NovelToon NovelToon
THE CITY

THE CITY

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Keluarga / Persahabatan / Angst
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: pecintamieinstant

Kekacauan dunia telah melanda beberapa ratus tahun yang lalu. 30 anak remaja dikumpulkan oleh pusat mereka dari lima kota yang sudah lama dibangun. Sesuatu harus segera dicari, untuk menemukan wilayah baru, nantinya bisa digunakan untuk generasi selanjutnya.

Bersama anak laki-laki muda bernama West Bromwich, dia melakukan misi tersebut. Bagaimana caranya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pecintamieinstant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

"Selamat berjuang, anak-anak." Hologram menghilang begitu ucapan terakhir dari Mrs.Grow.

Semua bertanya-tanya tentang kalimat dari ketua direktur kami. Terutama West dan juga Eme.

Kembali ke tempat masing-masing, bunyi bising menggetarkan basement.

Kemunculan robot manusia berukuran dia kali lebih besar dari postur tinggi tiga puluh anak.

Bukan robot polos dalam film-film, melainkan manusia wanita ber-robot. Rambut pendek hitam, masih terlihat adanya kabel-kabel kecil menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Halo semuanya. Saya Micha, selaku pemimpin untuk kamu semuanya."

Nada bicaranya hampir ringan, menyentuh suara manusia perempuan. Tidak seperti robot-robot kaku pada umumnya.

"Micha?" West bertanya sekali lagi. Penasaran dengan nama robot wanita.

"Ayo, kita mulai latihannya." Ajak Micha seluruhnya. Membentuk lengkungan, ada di kedua matanya.

Setengah dari tiga puluh anak-anak buyar, karena ajakan dari robot wanita.

"Seperti manusia sungguhan." Eme menambah ucapan.

"Heh semuanya, lihat robot ini." Laki-laki berotot, memajukan diri dan mendekati kepada Micha.

West terhenti, begitu seterusnya sampai anak-anak yang tadinya berpencar, akhirnya membalik badan.

"Lihat robot lemah ini. Seenaknya saja menyuruh kami. Kau siapa? kau itu hanyalah mesin."

Tinju kepalan tangan, didorong bertenaga. Satu arahan hampir mendekat kepada Micha yang berdiri kaku, dan tidak berkutik.

Kepalan tangan menangkap anak berotot oleh Micha. Diikuti getaran tangan, pelan.

"Apa?" laki-laki berotot, terkejut dan kebingungan.

"Jangan seperti ini terus ya, Bug." Micha tersenyum kepadanya. Disusul mendorong tubuh Bug, terpental jauh, mengenai tembok-tembok.

Semua kagum dengan gaya melempar milik Micha, robot wanita yang dikenali sebagai mentor baru.

"Ayo, kita mulai latihannya." Micha tersenyum, mengarah ke tempat kami, seluruhnya.

West menganga setelah melihat teknik milik Micha.

"Dia juga memiliki gaya melempar sepertiku."

...***...

"Satu... Dua... Tiga..." West mengulangi nomor-nomor sama, meninju guling yang digantung.

Tatapan tajam tidak berkedip selama West melihat depan. Anak itu belum terdistraksi dengan sekelilingnya. Seling tangan, diayunkan sebagai tempat pelampiasan emosi.

"LANJUTKAN TERUS! LEBIH CEPAT! HARUS LEBIH KUAT! GO! GO! GO!"

Micha terus berjalan, mengamati latihan keras yang dibawanya. Tiga puluh anak melakukan pembelajaran keras. Sesekali memberikan teknik yang benar, dikala mereka tampak melakukan kesalahan.

Keringat terus menetes dari wajah West Bromwich. Tendangan kaki, ikut dilampiaskan. Mendorong guling, sampai terpental dan kembali muncul di hadapannya.

"Satu... Dua... Tiga..."

West bernapas terlalu sesak. Kepalan tangan kosong, memunculkan warna merah—West membuka telapak tangan.

Gaya menyikut tangan mengenai bagian permukaan guling. Lima kali... Sepuluh kali... Lima belas kali, dia lakukan sebisanya.

"Halo, West." Suara robot terngiang-ngiang di kepalanya.

West bergerak menghindari, sadar ketika robot itu berdiri disampingnya, dan memanggil namanya.

"Micha?"

"Beristirahat, West. Kau akan melanjutkan pukulan-mu nanti. Kekuatan tinju mu masih sangat kurang, dari batas keahlian anak-anak disini."

West tidak berhenti, setelah Micha menjelaskan kepadanya. Anak itu bersikeras melanjutkan latihan meninju dan menendang.

Arah mata, sangat kuat-pekat menatap depan, kepada sarung guling hitam. Sama seperti kedua warna matanya, hitam legam.

"West? kamu mendengar aku?"

Tinjuan dan tendangan kaki, terus digerakkan. West dengan keras kepala, tidak mau melihat wajahnya.

"Satu... Dua... Tiga..."

Micha dengan robot perempuan yang diprogram dan dikirimkan dari pusat, seketika mengambil paksa tubuh West Bromwich.

"Kau?" West melihat cepat, pundaknya telah dipegang oleh tangan Micha.

