The Rocker And The Princess

Washington DC

Mark mendatangi perusahaan keluarganya dengan pakaian resmi. Tidak ada rocker urakan, tidak ada wajah berantakan, semuanya hilang. Bagi Mark, dia tetap harus menghormati perusahaan yang dibangun oleh buyutnya.

"Mr Kershaw?" sapa Aaron Taylor, sekretaris ayahnya yang terkejut melihat anak Bossnya datang.

"Hai Aaron. Daddy di ruangannya?" tanya Mark.

"Ada. Sebentar, saya hubungi beliau."

Mark mengangguk dan melihat dari jendela lantai ruang kerja ayahnya bagaimana para pekerja sibuk di pabrikan pesawat miliknya. Tak banyak yang tahu jika Mark adalah salah satu pewaris perusahaan Boeing.

Ayahnya, Nathaniel Kershaw, adalah seorang pengusaha perakitan pesawat Boeing yang diwarisinya turun temurun. Mark memiliki seorang kakak laki-laki, Matthew, yang merupakan CEO bagian pemasaran Boeing sementara dirinya belum mendapatkan jabatan karena masih menjadi musisi sehingga ayahnya tidak mau Mark tidak berkonsentrasi di perusahaan.

Mark sendiri adalah seorang sarjana aeronautical dari California Institute of Technology ( Caltech ) dan dia memang sangat suka ilmu penerbangan yang sudah dia dapatkan dari kecil. Namun dirinya masih ingin menikmati masa muda sebelum benar-benar terjun di dunia bisnis keluarganya.

"Mr Kershaw mau menerima anda, Sir ..." ucap Aaron membuat Lamunan Mark buyar.

"Thanks Aaron. Kakak aku dimana?" tanya Mark.

"Mr Kershaw Junior berada di Jakarta untuk penyelesaian tender dengan Garuda Indonesia."

Mark mengangguk. Aaron membuka pintu ruang kerja Nathaniel dan melihat pria paruh baya kharismatik itu sedang mengisap pipanya.

"Dad ..." panggil Mark.

Nathaniel berbalik dan melihat putra bungsunya tampak rapi dan hanya sedikit harus memotong rambutnya yang ikal.

"Tinggalkan kami, Aaron. Terimakasih..." ucap Nathaniel.

"Yes Sir." Aaron pun pergi dan meninggalkan Nathaniel dan Mark bersama.

"Apa yang membuat putra bungsuku datang kemari setelah lima tahun menghilang..." Nathaniel langsung memeluk putranya.

"Hanya rindu padamu, Dad..." senyum Mark sambil memeluk ayahnya.

"Ayo duduk... " ajak Nathaniel ke sofa di ruangan itu. "So, ada kabar apa?"

Keduanya pun duduk dan Mark memilih duduk di hadapan ayahnya.

"Aku ... Akan menyelesaikan kontrak dengan label musik. Kebetulan bulan depan kami selesai dan aku akan meninggalkan band ..." jawab Mark.

Nathaniel melongo. "Apa? Bukankah kamu masih ingin bermusik dua tahun lagi sebelum usia kamu 30 tahun?"

"Iya ... Tapi ..."

"Apakah soal princess Aghnia of Qatar?" tanya Nathaniel yang sudah mendengar gosip putranya yang merayu putri Emir Qatar itu di Brussels dan membuat putra mahkota Kerajaan Belgia yang juga sepupu sang putri, tidak suka.

Mark tersenyum kecut.

"Kamu naksir dia?"

Mark hanya mengangguk. "Tapi aku mengacaukan semuanya. Princess Aghnia memergoki aku dengan cewek groupie."

Nathaniel terbahak. "Kacau kamu ! Sekarang jalan kamu pasti berat karena Daddy dengar dua kakak princess itu pasang badan buat adiknya."

"I know. Jika aku masih tetap menjadi penyanyi, sudah pasti mereka tidak akan melirik aku, Dad..."

Nathaniel sebenarnya sangat suka mendengar Mark memutuskan berhenti ngamen, istilahnya. Sudah waktunya anaknya mengamalkan ilmunya. "Lalu, kamu maunya bagaimana?"

"Kirim aku ke kantor perwakilan Boeing di Doha usai urusan dengan label selesai."

***

Sebulan Kemudian...

