

Divisi Bayangan (Dipimpin Gui): Fokus pada kecepatan, infiltrasi, dan pembunuhan.

Divisi Taktis (Dipimpin Zhuge Ming): Fokus pada formasi tempur dan penggunaan artefak. Zhuge Ming belajar membaca aliran energi makam untuk memaksimalkan keuntungan medan.

Chen Kai sendiri tidak bersantai. Ia menggunakan waktu ini untuk menstabilkan 4 Fragmen-nya dan mencoba menggabungkan mereka menjadi teknik baru.

Ia duduk di pulau tengah (bekas tempat Fragmen Waktu), membiarkan aliran waktu mengalir melaluinya.

"Tebasan Akhir Zaman terlalu boros," batin Chen Kai. "Aku butuh sesuatu yang lebih efisien. Sesuatu yang bisa digunakan berulang kali."

Ia bereksperimen. Ia mencoba melapisi pedangnya dengan lapisan tipis Stasis (untuk ketajaman abadi) dan Gravitasi (untuk berat). Hasilnya adalah Tebasan Pemutus Aliran. Serangan ini tidak menghapus eksistensi, tapi memutus aliran Qi musuh saat bersentuhan, membuat pertahanan mereka runtuh dari dalam.

Bulan Ke-30 (Hari Terakhir di Dunia Nyata).

Pintu Ruang Bawah Tanah terbuka.

Seratus orang berjalan keluar.

Mereka berbeda.

Pakaian mereka sudah hancur, digantikan oleh zirah hitam yang ditempa dari sisa-sisa logam makam. Wajah mereka lebih tua, lebih matang, dan mata mereka... mata mereka dingin dan tenang seperti predator yang kenyang.

Aura mereka meledak.

Sebagian besar dari mereka telah menembus ke Inti Emas Tahap Awal. Para letnan—Tie Niu, Mei Lin, Gui, dan Zhuge Ming—bahkan telah mencapai Inti Emas Tahap Menengah.

Luo Sha, yang berlatih paling keras di samping Chen Kai, kini berada di Puncak Inti Emas Tahap Menengah, selangkah lagi menuju Tahap Akhir.

Dan Chen Kai...

Ia berjalan di belakang mereka. Auranya tidak terbaca. Ia terasa seperti lubang hitam yang berjalan—menyerap cahaya dan suara di sekitarnya.

"Waktu habis," kata Chen Kai saat mereka berkumpul kembali di Aula Singgasana.

Ia menunjuk ke layar proyeksi yang menampilkan langit di luar istana.

Di sana, armada baru Sekte Naga Teratai telah tiba. Kali ini, jumlahnya tiga kali lipat. Seratus lima puluh kapal perang. Dan di kapal induk utama, berdiri lima sosok dengan aura Jiwa Baru Lahir.

Dipimpin oleh seorang pria tua dengan rambut merah menyala dan jubah naga api.

Patriark Naga Teratai (Setengah Langkah Transformasi Dewa).

"Mereka datang," kata Chen Kai. "Membawa kiamat."

Ia menatap pasukannya.

"Legiun Bayangan. Apakah kalian siap menyambut tamu kita?"

"KAMI SIAP, RAJA!" raungan seratus orang itu mengguncang istana, penuh dengan haus darah yang telah diperam selama dua setengah tahun.

Chen Kai tersenyum. Ia mengenakan topeng Raja Hitam-nya—sebuah topeng baru yang ia tempa sendiri, berwarna hitam pekat dengan ukiran naga emas di sisi kanan.

"Buka gerbangnya."

"Biarkan mereka masuk ke neraka kita."