Kayena de Pexley adalah ratu termalang dalam sejarah kerajaan Robelia. Sampai akhir hayatnya, Kayena tidak mendapat sedikit pun cinta dari sang suami. Ia diperlakukan layaknya mesin pembuat anak serta simbol kerjasama antara dua belah pihak. Sedangkan Katarina adalah selir paling dicintai dalam sejarah kerajaan Robelia. Mantan pelayan Kayena yang mendapat anugrah berupa cinta tulus sang raja.
Ketika berhasil melahirkan bayi ke-4 yang kelak akan menjadi raja paling berpengaruh dalam sejarah kerajaan Robelia, Kayena memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah mengetahui rencana sang suami yang akan memisahkan dia dengan sang putra. Namun, alih-alih meregang nyawa, Kayena malah terbangun pada masa baru kehilangan bayi pertama. Lima tahun sebelum ia memutuskan untuk bunuh diri karena mengalami depresi.
Mendapat kesempatan kedua, mampu kah Kayena merubah nasibnya yang malang? cari tahu selengkapnya.
🚩🚩
Cerita pertama Author dengan tema reinkarnasi 🔱
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaka Shan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0017. Vous a-t-il Sauvée, Queen (Apa dia simpanan mu, Ratu)
0017. Vous a-t-il Sauvée, Queen (Apa dia simpanan mu, Ratu)
“Kau sudah makan?”
Pria yang ditanya tampak menggelengkan kepala. Dengan kedua tangan sibuk mengambil selembar kertas serta pensil untuk mencatat, sedangkan pandangan tetap tertuju pada wanita cantik yang tengah menikmati camilan siang di seberang.
“Kau tidak mau mencoba Englisher cake dan Petite Madeleine? Koki di istana ini sangat handal membuat kudapan.”
Wanita cantik yang kini tampil dengan pakaian sederhana berupa long dress dari kain katun kualitas terbaik itu menunjuk dua kudapan yang menjadi favoritnya sejak lama. Englisher cake dan Petite Madeleine. Dua kudapan manis legendaris dari negeri yang berpengaruh besar pada wilayah Robelia, yaitu United Kingdom dan French Empire.
Englisher cake merupakan cake yang bagian bawahnya terbuat dari kuning telur gurih serta mewah, berpadu dengan topping cookies yang renyah. Ditambah buah-buahan kering (kismis, irisan prunes, ceri kering, keju, kacang almond, serta kacang mete) supaya menciptakan sensasi asam-manis ketika cake ini dinikmati. Sedangkan Petite Madeleine atau Madeleine adalah kue kecil tradisional dari Commercy dan Liverdun, dua komune wilayah Lorraine di Timur laut Prancis. Madeleine juga kerap disebut mini butter cake kuno dari Prancis yang biasa disajikan ketika tea party.
“Kalau begitu, sebelum pulang kau harus membawa beberapa kudapan dari dapur istana ku.”
Pria yang sejak tadi sibuk mempersiapkan alat tulis itu mendongkrak, kemudian tertawa renyah. “Anda mengingatkan saya pada seorang kenalan, Gisaeng yang suka menyuruh saya membungkus kue beras sebelum pulang.”
“Gisaeng?” Ratu Robelia itu tampak mengulang karena kebingungan dengan arti dari kata tersebut.
“Ah, Gisaeng adalah sebutan untuk profesi sebagai wanita penghibur di negeri yang pernah saya singgahi.”
...(Gisaeng)...
Kayena, ratu Robelia itu tampak speechless mendengar pengakuan pria berwajah sangat muda di depannya. “Sebenarnya apa saja yang kau lakukan selama melakukan perjalanan, Killian? Kenapa kau sampai punya kenalan seorang Gisaeng?”
“Ceritanya panjang, Yang Mulia. Saya akan menghabiskan sisa hari Anda jika menceritakannya.”
