NovelToon NovelToon
Inginku Bukan Ingin_Nya

Inginku Bukan Ingin_Nya

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Cerai / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Bapak rumah tangga
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Imas

Kisah ini berlatar belakang tentang persahabatan dan percintaan. Menceritakan kisah seorang gadis yang hidup penuh keberantakan, Jianka namananya.

Jianka mempunyai seorang sahabat dekat yang dia pikir benar-benar seorang sahabat. Namun tidak, dia adalah orang yang paling tidak rela melihat Jianka bahagia.

Beruntung dalam dunia percintaan. Jianka dicintai dengan hebat oleh dua lelaki yang memiliki latar dan gaya hidup yang berbeda.

Jianka menjalin hubungan dekat dengan seorang lelaki bernama Arbian. Remaja zaman sekarang biasa menyebut hubungan ini dengan HTS. Meski demikian, kesetiaannya tak dapat diragukan.

Selain itu, Jianka juga dicintai oleh seorang Gus Muda yang mampu menjaga kehormatannya dan bersikap sangat dewasa.

Bagaimana kisah lengkap mereka? Cinta manakah yang mampu memenangkan Jianka? Kuy, ikuti ceritanya ....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Is This Love?

..."Darimu aku sadar, bahwa cinta tak memandang segi apa pun selain cinta."...

...-Muhammad Mahza Mahendra ...

.......

.......

.......

"Abah, boleh Mahza nanya?" izin Mahza lembut setelah melihat abahnya yang sudah menutup Al-Qur'an.

"Mau nanya apa?"

"Bah, Mahza cuma beberapa kali ketemu Jianka. Nggak ada juga yang buat Mahza tertarik ke Jianka, Bah."

"Tapi, kenapa dia nggak lepas dari pikiran Mahza, Bah?"

Senyum indah yang tergambar dari pertanyaan polos putranya tersebut.

"Abah, Mahza serius," rengeknga menyenggol bahu abahnya tersebut.

"Kapan balik ke pondok?"

"Besok, Bah."

"Selama di pondok, 6 bulan ke depan. Nanti kalau pulang bilang ke Abah, rasa itu masih ada atau tidak."

....

"Kok kamu masih chattingan sama Jianka?"

"Emang kenapa?"

"Kak!"

Pintu Cafe yang terbuka, Jianka datang tepat saat Arbian sedang melakukan sidang bersama Fiana.

"Iza, tolong choco oreo satu, ya."

Tanpa mempedulikan Arbian dan Fiana, Jianka mencari bangku yang cukup jauh dari mereka. Arbian dengan segera menghampiri Jianka.

Belum sampai pesanannya menghampiri mejanya, ponsel Jianka berdering. Dapat dipastikan, seseorang sedang membutuhkan dirinya.

"Sayang, lagi di mana, Nak?"

"Lagi di Cafe, Umma. Ada apa, Umma?"

"Sayang, boleh temenin Umma belanja? Mahza lagi nemenin abahnya ngisi kajian."

"Boleh banget, Umma. Jianka pulang dulu ganti pakaian, ya?"

"Iya, Nak. Umma tunggu. Hati-hati, nggak usah buru-buru, ya. Kalau kamu masih ada perlu, selesaikan dulu keperluan kamu."

"Iya, Umma."

...

"Kak, Jianka harus pergi. Ada keperluan."

"Iza, minumannya aku bayar, tapi buat kamu aja."

"Loh, kenapa? Ini udah jadi."

"Buru-buru, pergi dulu, ya."

"Makasih, Ji."

Arbian menatap rinci langkah yang bergerak terburu itu. Arbian hanya berpikir, siapa yang Jianka panggil itu? Selama ini Jianka tak pernah bercerita sedikit pun.

Sampai di rumah Mahza dengan pakaian tertutupnya. Jianka menyapa hangat ibunda Mahza dengan indahnya. Segera pergi dan memenuhi keperluannya.

Setelah selesai dengan keperluannya, mereka kembali ke rumah. Jika mereka pergi saat rumah dalam keadaan tak berpenghuni, kini mereka kembali dengan keadaan pintu rumah terbuka dengan sebuah kunci yang masih tergantung.

"Abah sama Mahza udah pulang kayaknya. Ayo masuk dulu."

Memasuki dapur, di meja makan itulah tampak Mahza dan abahnya yang sedang makan berdua.

Mahza yang terkejut dengan keberadaan Jianka. Seketika beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamarnya.

"Nak Jianka, nemenin Umma belanja?" sapa abah Mahza.

"Iya, Bah."

"Iya, Bah. Tadi Umma yang menghubungi Jianka, Umma minta ke sini," tambah ibunda Mahza sambil mengeluarkan barang belanjaannya.

Mahza yang masih mampu mendengar dari balik dinding kamarnya terheran, "Kok umma punya nomer Jianka?"

"Di sini dulu ya, Nak. Nanti malam Mahza balik ke pondok, temenin Umma nganter Mahza. Soalnya Abah nanti ba'da isya' ada acara."

"Aduh, umma. Kenapa ngajakin Jianka?" gelisah Mahza sambil menutupkan peci pada wajah tampannya.

"Temenin Umma ya, Nak. Abah nggak bisa nemenin."

