NovelToon NovelToon
Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Dua bersaudara kakak beradik yang sudah lama memainkan MMORPG menggunakan kapsul DDVR (Deep-Dive Virtual Reality) tiba-tiba berpindah dunia disaat mereka sedang menunggu tutupnya server.

Adik perempuan yang bernama Rena sudah bertahun-tahun menggunakan kapsul DDVR yang sekaligus digunakan sebagai penunjang kehidupan karena dirinya yang mengalami koma akibat kecelakaan di masa lalu, akhirnya bisa mengalami dunia nyata meskipun dengan tubuh yang berbeda dan di dunia yang berbeda pula.

Berbeda dengan kakak laki-lakinya, Reno, yang sudah mempersiapkan pernikahannya sementara semua impiannya hampir sudah tercapai semua kini harus dihadapkan dengan situasi yang berbeda, di dunia dan dengan tubuh yang berbeda, sama sekali tidak memiliki jalan untuk kembali.

Apakah Reno akan mengalah dengan adiknya, Rena, dan hidup di dunia baru sebagai seorang Penakluk? atau dia akan tetap berusaha mencari jalan pulang sementara meninggalkan adiknya di dunia yang asing dan kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#10 – Kemenangan Tipis I

Setelah dua hari perjalanan sejak Durrand diberi tugas kepemimpinan seluruh pasukan infanteri dan dinobatkannya sebagai putra mahkota oleh Randall, dirinya bersama dengan 300 ribu pasukan pun tiba di desa yang berjarak tiga kilometer dari Kelemborr. Namun sesaat mereka sampai, di sekitaran desa tersebut sudah terdapat ribuan prajurit dari pasukan pemberontak yang sudah menunggunya.

“Yang mulia! Terdapat pasukan yang sudah menunggu di sekitar desa!” seorang pengintai yang berada di barisan terdepan berteriak mengabari Durrand yang saat ini telah diketahui oleh seluruh pasukan Infanteri sebagai putra mahkota.

Durrand pun mengangkat tangannya, menandakan untuk pasukan nya agar berhenti. Kemudian ikut bertanya dengan suara keras. “Apakah kamu mengenali pasukan siapa itu?”

Sang pengintai pun membalik badannya kembali, kemudian meletakkan tangannya di keningnya untuk mencoba memperhatikan lebih seksama lagi ke arah desa yang masih terbilang jauh.

Sang pengintai kemudian kembali memutar tubuhnya dan mulai bersorak. “Saya kurang yakin, yang mulia! Apakah anda ingin mengirim utusan kesana?”

Kita sudah cukup terlambat untuk sampai, dan kini ada pasukan yang tidak dikenal menunggu di desa Barowind.

Durrand tertunduk dan berpikir, menimbang segala kemungkinan yang akan terjadi. Kemudian ia kembali menoleh ke arah sang pengintai. “Tidak perlu, kita langsung datangi saja! Kita sudah sangat terlambat, dan semoga saja itu adalah pasukan kavaleri paduka!”

“Tapi yang mulia,” ucap sang pengintai. “Dari yang saya lihat dari warna panji mereka. Yang seharusnya warna putih merah dengan lambang serigala sebagai panji rumah Baewulf. Saya tidak melihat sama sekali dari mereka yang memiliki panji tersebut. Dan juga … kebanyakan dari mereka tidak berkuda. Apakah kita akan tetap mendekati mereka?”

Apa yang harus kulakukan? Siapa mereka? Ini benar-benar membuatku khawatir. Seharusnya sih paduka menunggu kita di sana.

“Sudah … kita mendekat saja dulu! Kamu kembalilah ke regumu untuk kembali mengintai!”

“Baik, yang mulia!” Sang pengintai pun melipir ke dalam semak-semak dan bergabung dengan regu pengintai.

Pasukan pun berjalan keluar dari hutan yang menghimpit jalanan, dan berakhir keluar di padang rumput sehingga memperlihatkan keberadaan mereka dengan jelas kepada pasukan yang ada di desa Barowind.

Sesaat pasukan infanteri Durrand terekspos, pasukan yang sudah menunggunya di sekitaran desa pun langsung menaikkan panji mereka, panji merah hitam dengan lambang singa emas yang sedang menggigit bunga mawar.

“Leofric!” Ucap Durrand terkejut. “Semuanya! Bentuk barisan dan angkat perisai dan tombak kalian!” lanjutnya memerintah dengan suara lantang.

Serentak, pasukan infanteri nya pun bergerak dan mulai membentuk barisan bersaf. Para prajurit saling merapatkan perisai mereka, sementara mulai berjalan ke depan, menutupi Durrand yang duduk di atas kudanya.

“Yang mulia!” Ucap Terry yang berada di belakangnya sejak awal dengan menunggang kuda. “Apakah anda sadar, bahwa Barowind terlihat normal seakan tidak ada pertempuran yang terjadi?”