Kini giliran Kayena yang dibuat tersenyum lebar. Kedatangan Killian pagi ini memang membawa good mood. Selesai mengerjakan tugas, ia langsung bergegas kembali untuk berganti pakaian. Kenapa? Karena kedatangan Killian ke istana ratu adalah untuk mengukur tubuh Kayena. Ia ingin pakaian baru, dengan catatan ukuran yang lebih besar sedikit.
Pembawaan Killian yang santai dan terkesan player, ternyata punya banyak cerita menyenangkan untuk didengarkan. Killian memang punya hobi mengembara, berkunjung dari satu negeri ke negeri lainnya demi mempelajari gaya busana serta mengumpulkan banyak informasi mengenai jenis-jenis bahan untuk sandang kualitas terbaik.
“Di negeri itu saya mendapatkan banyak informasi, termasuk soal larangan selir-selir Raja menjadi Permaisuri. Larangan ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Sukjong, Raja ke-19 Dinasti Joseon.”
Kayena menganggukkan kepala mendengar cerita Killian. Pria muda itu akan terlihat jauh lebih tampan ketika tengah berada dalam mode serius. Namun, bukan berarti Kilian “jelek” ketika tengah berada dalam mode easy going.
“Sepertinya banyak pengalaman menyenangkan yang kau dapatkan ketika berkelana.”
“Sebanding dengan banyaknya pengalaman tidak menyenangkan yang pernah saya dapatkan pula,” timpal Killian yang sudah mengeluarkan alat ukur.
Kali ini Kayena benar-benar dibuat tertawa kecil. Killian memang happy virus. Ia bisa dengan mudah mengubah mimik wajah, sehingga lawan bicaranya terasa sedang bicara dengan beberapa kepribadian.
“Sekarang kita lakukan pengukuran ulang terlebih dahulu, Yang Mulia Ratu.”
Kayena mengangguk. Ia pun beranjak, berdiri dengan posisi sempurna agar Killian mudah mengukur tubuhnya. Mereka tak hanya berdua di ruangan tersebut. Ada Kima juga yang sejak tadi ikut terlibat dalam obrolan seputar kisah perjalanan Killian yang telah mengarungi beberapa samudra, hingga berhasil menginjakkan kaki di 10 negara.
“Apa kau sempat memiliki kekasih ketika melakukan perjalanan, Killian?”
“Tidak sempat, Yang Mulia.” Killian menjawab dengan cepat. “Lagipula hal-hal yang berbau dengan romansa menurut saya sangat buang-buang waktu.”
Sungguh lucu sekali kedengarannya. Kayena sampai tak bosan bertanya pada pria muda yang sebenarnya jauh lebih tua darinya. Killian memang memiliki wajah yang baby face, sehingga usia aslinya benar-benar tertutupi. Awalnya Kayena pikir Killian berusia awal 20-an, sama seperti Kima yang baru menginjak usia 23 tahun. Namun, ternyata Tailor from Assogaté itu berusia 27 tahun. Beda satu tahun dengan Pangeran Kaezar. Lebih muda satu tahun pula dari Raja Kaizen.
“Seharusnya kau sudah mulai memikirkan soal pasangan, Killian.” Nasihat Kayena ketika pria itu mulai mengukur bagian lengan. “Atau … kau mau mencoba dengan Kima?”
Mendengar namanya disebut-sebut, Kima tampak terbatuk-batuk dengan wajah blushing. Kayena sampai terhibur melihatnya. Sedangkan Killian tampak lempeng-lempeng saja, bukti bahwa ia memang tidak tertarik soal hubungan percintaan.
“Jadi, kau lebih tertarik membuat pakaian ketimbang membuat anak?”
Killian kontak menghentikan kegiatan pengukuran tersebut. Kedua bola matanya dengan terang-terangan menatap milik ratu Robelia yang berdiri di hadapannya. “Saya masih pria normal, Yang Mulia Ratu. Hanya saja untuk saat ini saya lebih tertarik mengumpulkan piéces d’or ketimbang memilih calon istri.”
