Bagaimana rasanya, jika suamimu yang merupakan seorang dosen, digoda oleh sepupumu sendiri, yang tak lain adalah mahasiswi di kampus yang sama.
Bahkan, mereka sampai berani menginap di hotel. Pahahal, mahasiswi ini baru setahun menikah. Berita pernikahannya pun sempat viral, karena ia merupakan seorang selebgram yang dinikahi pengusaha tampan, berusia 12 tahun di atasnya.
"Kamu harus merasakan bagaimana rasanya suamimu diambil orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
1 bulan berlalu, perdebatan yang Rega dan Selia hadapi masih sama. Tak hanya masalah perbedaan penghasilan sang istri yang lebih besar, tapi pemicu lain yang masih sama adalah soal skripsi Selia. Nyatanya, hubungan yang berawal dari pengkhianatan itu tak akan bisa harmonis. Rega yang selalu tak sependapat dengan istrinya, merasa lelah sendiri karena Selia seakan tak bisa menghormatinya sebagai imam keluarga.
“Aku sudah ngebut menggarap skripsimu, sekarang kamu harus pelajari sendiri dan segera menghadap ke dosen utamamu. Aku tidak mau tahu, akhir bulan ini kamu harus sudah sidang! Lihat, perutmu sudah semakin terlihat. Apa kamu tidak sadar akan banyak orang di kampus yang memperhatikanmu?" tegur Rega.
“Aku sudah membuat janji dengan dosenku, tapi dia yang susah ditemui. Jangan salahkan aku dong, Mas!” Selia tak terima disalahkan.
“Dosenmu sendiri yang bilang kamu tak menghadiri jadwal bimbingan dengannya, jangan bohong kamu, Selia, ke mana saja kamu?” Rega sudah habis kesabaran.
“Kenapa sih, kamu selalu menjadikan kehamilanku sebagai alasan. Selama ini, aku selalu bisa menikmati hidupku dengan kuliah santai dan kerja. Aku tidak bisa diburu-buru. Kalau begitu, apa kita gugurkan saja dia? Agar bayi ini tak mengusikku. Kamu tahu? Ada beberapa produk kosmetik yang terpaksa aku batalkan kerja samanya hanya karena aku tidak bisa menggunakan produk itu saat hamil. Kalau kamu tanya aku ke mana? Aku kerja, Mas, aku harus segera selesaikan semua kerja sama yang sudah masuk! Aku tidak mau kehilangan pekerjaanku karena kehamilan ini. Aku tidak ingin jika semua brand yang masuk tiba-tiba membatalkan kerja sama ini sepihak.” Tak sanggup menahan perasaannya, Selia menumpahkan isi hatinya.
Entah mengapa semenjak hamil, Selia sangat malas sekali memegang tugas akhirnya. Melihatnya saja ingin mual rasanya. Ia juga lebih mudah emosi, dan merasa tak bisa sebebas dulu bekerja.
Seketika Rega yang sudah berusaha sabar, mengepalkan tangannya ingin menampar istrinya yang dengan tega ingin menggugurkan anak mereka.
“Sudah, aku mau pergi dulu. Pusing di rumah bertengkar terus denganmu!” gerutu Selia mengambil tasnya dan berlalu pergi begitu saja.
Memegang keningnya, Rega membiarkannya pergi.
Hingga sampai pukul 1 dini hari, istrinya itu tak juga pulang. Rega terus menghubunginya, tapi tak ada jawaban. Lalu tak lama, terdengar suara pintu diketuk berkali-kali.
Begitu Rega membuka pintu, Selia tersungkur di hadapannya dengan mulut yang berbau alkoh*l.
“Selia, apa-apaan kamu? Apa yang kamu lakukan dengan anak kita?” Rega mengeraskan suaranya.
Tak sempat menjawabnya, Selia ambruk.
***
Pagi harinya, Selia merasakan kepalanya begitu berat. Mab*k semalam membuatnya pusing. Saat terbangun, rumahnya terlihat sepi, pikirnya pun suaminya pasti sudah berangkat ke kampus.
Sekuat tenaga ia beranjak dari kasur karena perutnya sudah keroncongan. Dilihatnya meja makan sudah ada sup buatan Rega. Mantan suami Mila itu memang lebih jago memasak ketimbang dirinya.
Tak pakai sikat gigi, Selia memakan dengan lahap sup yang masih hangat itu.
Tak lama, ponselnya berdering.
