Cerita ini buat orang dewasa 🙃
Raya Purnama menikah di usia 17 tahun setelah dihamili pacarnya, Sambara Bumi, teman satu SMA yang merupakan putra pengusaha kaya.
Namun pernikahan itu tak bertahan lama. Mereka bercerai setelah 3 tahun menjalin pernikahan yang sangat toxic, dan Raya pulang kembali ke rumah ibunya sambil membawa anak perempuannya yang masih balita, Rona.
Raya harus berjuang mati-matian untuk menghidupi anaknya seorang diri. Luka hatinya yang dalam membuatnya tak ingin lagi menjalin cinta.
Namun saat Rona bertumbuh dan menginginkan sosok ayah, apa yang harus dilakukan Raya?
Ada dua lelaki yang menyita perhatian Raya. Samudera Dewa, agen rahasia sekaligus penyanyi yang suara emasnya menguatkan hati Raya di saat tersulit. Alam Semesta, dokter duda tampan yang selalu sigap merawat Rona yang menderita leukemia sejak kecil.
Dan benarkah Sambara sudah tak peduli lagi pada Rona, putri kandungnya sendiri?
Pada akhirnya, siapa yang akan dipilih Raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rona Risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAMUDERA DEWA
Di bawah lampu sorot seputih cahaya bulan itu, sesosok laki-laki tegap duduk di atas kursi bundar tinggi. Rambut hitam lebatnya berkilau. Wajahnya yang tertutup topeng berukir warna emas memancarkan aura misterius. Namun suara merdunya yang mengudara, denting gitarnya yang fasih, membuat siapa saja terpukau dan terasa menghangatkan hati.
Bahkan jatuh cinta.
Raya pun merasakannya. Getaran lama yang seakan terlupakan, kembali terbit di dadanya.
"Cintalah yang membuat diri betah
Untuk sesekali bertahan
Karena sajak pun sanggup
Merangkum duka gelisah kehidupan
Baiknya mengenal suara-suara sendiri
Dalam mengarungi suara-suara di luar sana
Sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi
Membawa langkah ke mana saja
Karena kesetiaanlah
Maka jinak mata dan hati mengembara
Dalam kamar berkisah
Taruhan jerih
Membawa arti kehadirannya
Membukakan diri, bergumul dan menyeri
Hari-hari tergesa berlalu
Meniup deras usia
Mengitari jarak dalam gempuran waktu
Takkan jemu-jemu nafas bergelut di sini
Dengan sunyi dan rindu menyanyi..."
Melodia. Sajak mahakarya penyair berdarah ningrat asal Sumba, bergelar Presiden Malioboro, bernama Umbu Landu Paranggi.
Sajak yang menjadi favorit Raya, dan banyak pencinta lainnya, terutama sejak lelaki itu menyanyikannya dengan sangat indah ke seluruh negeri.
Sam. Panggilan karib Samudera Dewa. Penyanyi indie yang sering menyanyikan sajak-sajak penyair ternama, dan meng-cover beberapa lagu terkenal dengan permainan gitarnya yang sangat apik, yang semuanya diunggah di kanal youtube pribadinya: "Samsara." Ia sering manggung dari kafe ke kafe, panggung ke panggung, dan akhir-akhir ini semakin populer karena berduet dengan Emma Heesters, penyanyi jelita asal Belanda, melalui lagu "My Love."
Walau mengenakan topeng, semua pasti tahu lelaki itu Samudera Dewa. Suara selembut beludru yang tak kesulitan mencapai nada-nada tinggi dengan sempurna. Kepiawaiannya memainkan gitar. Tubuh kekar berbalut kaus tanpa lengan dan celana jeans dengan robekan di bagian lutut, banyak tindikan di telinga, dan tato bulan dan sulur mawar di lengan kanannya yang berotot. Itu semua ciri khas Sam.
Air mata Raya hampir menetes lagi.
***
"Lo dengerin ini deh!"
Riris, si gadis paling eksentrik di SMA Bintang Bumi yang kali ini berulah dengan sengaja mengecat rambutnya putih total dan ke sekolah mengenakan kemben bukannya seragam, menyodorkan airpods kepada Raya.
"Apaan?"
