NovelToon NovelToon
Kamar Jenazah

Kamar Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / spiritual / hantu / Roh Supernatural
Popularitas:27.5k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Kamar jenazah, bagian dari rumah sakit yang agak dihindari. Misteri dan kisah mistis apa yang dialami oleh Radit Krisna yang bekerja sebagai petugas Kamar Jenazah. Tangisan yang kerap terdengar ketika menjalani shift malam, membuat nyalinya terkadang ciut.

Berhasilkah Radit melewati gangguan yang terjadi dan mengungkap misteri tangisan tersebut?

===

Hanya untuk penggemar kisah horror. Harap tidak membaca dengan menabung bab ya.

Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9 ~ Penampakan (Lagi)

Kamar jenazah sore ini agak crowded. Ada dua pasien meninggal dan saat ini jenazahnya berada di sana juga dokter Lena yang baru selesai proses otopsi dan sedang menyiapkan laporan.

“Mas Radit, file fotonya kirimkan ke email saya,” titah Lena.

“Baik, sebentar dok.”

“Lena, panggil aja Lena atau Mbak juga boleh.”

Radit hanya mengangguk pelan, lalu fokus pada layar komputer di depannya. Digunakan khusus untuk administrasi di tempat itu.

“Bro, jenazah A mau diambil keluarganya.  Dokumennya tadi mana?”

“Yang itu,” tunjuk Radit tanpa menoleh.

Lena berdiri tidak jauh dari kursi tempat Radit duduk dan menyebutkan nama emailnya sambil fokus pada tablet.

“Zul, ada polisi mau cek hasil otopsi mayat korban pembunuhan itu. Nanti temani waktu mereka datang ya, saya ambil dokumennya dulu.”

“Siap, Dok,” teriak Zul dari dalam ruangan karena sedang membantu memandikan jenazah.

“Sudah dikirim belum?” tanya Lena sebelum meninggalkan ruangan. “Sekalian saya mau buat laporan otopsi.”

“Oke, done.” Radit menunjukan ibu jarinya ke arah Lena.

Jam tujuh malam, ada pihak kepolisian yang kembali datang. Ditemani oleh Zul dan mengecek kondisi mayat perempuan korban pembunuhan. Tidak lama Lena juga datang karena sudah dihubungi, lalu menjelaskan hasil otopsi yang sebelumnya dilakukan.

Radit duduk di kursi tunggu stainless dan menatap ke arah dalam ruangan, mendengarkan apa yang sedang dibicarakan. Ternyata mayat tersebut ditemukan tidak jauh dari gerbang pemakaman, entah motifnya apa yang jelas korban pembunuhan. Identitas mayat tersebut tidak ada, karena tidak ditemukan dompet atau tas milik korban.

Kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya pihak kepolisian meninggalkan tempat itu. masih ada Lena yang terlihat mengisi berkas yang disodorkan oleh Zul. Meskipun belum terlalu malam, tapi di tempat ini akan sangat sunyi karena jauh dari jalan besar dan aktivitas rumah sakit. mengingat lokasi yang ada di belakang.

 “Dit, ini simpen dong. Gue kebelet nih.” Zul menyerahkan kantong plastik berisi pakaian korban pembunuhan.

“Astaga,” gumam Radit, tapi bisa didengar oleh Lena membuat wanita itu melirik. Mau tidak mau, Radit masuk ke dalam ruangan. Meskipun pintu yang mengarah ke ruangan di mana ada lemari penyimpanan jenazah tertutup rapat, tapi tetap saja ia merasa takut.

“Susah amat sih,” keluh Radit saat kesulitan membuat loker penyimpanan barang.

Srek

Seketika Radit mematung, memusatkan pendengarannya. Ia yakin sekali kalau tadi mendengar suara dari arah belakangnya. Suara langkah yang lewat. Ternyata hanya hening, ia pun kembali berusaha membuka pintu loker yang agak berat karena macet di engselnya.

“Ampun dah,” ujarnya lagi setelah berhasil.

Srek.

“Tolong …..” terdengar suara berbisik yang begitu lirih, tepat di telinga Radit membuat pria mematung. Kali ini yang terdengar isakan tangis.

Apa yang hanya mendengar hanya dirinya, padahal di depan masih ada dokter Lena dan rekan satu shiftnya. Kalau mereka mendengar mungkin akan segera masuk untuk mencari tahu asal suara itu. Namun, tidak ada yang datang. tubuhnya masih mematung dan tidak berani menoleh, meskipun tangannya sudah berhasil menyimpan barang tadi dan menutup kembali loker tersebut.

“Hiks … aku mau pulang.”

Suara yang sangat lirih di tengah isakan, membuat bulu kuduk Radit merinding dan tengkuknya terasa berat juga dingin. Untuk menoleh saja, rasanya sulit dan kaku.

“Tolong ….”

