NovelToon NovelToon
Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Gadis Bercadar Jodoh Gangster

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Bad Boy
Popularitas:26.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kyure Aamz

Maulana Nevan Ganendra, para sahabatnya sering menyebut lelaki itu dengan sebutan gangster penyayang Bunda. Nevan selalu berhasil membuat orang terkena mental hanya dengan kata-katanya, mulutnya sangat licin seperti lantai yang baru saja di pel.

Tidak ada hari tanpa julit, ibarat kata pepatah hidup Nevan itu seperti sayur tanpa garam jika tidak julit. Sudah galak, julit, tak punya hati pula, lengkap sudah hidup Nevan. Semua berawal saat Nevan mendapat sebuah tantangan konyol untuk menikahi gadis bercadar bernama Nazma.

Nevan memanggil gadis itu dengan sebutan Nanaz, seorang gadis yang hidupnya penuh dengan masalah dan jauh dari kata bahagia.

°°°

"Berhenti kayak gini Nevan, sikap kamu bikin aku kelihatan semakin rendah di mata orang-orang." Air mata Nazma lolos begitu saja. "Boleh aku minta sesuatu."

"Apa?" Nevan seakan terhipnotis dengan tatapan Nazma.

"Jangan bilang aku sok jual mahal lagi, sakit dengernya. Aku emang miskin, tapi orang miskin juga punya harga diri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyure Aamz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

06. Seperti lava

Nevan benar-benar tidak mengerti, tantangan konyol itu berhasil membuat Nevan gila. Sekarang otak Nevan hanya dipenuhi oleh Nazma, Nevan tahu jika hal itu tidaklah benar. Hal itu membuat Nevan bertanya-tanya, apakah mungkin dirinya telah menyukai Nazma.

Berbeda dengan Nazma yang saat ini sedang duduk dibangku paling pojok, gadis itu duduk sendirian. Nazma samasekali tidak mengerti dengan teman-temannya yang terlihat begitu tidak menyukainya, kecuali Alif.

"Udah belum Az tugasnya? Kalau sudah biar saya kumpulkan." Alif adalah ketua kelas, dia sangat baik dan menghargai Nazma.

"Udah." Nazma mengulurkan bukunya, namun gadis itu lebih memilih menunduk daripada menatap Alif.

Alif menerima buku dari Nazma. "Mau ke kantin bersama?"

"Nggak makasih, aku bisa ke kantin sendiri." Nazma menolak dengan halus.

Alif mengangguk pelan, ia tahu jika Nazma sangat menjaga dirinya. Mana mungkin Nazma mau ke kantin hanya dengan seorang lelaki yang bukan mahramnya.

"Az, kalau ada yang menyakiti kamu bilang ya. Biar saya bisa membantu."

"Makasih." Tentu saja Nazma tidak akan pernah mengatakan apapun pada Alif, ia tidak ingin merepotkan Alif.

"Jangan pernah merasa sendiri, orang-orang yang benci kamu ... mereka tidak tahu caranya menghargai."

Walaupun Nazma menatap lurus ke depan namun gadis itu mengulas senyum dibalik cadarnya, hatinya menghangat.

"Kenapa kamu baik?" Nazma menatap Alif sekilas lalu menunduk.

"Karena kita dianjurkan untuk melakukan kebaikan dengan sesama manusia." Jawaban Alif sangat sederhana namun begitu menyentuh.

Alif mencari buku miliknya diantara tumpukan buku yang lain, lelaki itu mengambil satu lembar sticky notes yang ada di bukunya. Alif mengambil pulpen dari saku seragamnya lalu menuliskan sesuatu.

"Untuk kamu." Alif menempelkan sticky notes itu di meja Nazma.

Setelah itu Alif pergi dengan membawa tumpukan buku yang ada ditangannya, rencananya Alif akan mengumpulkan buku-buku tersebut ke kantor guru. Saat berada di ambang pintu Alif tersenyum sekilas pada Nazma yang kini juga sedang menatapnya.

Setelah itu Alif benar-benar keluar kelas, hanya tersisa Nazma didalam kelas itu. Nazma membaca tulisan yang ada di sticky notes itu. Isinya adalah laa ilaaha illallah, Allah selalu bersamamu Az. Jangan pernah merasa kesepian, dia selalu ada untukmu.

'Ya Allah, kenapa Alif baik dengan orang seperti Nazma? Nazma nggak pantes nerima itu ya Allah.' Tanpa sadar sudut mata Nazma kini telah basah.

***

Nevan berdiri dan bersandar pada dinding yang ada didekat pintu kelas Nazma, lelaki itu tadi sempat melihat kedekatan Nazma dengan Alif. Ada perasaan aneh yang ada di hati Nevan saat melihat kedekatan mereka berdua, hingga akhirnya Nazma baru saja keluar kelas.

"Naz ...."

Nazma terkejut dengan kehadiran Nevan, lelaki itu ternyata masih belum berhenti mengganggu dirinya.

"Apa?" Nazma berusaha mengontrol dirinya agar tidak emosi.