Aghnia menatap cek yang dikirimkan oleh pembeli lukisannya dengan perasaan bingung. Seminggu lalu, Aghnia membuka pameran art dari beberapa artis di Doha dan negara timur tengah lainnya untuk kalangan internasional. Princess cantik itu juga adalah salah satu sponsor untuk para seniman tidak mampu yang membutuhkan beasiswa guna berkuliah di Eropa maupun Amerika.

Aghnia sendiri juga memamerkan lukisannya yang akan dilelang untuk badan amal miliknya yang ditujukan untuk perlindungan satwa langka di seluruh dunia. Aghnia memang berkolaborasi dengan tantenya, Ratu Zinnia dari Belgia untuk perlindungan satwa dan flora langka. Bahkan Zinnia memiliki tanah bekas lahan pohon sawit di Kalimantan yang sudah dia rombak kembali menjadi hutan lindung. Raja Sean sendiri yang memberikan maklumat bersama dengan tetua adat disana untuk melindungi para pembalak dan pemburu liar di bawah undang-undang internasional.

Lukisan Aghnia pun akhirnya dilelang dengan harga yang sebenarnya diperkirakan olehnya hanya laku $10,000 tapi gadis itu terkejut saat tahu lukisannya laku $150,000.

"Ini tidak salah Jeddah?" tanya Aghnia di ruang kerjanya bersama dengan asistennya yang juga pengawalnya.

"Tidak, nona. Saya sudah memastikan bahwa lukisan anda memang laku di harga segitu. Bukankah itu bagus, nona Aghnia ?" Jeddah menatap nonanya bingung kenapa malah tampak tidak yakin.

"Siapa yang membelinya? Lukisan aku kan tidak seindah lukisan artis lain?" Aghnia menatap Jeddah.

"Yang membelinya bernama Mr Smith. Mungkin karena tahu anda yang melukisnya jadi dia tidak sayang mengeluarkan uang sebanyak itu..."

Aghnia mengangguk. "Mungkin dia berpikir bisa dijual kembali dengan membawa namaku dan bisa lebih mahal ..."

Jeddah tersenyum. "Mungkin nona tapi setidaknya badan amal anda mendapatkan suntikan dana lumayan, nona. Bisa untuk beasiswa para mahasiswa yang membutuhkan..."

"Cari tahu, siapa yang membeli lukisan aku, Jeddah. Aku ingin mengucapkan terima kasih..." pinta Aghnia sambil menyalakan televisi.

"Band rock yang sedang naik daun, Kiss of the Dragon, kehilangan Vokalis band mereka. Mark Becker, menyatakan dirinya pensiun dari dunia hiburan karena alasan yang tidak dipublikasikan. Sementara itu, keempat member Kiss of the Dragon lainnya menyatakan tetap melanjutkan kontrak dengan Sony Music dan mencari vokalis baru. Semua lagu yang diciptakan Mark Becker, akan tetap diijinkan dinyanyikan oleh vokalis baru dan Becker tetap mendapatkan royalti disana."

Aghnia melongo melihat berita di televisi. "Kenapa dia pensiun?"

"Mungkin bosan Nona ..." sahut Jeddah.

"Alamat mas Kay manyun deh ..." senyum Aghnia.

***

Sementara itu di sebuah gedung perkantoran di Doha Qatar

"Sir, princess Aghnia ingin bertemu dengan Mr Smith yang membeli lukisannya. Pihak auction memberikan email dari sekretaris Princess Aghnia dan ingin bertemu dengan anda..." ucap Jordy sambil membaca iPadnya.

Seorang pria yang sedang berdiri di depan jendela besar ruang kerjanya sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana pantalon nya itu hanya mengangguk.

"Aku yang ke tempatnya atau princess yang ke tempat aku ?" tanya pria itu sambil membelakangi Jordy.

"Princess ingin bertemu di restauran di Ritz Carlton."

Pria itu tersenyum. "Bilang padanya, makan siang, esok di Ritz Carlton."

"Yes Sir ..." Jordy pun mengetikkan email.

"Jordy... batalkan !"

"Eh ? Gimana Sir ?" Jordy yang nyaris mengirim email itu.

"Minta princess Aghnia menemui aku ... Disini."

Jordy melongo. Yang benar saja Sir ...

***

Aghnia mendapatkan jawaban dari email-nya dan terkejut saat tahu si pembeli lukisannya meminta datang ke kantornya.

"What? Aku harus ke kantornya?" gumam Aghnia. "Okelah ! Penasaran aku !"

Aghnia pun membalas email itu. Siapa sih orang sok penting itu?

***

Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️