NovelToon NovelToon
TERLANJUR TERLUKA

TERLANJUR TERLUKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor
Popularitas:148.8k
Nilai: 5
Nama Author: SiswantiPutri

Maya dan Rangga adalah pasangan suami istri yang menjalin pernikahan karena cinta. Menghabiskan waktu dengan kehangatan dan keharmonisan walaupun tanpa adanya anak. tapi itu hanya 'awalnya' sebelum salah satu dari mereka menemukan cinta lain.

Rangga yang mulai jengah dengan hubungan tanpa tujuan perlahan terkecoh dengan hadirnya sosok baru. Pengganti istrinya yang membutuhkan perhatian lebih dari semua orang karena memiliki tubuh yang rapuh. Sosok baru yang merupakan adik kandung istrinya sendiri.

Setelah Maya tersisihkan dari keluarganya, apa pada akhirnya dia juga terbuang dari hati suaminya? Kembali mengalah pada sosok yang menjadi pemenang di hati semua orang sejak kecil!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SiswantiPutri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

"Dia siapa Mas Rangga?" pertanyaan itu kembali terulang, Mas Rangga beralih menatapku, ada keragu-raguan pada wajahnya. Mungkin gundah karena tak tau ingin mengatakan apa sekarang, Mulutnya membisu seketika.

"Ayo Tasya." ajakku.

"Ayo Mbak."

Aku menghiraukan tatapan yang tertuju padaku, berjalan menuju kuburan yang masih terlihat basah. Bibirku menyunggingkan senyum tipis, mengelus tanah tempat peristirahatan terakhirnya. Aku tak pernah membayangkan berada pada situasi ini, dalam keadaan canggung padahal alam kami sudah berbeda. Andai pembatas itu tak ada, mungkin aku bisa lebih leluasa mengeluarkan rasa sesak karena di tinggalkan pergi olehnya.

Hanya saja aku sudah terlalu sering di tinggalkan, merasa terbuang. Hingga aku tak tau apa yang harus ku lakukan untuk menanggapi kepergiannya, aku bingung.

Walaupun kepergian kali ini berbeda, karena perginya tak akan pernah kembali. Kembali untuk mengacuhkanku di dalam hidupnya.

"Astaghfirullah." mataku terpejam, mengelus tanah itu berulang-ulang. Berusaha melupakan masa lalu agar kepergiannya tak terhalang.

'Aku sayang Papa, dan maaf hari ini aku masih berusaha melupakan kekecewaan pada Papa. Kalau ada kesempatan lagi, aku akan sering menjenguk Papa. Dan mengatakan aku sudah benar-benar ikhlas untuk apa yang terjadi. Selamat jalan, dan terimakasih untuk semuanya. Terimakasih sudah mencari ku.'

Air mata ini tiba-tiba meluruh, aku menghela nafas pelan, mengelus cairan bening yang meluncur pada pipiku. Menenangkan hati beberapa saat sebelum bangkit pada posisi.

Aku tak bisa lebih lama di tempat ini.

"Siapa kamu sebenarnya? Dan kenapa kamu menghampiri kuburan Almarhum Suami saya. Apa kita saling kenal?" Mama tiba-tiba berujar, aku menatap sekilas kemudian menggeleng pelan. Dia masih ada di sini, begitupun dengan Naya, aku fikir keduanya sudah pulang bersama Mas Rangga sejak tadi.

"Jangan coba-coba bohong, siapa kamu sebenarnya? Apa hubunganmu dengan Almarhum Suami saya? Setau saya dia gak punya kerabat yang berpakaian sepertimu."

"Aku----"

Mata itu tiba-tiba menyendu mendengar satu kata yang baru keluar dari mulutku. Tangannya bergetar, menyentuh wajahku yang tertutupi cadar. Aku tertegun beberapa saat, hingga memalingkan wajah menghindari pergerakannya. Apa Mama mengenaliku?

"Mama kenal dia?" tanya Naya.

"Maya..."

Aku cukup terkejut, dia menyadari anaknya yang sudah menghilang selama 3 tahun dan kembali dengan tampilan berbeda. Apa aku harus senang dan tertawa menanggapi ini?

"Ka--kak Maya...? Tapi itu gak mungkin."

"Ayo Tasya kita pulang."

"Iya Mbak."

"Tunggu." cegat Mama.

Pegangan tangan itu membuatku membatu, mau sebenci apapun. Getaran itu masih ada saat genggamannya menyentuh lenganku. Perasaan ini, semuanya bercampur dan aku tak bisa menentukan perasaan mana yang harus ku dahulukan. Rindu, kecewa, hangat atau benci. Ini semua membuatku sangat muak.

"Maaf Tante, aku dan Mbak Maya harus pulang sebelum Nenek khawatir." ujar Tasya sopan.

"Kamu anakku Maya kan?"