“Sial!” Keluh Durrand sambil menundukkan kepalanya, dengan tangannya yang memegang erat tali pelana. “Apa yang terjadi kepada paduka?!”

Lalu dari kejauhan, tampak seorang berkuda sambil membawa panji Leofric mulai menghampiri barisan pasukan Durrand. Sang penunggang kuda tidak bersenjata dan hanya mengenakan pakaian biasa, bukan pakaian tempur.

“Pembawa pesan, kah? Tsk, apakah mereka ingin bernegosiasi sebagai bayaran melepaskan Paduka dari tawanan mereka?” gumam Durrand menyangka-nyangka.

Sang penunggang pun sampai di depan pasukan terdepan, dan dengan soknya ia terus berlagak di atas kudanya sambil memasang ekspresi menghina. “Hah … jadi, siapa disini yang memegang pimpinan tertinggi?”

Durrand pun mengangkat tangannya. “Saya … saya yang memegang.”

“Hm? Saya belum pernah mengenal anda, tapi ya sudahlah. Jadi, siapa nama anda, tuan?” tanya sang penunggang.

“Durrand dari rumah Lancelot,” jawab Durrand dengan tenangnya.

Dari gelagat nya, orang ini tampaknya bukan dari prajurit kerajaan maupun bangsawan.

Terry yang berada di belakang kirinya pun ikut menyahuti, “beliau adalah putra mahkota–”

“Hah!?” Potong sang penunggang dengan santainya dan tanpa sopan santun. “Hah! Hahahaha yang benar saja, Apakah kalian sudah merencanakannya?? Haaaa … sungguh ironis,” lanjutnya terkekeh-kekeh. Lalu ia pun mengambil sesuatu dari tas kecilnya. Dan dari tasnya itu ia mengeluarkan sebuah pin kerajaan milik Raja yang sudah berlumuran darah.

Durrand yang melihat itu pun langsung mengenali apa yang dikeluarkan oleh sang penunggang, dan dengan emosi yang tinggi pun ia menatap sang Penunggang dengan tajam dengan urat di kepalanya yang ikut timbul. "Kau … apa yang sudah kalian lakukan kepada Paduka??"

Sang penunggang kemudian menatap remeh Durrand dengan mendongakkan kepalanya sementara memandang rendah. "Hahahaha … kenapa tidak kau saja yang menjadi 'paduka' yang selanjutnya? haa ... pakai bertanya segala, ya tentu sudah mati, kekekeke."

Sang penunggang kemudian melempar pin tersebut ke arah Durrand yang mana ia langsung menangkapnya. Durrand pun dipenuhi dengan amarah, dan sudah memegang pedangnya dan hendak segera menghunuskannya. Namun tiba-tiba seorang prajurit melempar lembing ke arah sang penunggang dan langsung membunuhnya seketika.

"Yang mulia!" ucap sang pelempar lembing yang berdiri di barisan paling depan, penuh dengan amarah. "Saya akan menyerahkan seluruh jiwa saya demi membalaskan dendam paduka! Cepat berikan perintah anda untuk segera menyerang!"

Durrand yang masih terdiam dan tertunduk menatap pin yang ada di genggamannya pun menoleh ke arah Terry yang selalu tampak tenang, kini justru tampak menahan emosinya sementara air matanya mulai mengucur. Sementara itu, masing-masing komandan regu yang berdiri tak jauh dari Durrand pun langsung berlarian menuju ke regu mereka masing-masing.

"Yang mulia … tunggu apa lagi?" tanya Terry dengan penuh emosi sementara dirinya sudah memegang pedang yang selalu ia taruh di pelana kuda nya.

***Paduka … dengan menggunakan pasukan yang mencintai anda\, saya berjanji akan membalaskan kematian anda 10 kali lipat.***Pikir Durrand sambil menaruh pin raja ke dalam tas kecilnya di pelana.

Durrand pun mengeluarkan pedangnya lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. "Infanteri! Rapatkan barisan! Bentuk formasi panah dan maju!"

Masing-masing regu pun mengangkat panji isyarat mereka, dan mulai membentuk formasi tanda panah. Dengan rapi pasukan infanteri Durrand mulai bergerak menuju pasukan pemberontak yang juga sudah membangun formasi mereka dengan pemanah yang berada di barisan terdepan.

Pasukan infanteri Durrand mengangkat perisai besar mereka untuk menahan hujaman anak panah yang terus mengarah ke mereka. Dengan kedisiplinan pada setiap gerakan serta menjaga formasi yang tetap rapat dan kokoh, pasukan Infanteri Durrand pun semakin dekat dengan pasukan pemberontak yang memiliki perlengkapan dan persenjataan lebih inferior.

Di sisi pasukan pemberontak, pemanah yang awalnya berada di barisan depan pun mulai bertukar posisi dengan prajurit pejalan kaki. Dengan perisai bundar dan pedang pendek, mereka pun melakukan serangan balik dengan membentuk formasi kotak yang melindungi segala arah.

