NovelToon NovelToon
Bukan Benih Suami

Bukan Benih Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cinta Terlarang / Anak Kembar / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:177k
Nilai: 5
Nama Author: Moena Elsa

Meyra Melati adalah istri dari Reynand, seorang manager perusahaan swasta yang besar.
Menjadi seorang manager mengharuskan dirinya untuk mengikuti segala kegiatan yang ada di kantor. setiap rapat internal tak ada yang boleh dilewatkan olehnya.
Hingga suatu hari, perusahaan tempat Meyra bekerja mengadakan pesta ulang tahun perusahaan. So pasti, Meyra pun ada ada di sana.
Tepat tengah malam Meyra merasakan pening yang luar biasa.
Saat sadar didapatinya, dirinya polos bertelanjang dada dan berada di ranjang yang sama dengan sang bos.
Apa yang terjadi? Bagaimana jika suamiku tahu? Saat pikiran sedang berkecamuk, sang bos terbangun.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? No one knows.
Stay tune di sini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sidak Tuan Besar

Hoek.... Hoek....,

Terdengar oleh semua yang ada di sana.

"Muntah lagi?????" kata Leo bengong.

"Kenapa Meyra?" ucap Leo lirih.

Semua yang di sana diam mematung.

Dona menyusul Meyra, karena hanya Dona yang pernah ke kediaman Meyra.

"Kakak nggak kenapa-napa kan?" tanya Dona sembari memijat pelan tengkuk sang bos.

"Don, bisa minta tolong ambilin minyak angin di dekat tivi," pinta Meyra.

"Tentu kak," Dona bergegas mengambilkan apa yang diminta olah Meyra.

Meyra menghirup aroma minyak angin itu dalam, dan mualnya pun berkurang.

"Bos, kita pamit ya. Semoga lekas sembuh dan bisa segera gabung. Kantor sepi, nggak ada yang bawain camilan," kata salah satu staf.

Meyra tersenyum menangggapi.

"Kak, Dona juga. Pamit bareng mereka. Daripada musti bayar taksi online," seru Dona.

"Dasar pelit," sela yang lain.

Leo dan Adnan telah balik duluan karena musti ada rapat di resto yang tak jauh dari kediaman Meyra.

.

Tak sengaja Leo dan Adnan bertemu dengan Dirga di resto.

"Selamat siang tuan," sapa Dirga sembari berdiri membungkuk saat Leo dan Adnan melewatinya.

Leo menepuk bahu Dirga pelan.

"Lanjutin aja, bukannya ini jam istirahat siang," kata Leo menyapa manager pemasarannya.

"Iya tuan, sekalian ketemu klien," jelas Dirga.

"Siapa mereka?" tanya teman Dirga yang masih terdengar oleh Leo.

"Bos aku, bos istri kamu juga," jawab Dirga. Leo tak memperdulikan itu.

"Adnan, di mana tempatnya?" seru Leo.

"Di ujung tuan, ruang VVIP," jelas Adnan.

Leo melangkah menuju ruangan yang ditunjuk Adnan.

Belum juga kolega bisnisnya datang, ponsel Leo berbunyi.

"Issshhh selalu saja menelpon di saat yang tak tepat," gerutu Leo sembari melihat layar ponsel miliknya.

Adnan sudah tahu kalaulah yang menelpon adalah kakek tuan mudanya. Siapa lagi kalau bukan tuan besar Armando.

"Kenapa tak diangkat tuan?" tanya Adnan.

"Kamu kan sudah tahu jawabannya, pasti kakek nanya kapan gue nikah," sejak kecil Leo memang tinggal dengan kakek sejak kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan di perlintasan kereta.

"Ha...ha..., memang sudah waktunya tuan," timpal Adnan.

"Kamu mengolokku?" tukas Leo.

"Mana aku berani," elak Adnan.

Rapat berlangsung lama, hampir dua jam Leo dan Adnan berada di sana.

Leo keluar bersama Adnan.

"Adnan, gue mau langsung pulang. Capek banget badan gue," kata Leo.

"Apa itu artinya aku juga boleh pulang awal tuan?" Adnan antusias.