"Aku cucu Nek Asih dan kakak dari Tasya. Maaf aku harus pergi, ayo Tasya kita pulang urusan kita sudah selesai di tempat ini." ajakku.

"Ayo Mbak---"

"Tunggu Nak."

Aku berusaha menguatkan diri, menatap wajah paruh baya yang kini menatapku. Tidak, aku tak bisa lebih lama di sini, dalam lingkup keluarga yang tak memberiku kasih sayang.

"Kamu Maya kan?" pertanyaan mendesak itu kembali terucap, menatapku tanpa henti dengan tangan yang memegang lenganku, menghentikan pergerakan agar aku tak bisa pergi dari tempat ini. Ya Allah aku ingin pergi.

"Kamu kak Maya?" Naya ikut bersuara, tubuhnya perlahan mendekat, mengunci tatapan sedangkan aku memilih menatap ke arah lain. Wajah itu mengingatkan ku pada penghianatan keduanya. Penghianatan adik dan suami yang sakitnya masih terasa saat ini.

"Berhenti menyudutkan Mbak Maya.

"Gak apa-apa Tasya, aku memang Maya. Itu yang ingin di dengar oleh mereka. Lalu kalian mau apa lagi setelah tau kalau aku Maya?"

"Jadi benar kamu kak Maya..."

"Kamu---setelah sekian lama kamu baru kembali, apa kamu sengaja? Kamu kembali untuk mengambil harta yang sudah di wasiatkan untukmu. Itu sebabnya kamu kembali setelah menghilang beberapa tahun. Kehadiranmu gak lebih hanya untuk mengincar sebuah harta yang ada kan? Kamu menginginkan harta itu sebabnya kembali." tuduh Mama tiba-tiba.

Deg.

Ini terlalu menyakitkan, lagi-lagi luka kembali di torehkan. Padahal yang lama saja aku tak tau bisa menghilang atau tidak. Mama! Aku tak menyangka kesan buruk selalu ada padanya jika berhubungan denganku. Kekecewaan ini sudah pada batasnya, dan aku tak bisa melihat dia sebagai seorang Ibu lagi. Aku muak.

"Apa yang Tante Anjani katakan, gak seharusnya ucapan itu keluar dari seorang ibu untuk anaknya. Bahkan Maya saja gak tau Om Hardi meninggalkan wasiat, kepergiannya pun aku yang memberi tahu. Apa pantas pertanyaan itu di tujukan untuk Maya? Ini sudah keterlaluan." tekan Mas Rangga tiba-tiba.

"Jadi Tante ini adalah Mama Mbak Maya? Apa itu benar? Kenapa aku meragukan itu semua. Gak ada seorang Ibu tega pada anaknya, gak ada. Kecuali orang itu memiliki kelainan pada otaknya, dia gak waras dan hatinya mati---"

"JAGA MULUTMU." teriak Naya.

"Kenapa aku harus menjaga mulutku, hanya sosok Ibu yang memiliki gangguan pada dirinya bisa berkata begitu pada anaknya, kalau tidak itu berarti Mbak Maya bukanlah anaknya. Di sini ada dua opsi Mbak Maya bukan darah dagingnya atau dia memiliki gangguan jiwa yang sudah gak tertolong lagi." sinis Tasya.

PLAKKK.

"NAYAAA." mataku memanas melihat tindakan itu. Aku menghampiri Tasya, menangkup wajahnya yang sudah tercetak ruam merah karena tamparan tiba-tiba dari Naya.

"Di--a menjelekkan Mama Kak..."

"Mama siapa yang kamu maksud, Mamamu?" 

"K--kak Maya."

Aku membuang pandangan melihat raut syok itu, tatapan terluka dari Mama juga sempat ku lihat. Aku terlalu sakit untuk tetap bersikap baik seolah tak terjadi apa-apa. Tak ingin mempertahankan rasa tak enak akhirnya aku memilih menatap Tasya. Adik yang 3 tahun ini membuatku berharga karena kasih sayangnya.

"Tolong jangan bicara begitu, dia masih lah orang tua yang harus di hargai. Kalau kamu kesal karena dia Mamaku, setidaknya hargai dia sebagai orang tua. Kamu mengerti kan?"

"Aku minta maaf Mbak Maya."

"Ayo kita pulang."

"Ini sakit." adu Tasya.

"Aku tau itu sebabnya jangan terlalu cerewet. Ayo pulang, aku akan mengobati lukamu di rumah. Nenek juga pasti sudah menunggu kita, kasian dia sendiri. Kita gak perlu di sini lagi."

"Aku akan mengantar kalian." cegat Mas Rangga, aku menatap sekilas kemudian menggeleng pelan tanda penolakan.

"Gak usah.

Netraku kembali pada wajah Mama, menatapnya cukup dalam "dan untuk harta yang anda maksud, kalian bisa memakai sepuasnya. Aku gak butuh itu semua, kedatanganku bukan untuk itu, tapi melihat kuburan Papa. Mungkin di masa depan aku akan kembali, melihat lagi salah satu dari kalian pergi dan menyusul sepertinya."