Raya sedang membantu mengerjakan hukuman Riris dengan merapikan gudang sekolah secara diam-diam karena iming-iming dibelikan novel terbaru Dan Brown yang baru rilis berjudul "Origin," mengerutkan alis sambil menahan bersin akibat debu yang menumpuk di antara piala-piala lama yang sedang dibersihkannya.
"Pake dulu!" desak Riris.
Raya memasang airpods itu di telinganya. Ia terkejut saat mendengar bait tak asing dilantunkan suara laki-laki yang sangat lembut dan merdu.
"Cintalah yang membuat diri betah..."
"Suka kan lo?" Riris terkekeh saat melihat reaksi Raya.
"Ini kan Melodia, sajaknya Umbu... siapa yang nyanyi ini Ris?" tanya Raya takjub.
"Calon pacar gue tuh," sahut Riris senang. "Sam."
Raya mengerjap.
"Sambara Bumi? Beneran dia yang nyanyi ini?"
"Bukan! Yee kenapa mikirnya ke playboy cap simpanse itu sih? Emang dia doang yang namanya Sam di bumi?" Riris melotot. "Samudera Dewa. Sam. Penyanyi indie favorit gue nih!"
"Ooh."
"Oh doang? Masa oh doang?"
"Lah terus? Aah, gitu?"
"Lo tuh ya!" Riris mencubit gemas lengan Raya, membuatnya memekik kesakitan.
"Heh! Ngapain kamu di sini?!" Pak Anwar, guru olahraga sekaligus Wakil Kepala Sekolah yang kebetulan lewat dan mendengar keributan dalam gudang, menengok masuk dan memelototi Raya.
"M-maaf, Pak!" Raya ketakutan dan mengambil jurus kaki seribu meninggalkan Riris yang membeku.
Brukk!!
"Aduuh!"
Raya terjatuh keras di lantai setelah tanpa sengaja menabrak seseorang di tikungan.
"Hei... kamu nggak apa-apa?"
Sambara Bumi berdiri di depannya. Tegap dan tampan. Mengenakan pakaian olahraga yang kuyup oleh keringat, membuat dadanya yang bidang dan perutnya yang berotot tampak jelas di balik kain putih tipis itu.
Sesaat Raya tak bisa berkata-kata. Jantungnya berdetak kencang.
Wajah sangat tampan Sambara Bumi mengunci tatapannya.
Suara sangat merdu Samudera Dewa mengalun di airpods Riris yang masih menempel di telinganya.
"Kenangkanlah gumam pertama
Pertemuan tak terduga..."
Perpaduan dua keindahan itu sangat menggetarkan hati Raya.
Sambara Bumi mengulurkan tangan untuk membantu Raya berdiri.
Sentuhannya sehangat matahari.
Sunyi.
Raya masih tak sanggup bicara. Detak jatung dan napasnya melayang ke langit lapisan entah ke berapa.
Sambara Bumi menatapnya lekat dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Lututmu luka, tuh..."
Raya bahkan hampir tak merasakan perih lecet di lututnya.
"Oh..."
Sam tersenyum.
"Izinkan aku mengobati lukamu."
Raya mengerjap.
"Ayo..."
Tanpa ragu, Sam menggandeng tangan Raya dan membawanya ke ruang OSIS yang sepi.
Sam mendudukkan Raya dengan lembut di salah satu sofa. Ia kemudian membuka kotak P3K yang menempel di salah satu sisi dinding, mengeluarkan kapas, cairan antiseptik, obat tetes luka, dan plester.
Dengan tenang, Sam berlutut di depan Raya. Tangannya dengan cekatan membersihkan dan mengobati luka di lutut Raya.
Sentuhan jemari Sam yang sehalus sutera sempat membelai sedikit paha Raya saat bangkit untuk mengembalikan perlengkapan yang diambilnya ke kotak P3K.
"Sudah," kata Sam sambil tersenyum. "Apa masih terasa sakit?"
Raya menelan ludah dengan susah payah.
"Eh..."
Sam tertawa.
"Apa kamu cuma bisa bilang 'oh' dan 'eh'?"
Nyanyian Samudera masih membahana.
"Kenangkanlah percakapan pertama
Gugusan waktu, napas dan peristiwa..."
"Terima kasih," ucap Raya terbata, berusaha keras memberanikan diri bicara.