"Owh, tentu saja boleh," jawab Leo.

"Siap, makasih tuan," Adnan merasa senang.

"Asal kamu rela gajian separuh bulan ini," lanjut Leo membuat Adnan tertunduk lesu.

"Diktator," gumam Adnan.

Mereka berdua menuju mobil masing-masing dengan raut muka yang berbeda. Leo dengan wajah puas, sementara Adnan dengan bibir mencebik. Semua nama binatang telah disebutkan Adnan di dalam hatinya.

Di dalam mobil Leo menelpon sang kakek, sementara Adnan telah melajukan mobil kembali ke perusahaan.

"Halo kek," sapa Leo.

"Heh, dasar cucu laknut. Bisa jamuran kakek nungguin kamu telpon balik. Kapan pulang? Sudah dua bulan kamu tak mengunjungi kakek. Kaki kakek sakit nih," omel kakek Armando.

"Kali ini kaki yang sakit, kemarin bisulan. Besok apa lagi alesan kakek?" tukas Leo.

"Dasar cucu tak berguna, hari ini juga kakek tunggu kamu di rumah," umpat kakek.

"Jangan sering marah kek, ntar uban kakek di kepala jadi paripurna loh," balas Leo.

"Biarin, helai rambut kakek yang berwarna hitam tinggal satu doang," kakek membalas ucapan Leo.

Terdengar ketukan pintu mobil.

Leo menengok, dilihatnya sosok pria yang berada di samping mobil.

Leo turunkan perlahan kaca mobil, meski tak terbuka secara penuh.

"Kek, bentar. Nanti aku hubungi lagi," seru Leo.

"Jangan banyak alesan, nggak usah ditutup," tolak kakek.

Leo menaruh begitu saja ponselnya di dashboard mobil.

"Iya tuan," kata Leo sembari memperhatikan pria yang mungkin usianya hampir sama dengannya itu.

"Apa anda tuan Leo Armando?" tanya pria itu.

'Siapa dia? Dia mengenalku?' Leo mulai mode waspada. Apalagi Adnan sudah balik duluan tadi.

"Anda siapa?" tanya balik Leo.

"Aku temannya Dirga, yang tadi sempat ketemu anda," jelasnya.

"Owh, ada apa tuan?" Leo tak ingin berlama-lama dengan orang yang tak dikenal.

"Aku Reynand, suaminya Meyra. Karyawan anda juga," jelasnya.

"Terus?" alis Leo saling bertaut.

Dipandangnya wajah pria itu. Dia nampak ragu mengatakan sesuatu kepada Leo.

"Maaf tuan, aku buru-buru. Aku rasa tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan," ucap Leo.

Leo meninggalkan pria yang masih termangu di tempat meski mobil Leo telah melaju.

"Pria aneh. Eh, kalau tak salah dengar bukannya dia tadi ngejelasin kalau dia suaminya Meyra?" gumam Leo dan melajukan mobil ke rumah kakek Armando.

.

Meyra masih menunggu kedatangan Reynand pulang.

Makanan yang dipesan online pun dibiarkan tergeletak dan dingin di atas meja makan.

Meyra tekan nomor ponsel Reynand beberapa kali.

"Apa nomor aku diblokir olehnya?" gumam Meyra.

Tak habis pikir dengan pikiran sang suami saat ini, membiarkan masalah berlarut-larut.

"Apa aku hubungin Dirga aja ya?" Meyra kembali bergumam.

Ponsel yang sedari tadi dipegang, kembali Meyra nyalakan.

Meyra cari nomor kontak Dirga.

"Reynand baik-baik saja. Biarkan dia berpikir Mey?" kata Dirga tanpa menyapa.

"Apa waktu beberapa hari tak cukup untuk berpikir Dirga? Setelah menghilang begitu saja saat aku terbaring di rumah sakit," ujar Meyra, jengah oleh keadaannya saat ini.

"Oke, aku coba hubungin Reynand," kata Dirga.

Hampir satu jam selepas Meyra menelpon, tak kunjung yang dinantinya datang.

Meyra merebahkan badannya.

Percuma menunggu orang yang belum pasti datang.