"Berhenti bermain-main, West. Atau aku akan marah kepadamu." Micha mendorong West, menjauhi pusat latihan tadi.

West terjatuh karenanya. Berdiri, membereskan tubuh, sempat kotor karena tanah dan debu-debu yang dibawa dari basement.

Kembali mengejar Micha, berdiri tegak. West memegang paksa, lengan sang robot.  "Kau tidak punya rasa kesal dan kemarahan, Micha."

Micha berpaling melihat wajah West. Tatapan mata antara West menatap tajam, dan Micha tersenyum polos, membuat semua mengerubungi kami berdua.

"Aku punya, West. Bahkan aku melihat rasa pekat paling gelap dari dalam hatimu, West. Rasa sakit."

"Tidak. Kau tidak punya seperti itu!"

West menjauhi Micha dan siapa pun di sana.

Selama West berjalan meninggalkan basement, Micha bersikap aneh. Dia membuat gerakan kuda, kemudian lompat jauh. Mendarat diatas punggung West Bromwich.

"Jangan meremehkan seperti ini, West." Micha memegang paksa lengan West hingga bisa diangkatnya oleh tangan robot.

"Baik, baik, aku paham." West meraung kesakitan.

Micha melepas tunggangan tadi. West meninju lantai abu-abu. "Robot banyak tingkah."

"Ada yang akan kamu katakan, West?"

West membawa wajah kesal, melirik sinis kepadanya. "Tidak. Tidak ada."

"Baiklah, kamu beristirahat. Kita lanjutkan nanti." Micha bergegas pergi dari pertarungan tadi.

Mereka berdua berpaling arah, saling menjauh.

"Robot aneh." West menepuk celana hitam dan baju tanpa berlengan pendek.

Muak, dia tumpahkan dalam bentuk merapatkan mulut. Tidak ada yang akan membantunya selagi West mandiri mengerjakan latihannya.

Anak-anak yang berjalan pun, berbicara tentangnya. Setelah kejadian terjadi, dan hari pertama, West melakukan kesalahan kepada Micha.

West duduk menonton semuanya dari atas, pada lantai dua basement. Dia meluruskan tangan dan membuat kepalan di atas pagar pembatas.

"Ini untukmu." Eme menodong satu botol air kemasan. "Kita tidak bisa naik, jadi aku hanya memberikan seadanya, kepadamu."

West melirik dan menerima pemberian dari Eme, perempuan yang dikenali. "Terimakasih." West menatap lurus ke depan.

"Semua anak membicarakan tentangmu." 

Eme berbicara disampingnya, melangkahi kakinya diatas tabung besi usang, berkarat.

West melamun panjang.

Eme tersenyum melihat wajahnya. "Biarkan saja mereka mengomentari seperti itu. Kamu sudah bekerja sejauh ini. Lagipula ada beberapa anak, tampak kagum dengan latihan-mu tadi."

West menyamping kepalanya, "menurutmu begitu?"

Eme mengangguk berani.

West mengarahkan kepalanya, ke depan. Dia hanya termenung melihat kearah dinding bangunan.

"Hei, semua akan kembali normal." Eme mengikuti gaya anak laki-laki yang duduk berdua di atas.

Lalu eme menunduk ke bawah. "Lihat dia." Kepalanya dicondongkan untuk menunjukkan sesuatu.

West melihat, kepada campuran anak-anak remaja di bawah.

"Dia anak yang ku ceritakan tadi, anak-anak yang kagum dengan keahlianmu tadi. Itu Steve, sampingnya Vivi, Wild, Knop, dan satunya Paul."

"Mereka dari kota mana saja?"

"Yang ku tahu, Steve dari kota Stroter, Wild dari kota Greny, Knop dari kota Dispath, dan Vivi dari kota Healers."

"Healers? Seperti penyembuh saja."

"Benar. Warga-warga di sana, biasanya bekerja sebagai penyembuh penyakit. Terkadang penemu obat-obatan, dan mempelajari tanaman-tanaman herbal. Sebagian dari mereka, dipekerjakan sebagai dokter sukarelawan.

"Perempuan-perempuan di sana memiliki paras wajah yang cantik. Maka dari itu, penduduknya sangat diminati dari kota-kota lain." Eme menambahkan kalimatnya.

"Lalu kau, berasal dari mana?"

"Kota Dispath." Eme menjawab.

"Benarkah? ku kira kau dari kota Healers."

Eme tertegun. Hatinya seakan bergejolak dan bergetar setelah West mengucapkan asal kota, "Healers." Secara harfiah, menunjukkan kata, "cantik," kepada Eme, secara tidak langsung.

Waktu menjadi panjang, dipenuhi percakapan antara West dan Eme. Dua anak remaja duduk bersama di atas.

"Istirahat telah selesai, mari kita lanjutkan." Micha membuat suara bising.

Eme berdiri pertama. Mengangkat kaki, melangkahi West, yang duduk sendirian.  "Baiklah, lebih cepat kita turun, sebelum keadaanya semakin memanas."

"Tunggu." West membuat Eme harus berhenti jalan.

"Ada apa?"

"Apa kau melihat Erton? anak itu masih sakit dibawah."

"Tentang temanmu tadi, dia sudah dibawa ke tempat perawatan."

"Dimana?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!