Kayena kembali dibuat speechless dengan ungkapan Killian yang terdengar logis, namun materialistis. Padahal umumnya pria seusia Killian sudah memiliki pendamping. Paling tidak telah memiliki calon pendamping. Berbeda dengan Killian yang tampak masih menyukai kebebasan. Tanpa terikat dengan wanita mana pun, ia bebas melakukan petualangan demi memenuhi hasrat pada kecintaannya.
“Saya juga pernah hampir dibunuh oleh dua orang Ronin ketika singgah di negeri Sakura.”
“Apa itu Ronin?” respon Kayena ketika Killian mulai mengukur bagian tubuhnya.
“Samurai tak bertuan,” jawab Killian. “Mereka pikir saya telah menganggu seorang Geisha.”
“Geisha? Istilah apa lagi itu?”
“Sama seperti Gisaeng. Bedanya Geisha tidak bekerja untuk melayani hasrat seksual seorang pria, melainkan hanya menghibur pelanggan dengan keahlian menyanyi, menarikan tarian tradisional, memainkan alat musik, sastra, puisi dan sebagainya.”
...(Geisha)...
“Wawasan mu benar-benar seluas samudra,” puji Kayena.
Killian tertawa renyah. “Itu belum seberapa, Yang Mulia.” Tangannya kemudian bergerak, membentangkan pengukur. “Saya izin mengukur lingkar tubuh Anda, Yang Mulia.”
Kali ini Kayena ikut ketularan tawa Killian. “Tentu saja. Lakukan tugas mu dengan semestinya, Killian.”
Kima yang melihat interaksi mereka ikut merasa senang. Bagaimana pun juga hanya Killian yang sejauh ini mampu mengembalikan tawa berharga sang ratu. Tawa yang sempat menghilang keberadaanya semenjak kematian pangeran Carcel.
Namun, siapa sangka jika interaksi itu dipandang berbeda oleh pria yang merupakan raja Robelia. Pria rupawan itu tiba-tiba datang dan melayangkan pukulan telak pada Killian.
“Enyahkan tangan sial*n itu dari istriku!”
Ia bahkan tak memberikan Killian waktu untuk sekedar berpikir, setelah dipisahkan dari Kayena, pukulan telak kembali dilayangkan ke bagian rahang. Dengan latar militer yang ia miliki, satu pukulan telak saja bisa menghancurkan rahang Killian.
“Apa yang Anda lakukan, Yang Mulia?” tariak Kayena, histeris. Suaranya hampir tidak terdengar, karena sempat tercekat di tenggorokan.
Kaizen mengeluarkan seringai mematikan ketika menatap wajah istri cantiknya itu. “Membunuh pria yang berani menyentuh tubuh istriku.”
“Berhenti!” lerai Kayena ketika Kiazen kembali mendekati Killian yang sudah terkapar di lantai. Ada Kima yang telah menghampiri. “Berhenti main hakim sendiri, Yang Mulia.”
“Kenapa?” dengan rahang yang masih mengeras, Kaizen menatap sang istri. Jelas sekali jika ia masih berada di bawah pengaruh emosi.
“Anda yang kenapa? Tiba-tiba datang dan melayangkan pukulan?” Kayena menatap balik Kaizen. Ia juga pasang badan di depan pria rupawan yang emosinya sedang meroket. “Apa salahnya?”
“Salahnya?” Kaizen tersenyum miring. “Lancang menyentuh tubuh istriku.”
Kayena mendesah kasar mendengar alasan tersebut. “Itu memang bagian dari pekerjaannya, Yang Mulia.”
“Pekerjaan?” Kaizen berdecak. “Jujur saja …” Kaizen melangkah maju. Sedangkan Kayena masih bertahan di posisi semula. Memasang badan di depan Killian yang tengah dibantu Kima. Ia tak terima tailor pribadinya tiba-tiba diadili tanpa alasan yang jelas.
“…Vous a-t-il Sauvée, Queen (Apa dia simpanan mu, Ratu)?” lanjut Kaizen, tepat di samping telinga Kayena.
💰👑👠
Semoga suka. sampai jumpa di part berikutnya. Jangan lupa like, vote, komentar, follow Author Kaka Shan 🤗
Tanggerang 26-03-23