Memaksakan tubuhnya untuk menoleh, perlahan Radit berbalik dan terkejut. Kedua matanya memindai benar penampilan yang tadi ada di belakangnya dan kali ini berhadapannya dengannya meski berjarak sekitar dua meter.

Sosok itu, sosok yang pernah datang ke rumahnya. Perempuan yang meminta tolong, kenapa juga sosok itu sampai di tempat ini.

“Ka ….” Lidahnya kelu tidak dapat berucap, meskipun tangannya terulur menunjuk kepada sosok itu.

Perlahan wajah yang menunduk itu terangkat, masih terdengar isakan. Wajah pucat dan kedua mata yang menghitam, rasanya Radit ingin berlari dari tempat itu. Apalagi sosok itu kini mendekat. Jangan tanya apakah kedua kakinya menapak atau tidak, ia sudah tidak bisa memastikan hal tersebut. yang jelas bukan melangkah, tapi … melayang.

“to-long,” ujarnya lirih. “Tolong!” sosok tersebut berteriak dan tubuhnya semakin dekat sangat cepat dan mulut semakin besar membuat Radit berteriak dan memejamkan mata. Dalam benaknya ia mungkin akan mati dicekik makhluk itu.

“Radit!” teriak Lena.

“Hah.” Tubuh Radit merosot ke lantai, karena kedua kakinya lemas.

Wanita itu mendekat dan berjongkok di depannya lalu menepuk kedua pipi Radit.

“Hei. Istighfar.”

“Nggak sanggup gue, kenapa dia bisa sampai sini juga,” gumam Radit yang sudah membuka mata memandang Lena lalu menunduk sambil mengatur nafasnya.

“Memang tempatnya di sini, tubuhnya masih ada di sini. Wajar kalau dia masih ada di sini.”

“Hah, dokter tahu … maksud saya bisa lihat yang tadi?”

Lena hanya mengangguk pelan lalu berdiri.

“Dia masih ada di situ,” tunjuk Lena ke arah pintu bagian dalam ruangan. Kamu sering diganggu olehnya?”

“Sebelum saya bekerja, dia muncul di rumah.”

“Hah.” Lena beranjak keluar, Radit gegas beranjak dan mengekor langkah wanita itu. tidak ingin sendirian dan kembali mendapatkan gangguan.

Pantas saja hanya Lena yang mendengar teriakannya, ternyata Zul dan rekan lainnya sedang merokok agak jauh dari ruangan itu.

“Kamu lihat ini Radit, sosok tadi adalah mayat perempuan korban pembunuhan yang sedang diselidiki kepolisian.” Lena sudah membuka dokumen yang sempat dibaca oleh Radit meskipun belum seluruhnya. “Kamu kenal dia?”

Radit menggeleng pelan.

“Lihat ini fotonya.” Lena kembali membuka lembaran berikutnya, di mana foto mayat tersebut saat ditemukan. “Plastik tadi isinya baju ini, yang dia pakai saat ditemukan. Coba kamu pastikan lagi, mungkin kamu kenal. Makanya kamu diikuti.”

“Sumpah dok, saya nggak kenal. Saya juga nggak ngerti apa hubungannya dengan saya, dia ganggu saya sebelum saya mulai bekerja di sini.”

“Ada apaan sih?” tanya Zul yang sudah bergabung lalu menatap bergantian dokter Lena dan Radit.

Melihat gelagat dua orang itu, Zul sudah bisa menduga kalau ada hubungannya dengan hal mistis. “Ada penampakan ya?”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1
Fatimah Ziyadatul Khair
seru ceritanya. semoga segera nelurin cerita horor baru lagi. semangat kak othor
Vita Liana
cerita baru lagi dung kak hehe
Zuhril Witanto
🤣🤣🤣bukanya seneng tapi senep tiap hari liat hantu
Zuhril Witanto
astaghfirullah...
Zuhril Witanto
itu balasan untukmu Deo ..karna kamu gak mau mengakui dan gak bertanggung jawab
Zuhril Witanto
dan aaaaas.....
Zuhril Witanto
jelas2 Deo salah masih aja ngelak...biar aja di bawa
Zuhril Witanto
hantune ngeyelan
Zuhril Witanto
deg degan
Zuhril Witanto
motor Radit kan di pinjem Deo waktu itu
Zuhril Witanto
🤭🤭 ngarep
Zuhril Witanto
tuh hantu maksa banget
Zuhril Witanto
horor seru
Zuhril Witanto
ya ampun siapa yang nabrak
Zuhril Witanto
hantunya ikutan mandi
Zuhril Witanto
astaghfirullah...baca aja serasa ikutan lemes
Zuhril Witanto
spot jantung
Zuhril Witanto
serem banget
Zuhril Witanto
malah tambah serem lah di Kamboja
Zuhril Witanto
kok kalian...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!