Berawal dari jebakan berujung menikah paksa. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Satria guru Matematika yang datang setelah mendapatkan ancaman dan secarik kertas dengan bertuliskan alamat. Tak mengira jika kedatangannya ke rumah salah muridnya akan merubah status menjadi menikah. Terlebih murid yang ia nikahi terkenal cantik namun banyak tingkah.
"Ayu!"
"Nama aku Mashayu Rengganis, panggil aku Shayu bukan Ayu! Dasar guru Gamon! Gagal move On!"
Mampukah Satria menghadapi tingkah istrinya?
Dapatkah keduanya melewati masa pengenalan yang terbungkus rapi dalam ikatan pernikahan? Atau menyerah di saat cinta saja enggan hadir di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nano Rasanya
Perasaan Shayu mendadak ketar ketir tak karuan. Dia menatap Arta dengan senyum dipaksakan. Mimpi apa dia semalam bisa berada diantara dua pria yang sama-sama terikat hubungan dengannya.
Shayu berpikir keras agar Arta tak curiga akan hubungannya dengan Pak Satria. Shayu menggeser tubuhnya menutupi tangan yang Satria genggam dari penglihatan Arta. Tak sampai di situ, gadis itupun terus berusaha untuk melepaskan genggaman suaminya tetapi Satria seakan enggan membiarkan dia kabur begitu saja.
"Gamon, please kali ini aja kasihani istrimu! Jangan sampai Arta tau dan menimbulkan gosip di sekolah ini! "
Shayu ingin sekali menyentak tangan Satria tetapi Arta terus saja menatap dirinya.
"Sayang, ayo!" ajak Arta dengan suara lembut. Panggilan Sayang yang spontan keluar membuat pria yang kini berada di belakang tubuh kekasihnya semakin meradang.
Shayu meringis merasakan sakit di jemarinya. Dia menghela nafas berat saat sadar panggilan Arta padanya membawa petaka.
"Aduh perut aku sakit sekali," keluh Shayu melepaskan genggaman tangan Arta dan mengusap perutnya. Gadis itu meringis dengan mengintip dua pria yang mendadak khawatir. Namun, Satria lebih bisa mengontrol diri dari pada Arta yang malah mendekati dan merangkul tubuh Shayu.
"Shayu perut kamu kanapa? Aku antar ke rumah sakit ya!" tanya Arta yang ingin ikut mengusap perut Shayu tetapi dengan cepat gadis itu memegang tangannya. Dia menatap Arta dengan wajah memelas, rasanya ia ingin sekali memohon pada Arta untuk tidak bersikap berlebihan.
"Kamu ke kelas duluan ya! Aku ingin ke toilet sebentar. Kamu tenang saja, mungkin ini karena terlalu banyak makan. Harusnya sarapan satu piring aku malah nambah sepiring lagi. Jadi penuh perutnya," jelas Shayu dengan wajah meringis menahan sakit.
Alasan gadis itu membuat pria yang berada di belakang tubuhnya tercengang, karena faktanya Shayu hanya makan sepotong roti bukan dua piring nasi.
"Dasar ratu drama!"
Satria menggelengkan kepala dan memilih untuk menyimak akting sang istri. Wajahnya menggemaskan, membuat Satria ingin sekali menghujani dengan kecupan. Namun lama kelamaan kedua muda mudi itu tampak ngadi-ngadi.
Arta menganggukkan kepala dengan terus menatap lekat wajah Shayu. "Kamu yakin bisa ke toilet sendiri? Atau mau aku antar saja, nanti aku temani sampai selesai?" sahut Arta yang mendadak cemas dan tak ingin membiarkan Shayu berjalan sendiri ke toilet.
"Eh tidak usah Arta, segitu sayangnya sampai orang mau setoran ditungguin. Cinta banget ya sama aku? Aku nich mau pup loh, bukan mau ajak kamu kikuk-kikuk," ucap Shayu dengan wajah meledek. Dia tidak sadar jika ucapannya membuat kedua pria gemas akan dirinya.
Satria begitu ingin menggigit bibir Shayu yang sembarangan bicara sedangkan Arta tersenyum geregetan mendengar pertanyaan Shayu hingga dia mencubit pipi gadis itu dan mengacak gemas rambutnya.
"Jika tidak cinta tidak mungkin aku takut kehilangan kamu, dan juga aku paham kamu mau apa ke sana. Kalau mau gitu-gitu tidak di toilet juga, Sayang!" sahut Arta dengan lembut.
Satria menatap tajam sepasang kekasih yang malah memamerkan kemesraan. Sang istri memang tidak ada takut-takutnya. Dengan kuat dia mencengkeram tangan Shayu dengan menggigit giginya sendiri karena harus menahan emosi dan gemas secara bersamaan.