"Cowok yang tadi pakek peci, temen lo ya?"

Nazma terdiam, dari cara bicara Nevan lelaki itu seakan-akan telah melihat Nazma berbicara dengan Alif.

"Iya." Nazma menjawab seadanya.

"Apa dia alasan lo nolak jadi istri gue?"

"Itu bukan urusan kamu."

Nevan tertawa pelan, entah kenapa ia berharap jika Nazma tidak menyukai lelaki itu. "Lo suka dia?"

"Itu bukan urusan kamu Nevan." Nazma kembali menegaskan.

Nevan diam, Nazma pun juga ikut diam. Kedua orang itu tidak saling menatap dan sama-sama memandang ke arah lain, Nevan sibuk dengan pikirannya. Walaupun Nevan tidak mengenal lelaki itu, namun ia tidak bisa menyangkal jika lelaki itu hampir mendekati kata sempurna.

"Kelihatan banget kalau lo suka sama dia." Nevan berusaha memancing Nazma agar gadis itu jujur padanya.

"Suka atau nggak, itu nggak ada hubungannya sama kamu."

Nevan terkekeh pelan. "Wajar sih, gue tahu lo sukanya sama yang alim, kalem, shaleh."

Nazma menghela nafas panjang dibalik cadarnya. "Kamu mau tahu siapa dia?"

"Hem." Nevan hanya bergumam.

"Namanya Alif, dia mampu menghargai wanita. Dia sopan, dan dia lelaki terbaik yang pernah aku kenal."

"Tahu kok gue, dia cocok banget sama lo." Nevan tersenyum, senyuman yang tampak begitu berbeda.

Setelah itu Nevan pergi dari hadapan Nazma. 'Gue ngerasain ini lagi, perasaan sama yang udah pernah bikin gue hancur.'

'Aku nggak pantes buat kamu Nevan, aku nggak sebaik yang kamu kira.' Ada sesuatu yang disimpan rapat-rapat oleh seorang Nazma.

***

Sepulang sekolah Nevan berada di lapangan belakang rumahnya, lapangan itu sengaja Altair buat agar Nevan bisa berlatih panahan. Nevan terlihat tampan dengan pelindung jari dan pelindung lengan yang sengaja ia pakai sebagai perlengkapan dalam memanah.

Tangan kiri Nevan memegang busur, sementara tangan kirinya memegang anak panah. Dibelakang Nevan ada kantung yang berisi anak panah, fokus Nevan tertuju pada sebuah target didepannya yang berbentuk lingkaran.

'Lo kenapa sih Van?'

Berkali-kali Nevan telah meluncurkan anak panah, dan sasarannya selalu berhasil mengenai titik tengah dalam lingkaran.

"Gue kenapa sih?!" Nevan melempar asal busurnya ke bawah, busur itu kini tergeletak diatas rerumputan.

"Gue ngerasain perasaan itu lagi." Nevan mengusap kasar wajahnya.

"Abang ...." Terlihat Arthan yang berjalan sambil membawa es krim ditangannya.

Nevan berlutut saat Arthan sampai didepannya, entah apa yang akan dilakukan bocah itu.

"Abang, Althan bawain es klim buat Abang." Arthan menunjukkan es krim yang ada ditangannya.

"Lagi nggak pengen." Nevan menatap es krim itu tanpa minat.

"Kenapa?" Arthan menatap Nevan yang terlihat aneh.

"Nggak selera, makan aja." Nevan duduk diatas rerumputan dengan kedua kaki yang diluruskan.

"Abang, Althan pengen ketemu kakak yang waktu itu." Arthan duduk di samping Nevan dan mulai membuka bungkus es krim yang ada ditangannya.

Nevan menoleh. "Yang mana?"

"Yang waktu itu, kakak yang milip sama Bunda."

Tubuh Nevan membeku, sekuat tenaga ia melupakan Nazma tapi Arthan malah mengingatkannya. Mengingat lelaki yang bersama Nazma tadi membuat hati Nevan terasa dipenuhi oleh lava, rasanya sangat panas. Niatnya menjalankan tantangan, sekarang malah terbawa perasaan.

"Dia udah punya calon, jangan diganggu." Nevan berucap dengan wajah datar.

***

Nevan berdiri diambang pintu, menyambut keempat sahabatnya yang datang ke rumahnya. Sebenarnya Nevan sedang malas menemui mereka, tapi ia mengingat ucapan Ajwa. Tamu itu harus dimuliakan, mana mungkin Nevan bisa menyuruh mereka pulang.

"Evening Bro, salam dari binjai." Jeno memberikan hormat dengan kedua jarinya.

"Halo, dengan Iqbal malkist." Iqbal berucap seakan sedang menerima telepon.

"Hai Epan, gue mau numpang makan." Calvin berucap dengan tidak tahu malunya.

"Assalamu'alaikum." Sean mewakili ketiga sahabatnya yang mungkin sedikit tidak waras.

"Wa'alaikumsalam." Nevan menjawab salam Sean. "Sorry, gue nggak nerima tamu yang dateng nggak dijemput pulang nggak dianter."

