Menikah dengan gadis yang dicintai adalah impian semua pria. Namun, Anggasta Bimantara, seorang kapten polisi harus menelan kekecewaan karena lamarannya ditolak oleh kekasihnya. Kekasih yang sudah dia pacari selama lima tahun lebih memilih pria kaya raya demi untuk kemajuan karir modelingnya.
Di tengah keterpurukannya putus cinta, dia terpaksa menikahi gadis tengil yang bernama Intan hanya karena kesalahpahaman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Geram
Anggasta lalu mengurai pelan gelungan tangan Intan di perutnya. Kemudian dia menarik pelan Intan ke depan sambil menggeram, "Tunjuk ke depan siapa yang sudah lancang membuatmu menangis!"
Intan tersentak kaget dan sontak mengarahkan jari telunjuknya ke pelataran parkir motor dan kebetulan Bagas, Delia, dan motor gedenya Bagas masih berada di pelataran parkir, tepat di depan toko oleh-oleh.
"Cowok dengan jaket kulit item dan cewek pakai dress pink yang berdiri di depan MOGE (Motor gede) item itu?"
"Iya. Tapi, kenapa nanya?"
Alih-alih menjawab pertanyaannya Intan, Anggasta langsung melompat ke pohon alpukat madu yang ada di dekat balkon lalu memeluk pohon itu sebelum meluncur ke bawah sambil untuk berteriak ke Intan, "Jangan ke mana-mana!"
Intan sontak berteriak, "Ada tangga di sana. Kenapa Mas melompat ke pohon?"
"Tangga hanya untuk orang lemah" Teriak Anggasta sambil melompat turun ke tanah. Anggasta kemudian melangkah sambil menghubungi Roy.
Intan menghapus airmatanya sambil terkekeh geli lalu dia menempelkan dadanya ke pagar balkon dan dia melihat suaminya melangkah lebar mendekati Bagas dan Delia. "Mas Angga mau ngapain nyamperin Bagas?"
Bagas yang tengah berdebat soal menggugurkan kandungan dengan Delia langsung menghentikan ucapannya dan menatap pria berwajah tampan dan berbadan atletis yang tiba-tiba berdiri tegak di depannya.
"Tunjukan SIM dan kartu identitas kamu!"
"Anda siapa?"
"Aku polisi" Anggasta menunjukkan kartu identitasnya.
Keringat dingin sontak muncul di tengkuk Bagas karena dia tidak memiliki SIM. Dia masih enam belas tahun dan tentu saja dia belum memiliki SIM. Namun, dia sudah sering keluyuran naik kendaraan bermotor bahkan ikut balap motor liar.
Untuk sepersekian detik Anggasta dan Bagas bersitatap.
"Kenapa diam? Memikirkan cara untuk kabur, ya?" Geram Anggasta dengan wajah dingin dan menakutkan.
"Ti....tidak, Pak" Sahut Bagas dengan keringat dingin yang mulai muncul di pelipisnya.
Delia langsung menyahut, "Dompet pacar saya ketinggalan di rumah, Pak"
"Benarkah?"
"Be....benar, Pak" Sahut Bagas.
"Kalau begitu aku akan menggeledah kamu dan menggeledah motor kamu juga dompet kamu, Nona kecil karena aku ini orangnya tidak gampang percaya" Anggasta menoleh sekilas ke cewek berambut hitam lurus sebahu.
"Ge.....geledah? Sial! Saya tidak mau!" Bagas mulai celingukan. Dia mencari celah untuk kabur.
Anggasta langsung menarik tangan Bagas lalu menarik tangan Bagas ke belakang dan memaksa Bagas menempelkan pelipis di atas jok MOGE.
"Arrghhhh! Sakit!"
"Lepaskan pacar saya!" Jerit Delia.
"Aku akan lepaskan cowok ini kalau aku sudah menemukan apa yang aku cari" Sahut Anggasta dengan suara datar yang sangat dingin dan terdengar sangat mengerikan.
Delia syok dan gadis itu mundur selangkah ke belakang dengan wajah pucat pasi.
Bagas hanya bisa pasrah saat pak polisi yang bernama Anggasta itu menarik dompet dari kantong celana kain dan menarik botol minuman dari dalam jaket kulit.
Anggasta lalu melepaskan tangan Bagas dan berkata, "Kau pembohong ternyata. Ini dompet kamu dan apa ini?" Anggasta mengempit dompet Bagas lalu dia membuka botol minuman, "Wah! Alkohol?!"
Bagas langsung berbalik badan dan berdiri tegak di depan Anggasta sambil menyemburkan, "Itu milik teman saya, Pak"
"Iya. Itu milik Rangga teman kami" Sahut Delia dengan wajah panik.
Bagas mulai pucat pasi dan tubuhnya gemetar saat dia melihat pak polisi yang berdiri tegap di depannya mulai membuka dompetnya.
"Kamu masih enam belas tahun dan nama kamu Bagas?" Anggasta menatap sejenak kartu identitasnya Bagas sambil membatin, sial! Cowok ini pacarnya Intan? Lalu, siapa cewek ini? Bagas menoleh ke Delia sambil memasukkan kembali kartu identitasnya Bagas ke dalam dompetnya Bagas.