"MAYAAA." bentak Mama.

Pisau lipat yang selalu di bawah Tasya aku ambil, menyayat pergelangan tanganku hingga menciptakan cairan pekat membasahi rumput.

"Dengan ini aku memutuskan hubungan darah dengan kalian." tuturku tenang.

"Maya kamu..."

Aku menatap datar wajah Mas Rangga, menarik pelan tangan Tasya kemudian meninggalkan ke tiga orang yang membisu pada tempatnya. Ini sudah berakhir, dan mulai sekarang mereka hanyalah orang asing.

Titik ini mengantarku pada hubungan yang harusnya ku akhiri dari dulu. Andai saja aku bisa menghilangkan semua darah yang terhubung dengan mereka, maka aku akan melakukannya sekarang. Membuang semua yang berhubungan dengan keluarga kandungku. Tapi itu mustahil, dan aku tak berniat bunuh diri dan kembali menderita di Neraka. Hidupku sudah kacau di dunia ini, jangan sampai aku kembali kacau dalam dunia lain yang tak bisa membuatku lari.

'Sekarang aku cucu Nek Asih dan kakak dari Tasya. Tak ada Mama maupun adik lain.'

Aku menganggap putusnya hubungan ini membuatku terlahir kembali, pulang pada keluarga baru yang ku miliki.

"Nenek pasti khawatir di rumah."

"Mbak Maya benar."

Bersambung

Instagram: siswantiputri3

Facebook: Siswanti putri

1
Ervina Pratyahastri
Luar biasa
Akbar Razaq
jangan satu ginjal harusnya kamu kasih dua duanya biar sempurna kamu menebus kesalhan.mu pada Maya.😁 heran gaka ada cara lain apa.enak di naya dong
Akbar Razaq
Helahh...masak kalian maya,geral dan kamu menyusul mau bertengkar di alam ghoib?
Akbar Razaq
Yah...ternyata Geral yg nolong Maya sedang depresi berat.
Smoga selamat tp makin panjang nih cerita
Akbar Razaq
keren maya.biarkan tangan Tuhan yg bekerja tinggal tunggu hasil akhirnya.
berusahalah utk ttp bahagia
Akbar Razaq
ini si Naya sdh mao modar saja masih jadi perusak rumahtangga kakaknya padahal darah kakaknya hampir tiap saat mengalir di tubuhnya.paraah...hh.
keluarga toxic pergi saja maya.
Akbar Razaq
Pingin aku geprek tu mulut suami dan adik laknatnya sdh mau terkubur juga masih berbuat dosa metasa jadi korban lagi.
Weni Munadhiroh
mana) anju
Tabina Rubi
lanjut kak
Elok Pratiwi
buruk
aca
g setuju mereka balikan ksih mYa jodoh lain
Jue
Aku harap Tasya tidak terluka seperti Maya kelak , Kerana memutuskan suatu hubungan tanpa berfikir panjang .
Anonymous
rada meragukan hub karel-tasya....ada kisah kah dibalikny...
Jue
Rangga kamu sentuh atau tidak Naya tak ada beza bagi ku kerana kamu tetap pernah curang dan paling menjijikkan sekali dengan adik ipar sendiri yang hukumnya haram bermadu ketika di dunia , Tidak masalah kalau kamu sudah tidak lagi mencintai Maya masa tu kamu boleh aja berterus-terang kemudian bercerai cara baik kenapa harus curang terlebih dahulu ,
Maya telah bahagia Hidup di kampung perangai mu tidak berubah memaksakan kehendak sehingga sanggup memfitnah Maya , Bukannya berubah tapi sikap mu semakin menjijikkan ,
Aku harap setelah Maya dapat harta warisan maka selamanya Maya dan Rangga tidak bertemu lagi atau pun berjodoh kembali , Jodoh Maya biarlah orang lain jauh dari lingkungan manusia-manusia toksik seperti Naya , Ibu mu dan juga Rangga .
Nurhayati
oooh jd CRT na NaYa iRi ma MaYa toh
Chintya Wijaya
bulet thorr alur cerita mu bosen baca ny
Queen kayla
si Rangga benar" menakutkan thor
Mesra Turnip
pengen tak'colok mata si ranggong ini, dulu aja songong, sekarang licik, maaf Thor, geram aku. sungguh outhornya hebat ! sehat dan bahagia slalu ya !
Jue
Tasya sepatutnya fikir dahulu untuk bersama dengan Doktor Karel , Kerana dia sepupu Lastri yang terlalu banyak makan budi dengan keluarga tersebut , Aku takut nanti Tasya makan hati .
Adi Nugroho
kayaknya Rangga sudah tahu keadaan Maya yg sekarang dengan luka bakar yg ada d tubuh Maya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!