"Mak lampir kalik ah," ujar Calvin.

"Kalajengking," sahut Iqbal.

"Jelangkung!" Jeno berinisiatif membenarkan.

Mereka berbasa-basi selama beberapa menit, hingga akhirnya Calvin, Jeno, dan Iqbal masuk ke dalam rumah. Padahal Nevan belum mempersilahkan untuk masuk, ketiga orang itu memang sangat biadab. Hanya Sean yang belum masuk ke dalam rumah Nevan.

"Boleh gue masuk?" Sean meminta izin.

Nevan merangkul Sean agar masuk ke dalam. "Ayo, lo bagi dikit lah akhlak lo ke mereka."

"Kalau akhlak bisa dibeli, gue borong buat mereka." Sean menatap Calvin, Jeno, dan Iqbal yang kini sudah duduk manis di sofa.

Setelah mereka semua duduk suasana mendadak menjadi serius, Nevan sedang membicarakan tentang tantangan itu. Tentang Nevan yang sudah tidak ingin menjalankan tantangan itu lagi, mungkin itu adalah hal yang terbaik. Nevan tidak bisa terus-terusan seperti ini.

"Gue udah nggak mau ngejar dia lagi, ini nggak bener." Nevan terlihat bersungguh-sungguh.

"Bentar-bentar, kenapa tiba-tiba lo ngomong kayak gini?" Calvin terlihat penasaran.

"Gue nggak pernah bisa berhenti mikirin dia, dan itu salah. Nggak seharusnya gue terus mikirin dia, mata dia selalu bikin gue candu buat natap dia. Gue nggak bisa terus-terusan kayak gini."

"Telah ditentukan bagi anak adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti mengerjakannya. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah memukul, zina kaki adalah berjalan, serta zina hati adalah bernafsu dan berangan-angan, yang semuanya dibuktikan atau tidak dibuktikan oleh kemaluan.”

Mereka semua terdiam kala mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nevan, mereka bisa melihat keseriusan dalam diri Nevan.

"H.R Bukhari dan muslim." Nevan menghela nafas panjang. "Gue nggak mau terus-terusan zina mata sama zina hati."

"Ya makannya nikahin, lo entar bisa sepuasnya natap dia." Jeno juga terlihat tak kalah serius.

"Ada cowok yang lebih pantes buat dia, dan itu bukan gue." Nevan kini menatap Sean, dan Sean sangat mengerti arti tatapan itu.

'Dia ngerasain perasaan itu lagi,' batin Sean.

***

"Siniin duit kamu." Seorang lelaki sedang merampas uang dari tangan anaknya.

"Ja-jangan Ayah, itu uang buat keperluan sekolah Nazma." Nazma berusaha mempertahankan uangnya, ia bisa mencium bau alkohol dari tubuh ayahnya.

"Siniin! Ayah butuh uang!" Pria itu berhasil merampas uang dari Nazma, dia bahkan mendorong Nazma membuat gadis itu tersungkur.

Air mata Nazma mengalir, ia tidak suka melihat ayahnya seperti itu. "Ayah, berhenti minum-minum," lirihnya.

"Jangan ngatur-ngatur!" Dengan setengah sadar pria itu melihat uang yang ada ditangannya. "Dikit banget, cari uang yang banyak! Atau kamu mau kejadian itu keulang lagi?!"

Tubuh Nazma menegang, pelipisnya mulai mengeluarkan keringat dingin. Tubuhnya mendadak gemetar, gadis itu menggeleng lemah.

"Na-Nazma nggak mau, jangan lakuin itu Ayah. Nazma mohon ...." Nazma sangat membenci kejadian itu.

Bersambung...

1
Sakirin
seru lo kak
Atik R@hma
Tak kira udah end,Alhmdulillah masih😘🤩💪
rhani bhelLo💕
yah di culik dah si nazma
ini pasti akal"n si aji
gimana sih si nevan udah tau si nazma lagi d ancem" pake d tinggal"
lanjuuuuut thoooor
Sumiati Ngurawan
mampir thor
Elis Juhaelis
mau lanjutannya
Neng Sum
lanjut kak semangat yang banyak update nya
Neng Sum
lanjut kak semangat
Neng Sum
lanjut kk semangatt
Neng Sum
lanjut kak author yg banyak update nyah semangatt
Neng Sum
lanjut kak outhor semangat yang banyak up date nya 💪💪😄
Neng Sum
di tunggu update ya outhor semangat😄💪💪
nuraeinieni
aq mampir thor
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
wah kejam kali wak
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
maksudnya? kan masih sklh thor
🇮🇩,inosuke,🇯🇵
hah bukan nya anak sklh belum boleh nikah ya?
Neng Sum
lanjutt kak😄😄
Zaldin Agt
kapan di update?
putri baqis aina
Keren banget thor, semangat terus ya!
hoba
Gemesin banget! 😍
Aono Morimiya
Saya merasa seperti berada di dalam cerita, mengalami segalanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!