Bagas sontak menyahut, "Saya adalah keponakannya walikota. Anda tidak bisa......"
Anggasta mengabaikan ucapan Bagas dan dia langsung menoleh tajam ke Delia, "Aku tidak menemukan SIM di dompet pacar kamu. Cowok ini beneran pacar kamu?"
"I.....iya" Sahut Delia dengan tubuh gemetar.
"Bukan" Sahut Bagas dengan cepat.
"Wah, kalian pasangan yang serasi. Kalian suka sekali berbohong, tzk! Serahkan dompet kamu!" Anggasta menggerakkan jari telunjuknya di depan Delia.
Delia sontak mematung.
"Mau kamu serahkan dengan rela hati apa mau aku paksa?!" Anggasta mulai berteriak tidak sabar.
Delia tersentak kaget dan langsung menyerahkan dompetnya dengan tangan gemetar sedangkan Bagas yang hendak kabur langsung dicekal oleh Roy.
"Lepaskan aku! Kamu siapa?!" Bagas berteriak sambil meronta di depan Roy.
"Aku anak buahnya Kapten Anggasta" Roy berucap sambil memborgol tangan Bagas
Intan mendelik kaget melihat tangan Bagas diborgol.
Delia hanya bisa berusaha berdiri dengan tegak karena dia dan Bagas sudah tidak berkutik lagi.
"Delia? Nama kamu Delia?"
"I .....iya"
Sial! Jadi Intan menangis karena Delia sahabatnya selingkuh dengan Bagas? Shiiiiiiit! Jahat sekali mereka! Aku akan memberikan mereka pelajaran yang sangat berharga karena mereka sudah lancang mengkhianati Intan dan membuat Intan menangis. Batin Anggasta sambil terus mengobok-obok dompet Delia.
"Apa ini?" Anggasta mengernyit saat dia menemukan alat dengan dua garis biru.
Anggasta lalu menghunus tatapan tajam ke Delia dan mengulangi pertanyaannya sambil menunjukan temuannya di depan Delia, "Apa ini?"
"Sial! Kenapa kau bawa alat itu ke mana-mana, Del!" Teriak Bagas kesal.
Delia hanya bisa menangis terisak.
"Jawab! Apa ini!" Anggasta mulai meninggikan suaranya.
Delia tersentak kaget dan sontak menyemburkan, "Saya hamil anaknya Bagas!"
"Sial! Kenapa kau katakan itu dasar cewek bodoh!" Teriak Bagas.
"What?!" Anggasta membeliak kaget. Lalu, dia menatap Roy, "Bawa mereka berdua ke kantor polisi dan proses mereka dengan pasal kenakalan remaja dan kepemilikan alkohol"
"Siap" Sahut Roy sambil menyeret Bagas dan Delia untuk dia bawa masuk ke dalam mobil Van.
Anggasta lalu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya dan semua orang yang sedari tadi mengelilingi dirinya langsung berbalik badan lalu bubar.
Kapten polisi itu kemudian kembali ke balkon dengan melewati anak tangga dan langsung mendapatkan ocehannya Intan, "Katanya tangga hanya untuk orang lemah lalu kenapa lewat tangga naiknya?"
Anggasta langsung menarik Intan ke dalam pelukannya lalu berkata, "Karena aku mendadak jadi orang lemah di saat aku merindukanmu"
"Gombal!" Intan menepuk pelan dada Anggasta dan Anggasta semakin erat memeluk Intan sambil berkata, "Itu benar"
Intan lalu mendongak dan bertanya, "Kenapa Bagas dan Intan diborgol dan diseret ke dalam mobil Van?"
Anggasta menunduk untuk melihat wajah Intan yang ada di depan dadanya dan menjawab, "Bagas tidak punya SIM dan dia membawa alkohol. Untuk anak di bawah umur dia sudah melanggar banyak pasal dan Bagas menghamili anak di bawah umur"
"De......Delia hamil?"
"Hmm" Sahut Anggasta sambil mendaratkan dagunya dengan lembut di atas kening Intan.
"Kenapa semua orang tidak ada yang tulus menyayangi aku? Semuanya pada akhirnya pergi meninggalkan aku" Intan berkata dengan suara gemetar menahan tangis.
Anggasta mendaratkan ciuman di atas belahan rambut Intan dan berkata di sana, "Aku tidak akan pernah meninggalkan kamu"
Intan mendongak untuk menyemburkan, "Benarkah?"
"Hmm. Aku bersumpah" Anggasta mengangkat dua jarinya ke atas dan Intan langsung tersenyum senang.
"Aku akan bawa kamu ke Bromo sekarang juga jadi nggak usah nangis lagi! Untuk apa kamu tangisi cowok brengsek itu"
"Hah?!"
"Kamu pengen ke Bromo, kan?"
"Iya"
"Ya, udah. Kita lanjutkan makan dulu setelah itu kita ke Bromo"
Saking senangnya Intan langsung mengecup pipi Anggasta dan kapten polisi itu mematung dengan rona merah di wajah.
2 iklam mndarat kak