Arum memanggil...
“Sel, Prof. Agus sedang ada di kampus. Beliau hanya sampai siang. Kalau mau bimbingan, segera datang sekarang.”
Itu lah pesan Arum yang dikirimkan padanya. Meski malas sekali rasanya ke kampus, Selia bergegas mandi. Ia tak ingin lagi ribut dengan Rega hanya soal skripsi.
Hingga 30 menit kemudian, saat baru sampai parkiran fakultasnya, banyak pasang mata tertuju padanya.
“Sel!” panggil Arum.
Teman Cika itu juga seolah ikut memperhatikan Selia dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“Kamu gendutan ya,” tebak Arum.
Tak ingin menjawabnya, Selia melanjutkan langkahnya menuju ruangan dosen.
Sampai ruangan, ada 4 antrean mahasiswa yang akan melakukan bimbingan, tapi, dosennya meminta Selia maju lebih dulu karena ia terlihat jarang melakukan bimbingan.
“Ini revisi yang lalu, Prof,” ujar Selia menyodorkan berkasnya.
Dibacanya hasil penelitian selebgram itu. Sesekali, sang dosen menatap Selia seolah tak percaya pada apa yang Selia tulis. Hingga ada beberapa pertanyaan yang diajukan, tapi Selia gagal menjawabnya.
“Tulisan kamu bagus, bahkan hampir tak ada revisi. Daftar sidang sekrang pun akan saya acc, tapi saya ragu ini buatanmu. Kamu nyontek karya orang lain atau pakai joki? Kamu terlihat tidak menguasai materi yang kamu tulis sendiri. Harusnya, kamu paham kalau memang kamu yang menulisnya. Saya takut kalau begini, kamu malah tidak akan lulus saat ujian nanti.” Dikembalikannya berkas itu pada pemiliknya.
Merasa ada saja masalah pada skripsinya, Selia ingin sekali mengamuk. Kemarin-kemarin banyak revisi. Sekarang, malah ia dituduh pakai joki.
“Permisi, Prof,” ujarnya datar lalu keluar ruangan.
Seketika perutnya kembali terasa mual. Ia pun berlari menuju toilet untuk memuntahkan isi perutnya di wastafel toilet. Hingga tak sadar, ada orang lain yang mendengarkan suara muntahannya dari balik bilik toilet.
***
Sementara itu di kantornya, Mila yang masih berdiri di depan pintu ruangan karena akan menyerahkan berkas untuk ditandatangani Arya, mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu. Pintu Arya yang sedikit terbuka karena ada karyawannya yang baru saja keluar dari sana, sengaja tak menutupnya rapat karena tahu Mila akan masuk. Tak sengaja, Mila mendengar Arya tampak sedang melakukan panggilan telepon dengan seseorang.
“Oh, itu. Aku hanya ingin membuat Selia menyesal karena telah menyia-nyiakanku. Selain itu, aku juga ingin membuat suaminya yang sekarang ikut menyesal karena telah membuang istrinya dulu. Itu saja. Jadi, aku pura-pura berpacaran dengannya.”
Ujaran Arya itu seketika membuat Mila hampir kehilangan keseimbangannya. Padahal, seharusnya hal ini tak masalah baginya. Mengingat, awal mereka dekat juga memang karena sebuah rencana. Tapi, ia tak menyangka bila Arya juga punya rencana seperti dirinya.
Entah harus senang atau sedih. Di satu sisi, ia sudah sangat nyaman berada di dekat Arya, tapi di sisi lain, ada rasa kecewa dalam dirinya ketika Arya mengatakan hal seperti itu.
Ia lalu mengetuk pintu ruangan, dan masuk ke dalam menemui Arya. “Mau antar berkas yang harus kamu tandatangani.”
Setelahnya, ia bergegas keluar.
Tak bereaksi, Arya hanya melongo saat melihat Mila datang, seolah khawatir Mila mendengar pembicaraannya.
“Mil,” panggil Arya sedikit mengeraskan suaranya.
Mila yang baru sampai pintu, membalikkan badannya dan berjalan kembali menghampiri meja Arya, dan mereka pun berpandangan sekian detik.
“Aku setuju dengan tawaran pernikahan darimu saat itu. Kita menikah, tapi hanya siri saja, agar mudah berpisah. Setelah kita puas dengan rencana masing-masing, kita berpisah," tegas Mila mantap, membuat Arya hanya bisa berdiam diri mematung.
...****************...