.

Pagi sekali Meyra sudah bangun.

Reynand memang tak datang semalam. Batin Meyra.

Meyra bersiap saja pergi ke kantor.

Meski sebenarnya lewat Adnan, Leo mengijinkannya istirahat untuk beberapa hari mendatang.

Meyra berpikir daripada bosan di rumah, mendingan kerja saja. Di kantor banyak teman, dan ada saja kekonyolan mereka yang mengundang gelak tawa.

Percuma menunggu orang yang belum tentu datang.

Meyra memesan taksi online untuk berangkat. Tak lagi setir mobil sendiri.

"Loh, kakak kok masuk?" sapa Dona terlihat kaget dengan kehadiran Meyra.

"Bosen di rumah Don, mendingan sama kalian di sini," ulas Meyra.

"Kak Reynand sibuk?"

"Hemmmm," tukas Meyra membenarkan.

Entah sibuk apaan, Meyra juga tak tahu.

"Gue pergi ke toilet bentar," sejak diketahui hamil, Meyra berasa sering beser.

Saat melewati koridor kantor, dilihatnya Dirga keluar dari ruang CEO.

Dilihatnya wajah Dirga yang tak seperti biasanya.

"Dirga," panggil Meyra.

"Kok sudah masuk? Nggak lemas lagi?" Dirga mencemaskan Meyra.

"Di rumah suntuk, bingung mau ngapain," kata Meyra.

"Rey belum pulang?" dijawab gelengan lemah Meyra.

"Sabar ya Mey," ucap Dirga.

"Gue musti sabar yang seperti apa Dirga? Aku juga nggak ada niat sama sekali menikung sahabat kamu itu," hormon kehamilan membuat Meyra emosinya fluktuatif.

"Rey sudah aku jelasin kok, cuman dia masih butuh waktu kayaknya," lanjut Dirga.

"Apa dia tahu? Siapa ayah bayi yang kukandung?" telisik Meyra.

"Pastinya sih enggak, Rey cuman nerka aja," balas Dirga.

.

Adnan datang tergopoh menghampiri Leo yang masih fokus dengan setumpuk berkas.

"Tuan... Tuan bos... Kita kecolongan," seru Adnan.

"Apanya?" Leo mendongak.

"Kakek... Kakek Armando sedang menuju ke sini," jelas Adnan.

"Kenapa tak kamu cegah? Dasar bodoh kamu Adnan," Leo ikutan membantu Adnan membersihkan mejanya.

"Mana aku bisa mencegah tuan besar datang ke perusahaannya sendiri?" Adnan membela diri membuat Leo menoyor kepala asisten yang dekat dari jangkauannya itu.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

to be continued, happy reading

1
guntur 1609
itulah kebodohan leo. sdh jelas2 alea buron. sdh tahu otg ya dmna masih saja me yepelekanya
guntur 1609
ohh brti dirga sama rey ada kelainan. meyra hanya dijafikan kedok agar gak ada yg tahu tentang kelainan mereka
guntur 1609
pa penghiantanya adnan ya. karna dia berteman sm rey
guntur 1609
kau ja yg bodoh leo
guntur 1609
kau ngajak meyra hidup bersama. tapi kau belum juga cepat memyelesaikan masalahmu sm alea. dasar bos begok
guntur 1609
dasar bodat juga kau leo. laki2 plin plan..sdh tahu anaknya tubanak dia. tapi masih gak mau bertanggung jawab. karakter leo dsni kok begok amat ya
guntur 1609
mamous lah kalian dapat barang bekas
Titin Sri
sama kak. ulet bulu y terlalu pandai. apa ceo y yg bloon
Salsa 1933
jengg..jjeeengggg...
Dwi Estuning
ceritanya asik Thor
Ratna Sari
terlalu berputar putar aku jadi greget thor
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
Romi Wasini
selamatkan bayinya thor,kasihan Leo sama Meyra
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
Romi Wasini
dan akhirnya meyra sembuh dr amnesia
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
mitra kreasindo
kelamaannnn...
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
Tania
lanjutkan
Dlaaa FM
Lanjutannnnnnn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!