"Iya, Abah."

...

"Kenapa kamu blokir kontak Jianka?"

"Aku nggak suka kamu ada komunikasi sama dia!"

Belum berakhir perdebatan keduanya, masih dengan permasalahan yang sama.

"Kamu jangan keterlaluan, ya! Kita berhubungan baik sejak awal!"

"Tapi aku nggak suka!"

"Urusan kamu!"

Melihat pemandangan yang hampir setiap hari tak ingin dia lihat. Wajah Iza yang tampak berbeda beberapa hari belakangan ini. Senyumnya yang seolah hilang direbut oleh semesta. Dirinya selalu tampak bersemangat, namun wajah cerahnya hilang.

Begitu juga saat mereka berada di rumah. Komunikasi yang biasanya terjalin dengan baik, akhir-akhir ini tampak begitu kaku. Arbian dan Iza bagai orang asing, yang tak saling bertegur sapa.

"Ini semua salahku! Selain Jianka, Iza juga sama."

"Aku harus ketemu Jianka. Aku nggak tahan kalau kayak gini terus!"

Ponsel Jianka yang tergeletak di depan TV, sementara Jianka yang masih sibuk bersama ibunda Mahza. Ponselnya berdering saat Mahza melewatinya.

Kak Arbian❣️

"Kak Arbian," ucapnya lirih Mahza membaca nama pemanggil, "Apaan ada emot love gitu, alay banget!"

Tak terjawab, Arbian mengirim sebuah pesan, meminta Jianka untuk menjawab panggilannya. Pesan notifikasi itu terbaca juga oleh Mahza yang belum juga beranjak pergi.

Panggilan yang terhubung kembali, Mahza pun menjawab panggilan itu singkat.

"Jianka sibuk!"

Jawaban singkat dengan suara lelaki itu membuat Arbian panik. Antara khawatir dan merasa cemburu.

...

"Mahza masih mondok, Umma?"

"Nggak, Sayang. Mahza ngajar di pondok kakeknya. Beliau ayah dari abahnya Mahza."

"Gus Hayyan yang minta Mahza cepet balik itu kakaknya abahnya Mahza. Beliau juga ngajar di sana," lanjutnya.

Wajah Jianka pucat seketika mendengar jawaban berkelas tersebut, "Gila! Mana mungkin spek syaitonah kayak aku dapet Mahza yang dari sananya udah spek penduduk Surga?" batin Jianka merasa tak pantas. "Eh, bentar. Kenapa? Siapa juga yang mau ngedapetin Mahza? Gila lo, Ji!"

"Oh, pantes dia panggil Gus ya, Umma?

"Kapan Mahza balik lagi ke rumah. Astaga, maaf, Umma. Maksudnya Gus Mahza."

Bersamaan dengan pertanyaan dari Jianka tersebut, Mahza yang kebetulan sedang berjalan menuju dapur seketika menghentikan langkahnya. Senyumnya terpancar indah di balik kedua wanita tersebut.

"Nggak papa, Sayang. Panggil Mahza aja kalau kamu nyamannya gitu."

"Setiap liburan Mahza selalu pulang. Jadi, 6 bulan ke depan Mahza pulang lagi."

"Kenapa? Kamu takut nggak bisa ketemu Mahza?"

Pertanyaan tanpa aba-aba itu membuat Jianka salah tingkah. Wajahnya tampak panik berusaha menemukan penolakan.

Mahza yang dapat memahami tingkah Jianka, mengambil langkah untuk lebih mendekat.

"Umma, nanti tolong buatin Mahza makan malam dari rumah, ya. Biar makan malam di pondok nanti masih makan masakan, Umma."

Permintaan sederhana yang membuat hati Jianka sangat merasa tersentuh. Jianka yakin, dalam kesendiriannya, ada banyak rindu yang Mahza paksa untuk bungkam dan terpaksa Mahza simpan.

Malam telah tiba, mobil mereka juga telah berhenti di halaman pondok. Mereka turun bersama Mahza yang siap dengan perlengkapan yang telah ia bawa.

"Mahza ke kamar bentar, Umma. Nanti Mahza ke sini lagi."

Bertemu dengan keluarga dari suaminya, semua tampak hangat menyambut kedatangan ibunda Mahza. Tak terlupa wajah asing Jianka yang juga disapa lembut oleh mereka.

Setelah dirasa cukup, keduanya pamit undur diri. Dengan tatapan tulus itu, Mahza menatap wanita pertamanya. Memeluk lembut, menjabat tangan, dan menciumnya, "Do'ain Mahza ya, Umma."

Jianka yang hanya mampu melewati Mahza, berhenti beberapa saat di hadapannya, "Pamit dulu, ya. Jaga diri baik-baik."

Mahza hanya membalasnya dengan senyum tipis yang tampak begitu cerah, "Jika 6 bulan ke depan rasa ini tidak hilang. Lamaran akan menjemputmu untuk datang dan tinggal di tempat ini bersamaku, Jianka," batinnya tulus menatap langkah Jianka yang kian menjauh.

"Astaga! Hp aku di mana, ya? Mampus! Dari tadi aku nggak ngasih kabar kak Arbian," batin resah Jianka yang baru mengingat ponselnya.

...***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!