Gadis Miskin Milik Tuan Grey

Siang itu Lucia terlihat sangat kelelahan, ia sampai tak memikirkan kondisi tubuhnya karena terlalu fokus pada pekerjaanya.

“Cia!” Panggil Gea, wanita itu menarik tangan Lucia hingga Lucia terduduk di sofa. “Wajahmu sangat pucat, kamu pasti lelah lebih baik istirahat dulu.” Ucap Gea dengan wajah hawatirnya.

Ia mengusap keringat di kening Lucia yang sudah di anggapnya sebagai adiknya sendiri, Gea menatap sendu wajah pucat wanita itu.

“Ada apa? Apa kamu sakit perut?” Tanya Gea karena Lucia terus menyentuh pinggangnya dengan raut wajah kesakitan. “Ayo kita ke dokter.” Ajak Gea, ia merasa jika sesuatu terjadi pada sahabatnya itu.

Lucia hanya mengangguk, ia di papah keluar dari kamar hotel yang sedang di bersihkanya. Gea langsung melapor pada atasanya dan segera pergi saat sudah mendapat ijin.

“Aku bisa sendiri, lebih baik kakak kembali bekerja. Aku gak mau nanti kakak kena tegur karena sering anter aku bulak balik ke rumahsakit.” Ucap Lucia, Gea tak ingin meninggalkan wanita itu sendirian di rumah sakit.

“Aku akan nyuruh Kak Adrew buat jemput, jadi kakak gak usah hawatir. Pulanglah.” Ucap Lucia sambil tersenyum, wanita itu tak mau membuat sahabatnya hawatir.

Gea pun mengangguk. “Baiklah, kabari aku kalau ada apa-apa.” Ucap Gea, dia pun pergi setelah berpamitan.

***

Lucia keluar dari ruangan dokter ia meremat kuat ponsel miliknya karena sejak tadi kekasihnya itu tak mengangkat panggilan telponya.

Lucia pun akhirnya memilih pulang menggunakan taxi mengingat rubuhnya tak sanggup berjalan terlalu jauh menuju halte.

Sesampainya di depan rumah, Lucia cukup terkejut melihat mobil milik kekasihnya itu masih ada di kediamanya. Karena setahunya pria itu berangkat setengah jam setelah ia pergi.

“Apa Kak Andrew gak kerja?” Gumam Lucia, mengingat jam masih menunjukan jam kerja pria itu.

Lucia dan Ellen menyewa rumah ini bersama untuk mengurangi biaya sewa, karena itulah mereka tinggal bersama selama hampir lima tahun ini.

Sementara Andrew, pria itu memiliki apartemen sendiri. Namun tak jarang pria itu juga menginap di rumah sewa kekasihnya itu, namun melihat mobil kekasihnya masih ada di kediamanya.

Lucia jadi teringat ucapan pria gila itu, jika kekasihnya itu berselingkuh dengan sahabatnya sendir.

Dengan perasaan nyeri di dada, Lucia perlahan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Semakin dalam, dadanya semakin terasa sesak saat melihat pakaian yang berserakan di atas lantai ruang tamunya.

Dadanya berdenyut nyeri, entah mengapa matanya mulai memanas saat indra pendengaranya menangkap suara aneh.

“Aku mohon…” doa Lucia, ia berharap jika ucapan pria gila itu bohong dan hanya kesalahpahaman, namun air matanya akhirnya pecah saat melihat dua orang yang paling ia percaya di dunia ini sedang berada di atas ranjang dengan tubuh yang polos.

“Sayang, gigit aku Mmhh… ahh.” Pinta Ellen dengan suara manjanya dan lenguhan yang membuat Lucia seketika merinding.

Bruk!

Tubuh Lucia seketika terjatuh karena tak kuasa menopang bobot tubuhnya dengan kaki yang lemas, Andrew dan Ellen yang mendengar itu langsung menoleh ke arahnya.

“Lucia!” Andrew yang hampir dipuncak tiba-tiba hasratnya menurun saat melihat kekasihnya yang sedang memergoki dirinya sedang bercinta dengan sahabatnya sendiri.

Andrew hendak melepas penyatuan itu namun di tahan oleh Ellen. “Jangan di lepas!” Sentak Ellen karena ia hampir saja mendapatkan klimaksnya, namun Lucia merusak segalanya.

“Kamu gila Ellen!” Sentak Andrew, karena dalam keadaan seperti ini. Wanita itu masih memikirkan hasratnya. Sementara mereka sudah tertangkap basah.

“Ciaa, aku bisa jelasin semua ini.” Ucap Andrew sambil buru-buru memakai pakaianya.

Lucia menatap kosong ke arahnya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.

.

Tbc.