(jumlah pasukan dan besar map hanya ilustrasi saja, tidak sesuai dengan skala).

Kini dengan jumlah yang lebih sedikit, sekitar 15 ribu prajurit yang dibagi menjadi lima belas legiun, pasukan pemberontak pun mulai bergerak dengan formasi persegi mereka.

Durrand yang melihat itu dari belakang barisan dan dari atas kuda nya pun mulai membagi regu namun tetap membentuk formasi tanda panah.

Ia sadar akan tujuan pasukan musuh yang ingin memisah pasukan nya menjadi beberapa regu yang terpisah, oleh karena itu ia tetap meladeni. Hanya saja, ia tetap menggunakan bentuk formasi tanda panah, yang mana hanya fokus menyerang satu sisi.

Dengan begitu formasi persegi mereka akan sia-sia dan akan memaksa mereka untuk membuka formasi menjadi garis linier.

Kedua pasukan pun berbenturan dengan pasukan pembelot yang mulai berjatuhan karena lemparan lembing yang terus membuat perisai mereka tidak berguna. Yang mana disaat perisai mereka tidak berguna, dan mulai bertukar posisi dengan barisan di belakangnya, pasukan infanteri Durrand pun hanya tinggal menusuk mereka dengan tombak panjang.

Formasi yang efektif dari pasukan infanteri Durrand pun berhasil membuat pasukan pembelot kewalahan. Namun, karena formasinya adalah formasi tanda panah dan sangat begitu efektif, beberapa regu yang sudah terbagi pun akhirnya tampak ada yang terlalu masuk ke dalam sehingga tanpa sadar, pasukan pemberontak yang tadinya menggunakan formasi persegi pun mulai melakukan flanking, mengitari sisi kanan dan kiri pasukan Durrand yang rentan..

Dari sana pasukan infanteri Durrand pun banyak yang gugur karena kesalahan itu. sampai akhirnya, hari pun mulai semakin siang dengan peperangan yang dilakukan lebih dari dua jam membuat masing-masing pasukan mulai kelelahan. Tapi sayangnya, pasukan Durrand lah yang mendapatkan kelelahan yang lebih karena telah menempuh perjalanan yang jauh selama berhari-hari.

Pasukan Durrand pun mulai bergerak mundur, sementara anak panah dari pasukan pembelot terus diluncurkan. Sampai di akhir peperangan, setelah lebih dari dua setengah jam peperangan pun berhenti dengan pasukan Durrand yang berkurang lebih dari dua puluh persen karena terkena flanking.

Meskipun memiliki jumlah pasukan yang jauh lebih banyak, nyatanya pasukanku masih kewalahan untuk melawan mereka. Siapa mereka sebenarnya? Haa … tapi syukurlah pihak mereka tidak memiliki penyihir. Pikir Durrand dengan tenangnya.

Pasukan Durrand pun beristritahat dan mulai membangun kemah di dalam hutan Aeldureth, begitu juga dengan pasukan pembelot yang kembali ke kemah mereka di bagian luar Barowind.

Keesokan paginya, pertempuran pun dimulai dengan pasukan pembelot yang bertambah banyak. Yang awalnya menyisakan 14 ribu, kini mereka menambah pasukan menjadi 50 ribu yang digerakkan tadi malam.

Durrand yang kini merasa cukup terpukul karena kekalahan yang teledor pun sudah membuat strategi baru yang lebih matang, tidak seperti kemarin yang terlalu mendadak sehingga kurangnya koordinasi. Kini ia telah membuat dan mengkoordinasi formasinya dengan tambahan taktik "keroyok". Yakni dengan menyerang 1 legiun musuh dengan 3 atau 4 regu sekaligus. (1 legiun = 1 regu = 1000 prajurit).

Dan kini dengan tatapannya yang tegar, ia pun yakin dengan kemenangan pasti. Meski pasukan musuh kini sudah bertambah menjadi 50 ribu pasukan.

Namun sayang, di tengah dirinya dan pasukan infanteri nya yang sedang mempersiapkan formasi barisan, pasukan pembelot lain pun datang dari arah Kelemborr, dan mereka berjumlah 200 ribu prajurit.

"Dengan jumlah ratusan ribu, aku jadi semakin yakin kalau tujuan mereka tidaklah sesederhana pemberontakan maupun perang saudara, tapi lebih seperti kampanye invasi. Aku tidak tahu siapa dalang di balik mereka yang sebenarnya selain dari duke Leofric dan para vassal-nya. Namun satu hal yang pasti, mereka harus segera disingkirkan demi membalaskan dendam paduka," ucap Durrand dari atas kudanya.

"Tampaknya memang seperti itu, yang mulia. Dan saya rasa, mereka masih memiliki hal lain yang belum mereka tunjukkan," balas Terry yang berada di sampingnya sambil menunggangi kuda nya.

Suara sangkakala dan genderang perang pun sudah dibunyikan sebagai tanda pertempuran hari kedua yang dimulai.

****.

Bersambung ….

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!