"Kembali kasih," balas Sam lembut.
"Namaku Raya. Raya Purnama."
Sam tersenyum menawan.
"Aku Sam. Sambara Bumi."
***
Sorakan riuh memenuhi seisi kafe setelah Samudera Dewa menyelesaikan lagu pertamanya.
"Terima kasih," Samudera mengangguk. "Lagu berikutnya, salah satu cover favorit yang banyak disukai di kanal youtube saya: Samsara. Jangan lupa susbscribe, like, dan comment ya..."
Seisi kafe tertawa. Jelas mereka semua sudah melakukan itu sejak lama tanpa perlu diminta. Kanal youtube Samsara memiliki subscribers terbanyak di negeri ini.
Samudera mendentingkan gitarnya lagi. Melodi yang sangat karib. Para penonton mendesah, "Oooh!"
Raya meneteskan air mata kali ini. Itu lagu favoritnya, yang sering didengarnya untuk membunuh sepi dan sedih saat sendiri di mansion Sambara Bumi.
"Please, don't see
Just a girl caught up in dreams and fantasies
Please, see me
Reaching out for someone I can't see
Take my hand
Let's see where we wake up tomorrow
Best laid plans
Sometimes are just a one night stand
I'll be damned
Cupid's demanding back his arrow
So let's get drunk on our tears
And, God, tell us the reason
Youth is wasted on the young
It's hunting season and the lambs are on the run
Searching for meaning
But are we all lost stars
Trying to light up the dark?"
Lost Stars. Adam Levine. Dan Sam menyanyikan lirik versi Keira Knightley di film Begin Again.
"I thought I saw you out there crying
I thought I heard you call my name
I thought I heard you out there crying
We're just the same"
Samudera menoleh sejenak, seakan menatap Raya yang banjir air mata di balik konter bar.
"And God
Tell us the reason youth is wasted on the young
It's hunting season and this lamb is on the run
We're searching for meaning
But are we all lost stars
Trying to light up the dark?
Are we all lost stars
Trying to light up the dark?"
Penonton kembali bersorak saat lagu berakhir.
"My Love! My Love!" teriak beberapa orang.
"Aduh... sulit tuh," Samudera mengerutkan alis. "Itu lagu duet, kawan-kawan. Saya nggak bisa menyanyikannya sendirian..."
"Nggak mau tahu! Pokoknya nyanyi!" teriak seorang gadis di pojok, membuat seisi kafe tertawa.
"My Love! My Love! My Love!"
"Hahaha, oke. Chill, buddies!" tawa Samudera. "Hmm... kalau gitu, saya boleh minta perempuan cantik di sana untuk duet sama saya?"
Samudera terang-terangan menunjuk Raya.
Seisi kafe menoleh, membeku.
Raya juga terpaku.
"Heh! Lo diminta maju tuh!" Riris seperti satu-satunya makhluk berkesadaran penuh di kafe itu, entah muncul dari mana dan menyeret Raya ke panggung.
Raya tersentak. "T-tapi..."
Riris sudah mendorongnya ke atas panggung.
"Halo."
Samudera membuka topengnya dan menyapa ramah.
Ia tampak jauh lebih tampan dari yang tampak di youtube atau cover albumnya. Wajah dengan garis rahang kuat. Hidung sangat mancung. Mata indah yang memiliki kantung itu menjadi daya tarik tersendiri. Senyum lebarnya memamerkan gigi kelinci yang manis.
Kulitnya pucat, serasi dengan kulit Raya.
Raya tak bisa berkata-kata.
"Duduk sini, Raya."
Samudera meletakkan gitarnya sejenak dan menarik satu kursi tinggi lagi di sebelah kursinya.
Raya duduk dengan kaku dan pucat. Seisi kafe menatapnya tajam dan lekat.
"Ya, kita tahu siapa dia. Raya Purnama," kata Samudera tenang. "Kalian mungkin mengenalnya lewat skandal yang heboh beberapa tahun lalu. Tapi saya kenal Raya jauh sebelum itu."
Semua orang membelalak. Termasuk Raya.
Apa katanya? batin Raya kaget.
Samudera tersenyum lebar. Sangat tampan.
"Saya cerita sedikit ya..."
...***...
Samudera Dewa