Shayu tersentak merasakan tangannya yang begitu terasa semakin ngilu. Dia meringis dan mendesis membuat Arta kembali memperhatikannya dengan lekat.
"Sakit banget? Aku antar saja ya!"
"Mending kamu buruan ke kelas saja Ar, ini tidak akan hilang sakitnya kalau kamu masih tetap di sini," keluh Shayu. Dia melirik ke arah Pak Satria yang diam menatapnya dengan wajah datar. Tetiba tubuh Shayu bergidik ngeri membayangkan kemarahan sang suami.
Satria berdehem, tampaknya kesabaran yang sejak tadi dia andalkan sudah mulai menipis dan hampir habis. Kini waktunya dia mengakhiri drama cinta segitiga anak remaja yang seharusnya tidak melibatkannya. Namun, berhubung sang istri yang menjadi aktor utama, membuat Satria tidak bisa tinggal diam.
"Biar pacar kamu saya yang mengurusnya, cepat kamu ke kelas karena bell sudah berbunyi sejak tadi!" titah Satria membuat Arta menghela nafas kasar. Dia menatap gurunya dengan sedikit kesal karena hadirnya beliau cukup mengganggu kedekatannya dengan sang pacar.
"Baik, tapi saya harap Bapak tidak tergoda dengan pacar saya, Pak!" jawab Arta enteng membuat Shayu tercengang mendengar ucapannya yang seakan tidak ada takut-takutnya pada Pak Satria. Padahal Arta itu mantan OSIS yang terkenal beratitud baik, tetapi dengan Satria dia begitu berani. Mungkin karena takut kalah saing, karena Satria cukup populer di Nusa Darma membuat pamornya sedikit meredup.
Satria diam tak menjawab, dia menghela nafas kasar dengan menatap jengah siswanya.
Arta segera melangkah ke kelas meninggalkan Shayu. Jantung gadis itu mendadak jedag-jedug sadar jika hanya tinggal mereka berdua saja berada di sana.
Perlahan Shayu menoleh ke arah Satria. Namun, pria itu malah menarik tangannya hingga tubuh mereka semakin dekat.
"Puas menggoda pria lain, hhmm?"
Wajah Shayu merona menatap sepasang mata tajam Satria. Dia menelan kasar salivanya saat aroma kemarahan begitu terasa. "Lepas Pak! Tangan saya sakit," lirih Shayu, dia menoleh ke sekitar. Ngeri sekali andai ada yang melihat kedekatan mereka. Auto viral jika ada yang mengabadikan.
Satria melepaskan tangan Shayu tetapi tidak terus membiarkan gadis itu bebas begitu saja. Dia meraih pinggul Shayu dan menariknya hingga tubuh keduanya semakin tak bersekat.
"Pak, jangan begini! Bagaimana jika ada yang melihat kita? Tidak sabaran sekali suamiku ini, sampai di sekolah hawanya mau nempel terus," protes Shayu dengan memasang wajah ditekuk. Debaran jantungnya semakin menggebu saat tatapan Satria tak beralih sedikitpun.
"Ini orang benaran marah? Haduh bisa tidak ya marahnya dijeda dulu dan lanjut di rumah. Kok aku ngeri sekali dia berbuat nekat."
"Sadar jika saya ini suami kamu? Lalu mengapa masih berselingkuh?"
Shayu tercengang mendengar pertanyaan Satria. Pria itu mendadak amnesia atau memang sengaja memancing perdebatan. Mengatakan selingkuh padahal dia sendiri yang menduakannya dengan bayang masa lalu.
"Bapak suami yang terhormat, saya tegaskan pada anda jika saya tidak berselingkuh seperti yang anda katakan tadi! Justru anda selingkuhan saya karena hubungan kita terjalin saat saya masih ada hubungan dengan Arta!"
Satria menghela nafas berat mendengar penjelasan yang diucapkan oleh istri kecilnya. Terlebih Shayu yang mengatakan jika dialah selingkuhan yang sebenarnya.
"Sejak kapan suami jadi selingkuhan?"
"Sejak Bapak mulai bucin sama saya!" ucap Shayu enteng dengan menginjak kaki Satria hingga pria itu melepaskan pelukannya. Shayu segera berlari kabur dengan menjulurkan lidahnya pada Satria yang masih meringis kesakitan.
"Dasar istri nakal!" umpat Satria dengan menghela nafas kasar. Dia berjalan tertatih menuju ruang guru. Masih pagi tetapi kesabarannya sudah diuji.
"Kamu seperti pelangi, mewarnai hidupku tapi manisnya seperti permen jadul. Nano rasanya."