REVENGE

Kedua pelayan itu maklum dengan keadaan Kitsune. Mereka sekarang lebih hati-hati membersihkan tubuh gadis itu. Sering ada sandera yang disiks4, namun kebanyakan langsung dib*nuh.

"Nona, tunjukan kalau ada yang sakit. Kami akan mengobatinya. Tangan dan kaki nona banyak lebam-lebam."

"Hatiku lah yang paling sakit, tidak bisa di obati dengan apapun. Aku bukan api yang hanya dinyalakan, kemudian padam begitu saja setelah terbakar. Aku punya mimpi dan harapan yang telah aku rajut." gumam Kitsune dengan tatapan kosong.

"Nona bagaikan laut yang dalam, tidak bisa sembarang orang menjamahnya, bukan tubuh nona menentukan nilaimu, bukan juga pandangan merendahkan yang bisa menakar, tapi akhlakmu yang menentukan siapa dirimu."

"Aku setuju dengan omonganmu, tapi apa mau dikata, hidupku telah berkalung dosa dan tubuhku telah tergadaikan."

"Apakah nona baik-baik saja?"

Kitsune menggeleng samar, tapi kedua pelayan itu tetap berusaha mengobati setiap lebam dan mereka memperlakukan Kitsune dengan baik.

"Hari ini nona akan kembali ke Mansion di Denpasar. Jaga diri, itu yang utama, saya yakin nona punya niat tertentu, tapi tolong pikirkan matang-matang sebelum nona bertindak. Tuan bukan orang yang bisa di ajak kompromi."

"Apa kamu pernah merasakan sakit seperti yang aku rasakan?"

"Beberapa tawanan pernah kesini tapi berujung dengan kematian. Kadang mereka terburu-buru untuk mengambil tindakan tanpa mengetahui seberapa power tuan Alexandro Varra. Dia adalah orang yang sangat ditakuti oleh kawan maupun lawan."

"Aku pasti akan balas dendam."

"Terlalu sulit nona, tuan Alex sangat terpengaruh di pulau ini. Kemanapun nona pergi dia akan tahu. Aku sarankan, pendam keinginan balas dendam nona, karena itu hal yang mustahil." ucap Ratih menyayangkan keputusan Kitsune.

Kitsune menarik nafas panjang dan mengeluarkan dengan kasar. Ia kemudian dituntun keluar kamar oleh kedua pelayan untuk sekedar berjemur sambil sarapan.

"Kalian membawa aku kemana?"

"Matahari pagi bagus untuk kesehatan, jadi menurut tuan Alex, nona harus sering berjemur."

"Apakah b4jing4n itu masih berada disini, atau duluan ke Mansion?"

"Tadi pagi tunangan tuan datang bersama kakaknya Ary, sekarang mereka berada di kamar menumpahkan rindunya."

"Ohh, syukurlah, aku bisa bebas dari b4jing4n itu."

"Nona, menurut saya lebih baik kalau pagi, pergi ke tebing dari pada ke taman. Karena Matahari pagi ini tidak begitu panas, cuacanya cendrung dingin." ucap Ria memberi saran.

"Kemana saja aku tidak masalah, yang penting jauh dari si br*ngsek itu."

"Mari kita kesana, tidak jauh ko."

Ria dan Ratih berjalan terlebih dahulu, sedangkan Kitsune mengekor di belakang sambil menikmati pemandangan. Makin kesini suasananya makin menakjubkan.

Kedua pelayan itu pandai mencari jalan, jadi Kitsune tidak kesusahan mengikuti, jalan yang mereka pilih.

Cukup mudah, tidak begitu menanjak, meskipun harus tetap berhati-hati agar tidak sampai terjatuh.

Mau semulus apapun jalanan yang di lalui, kemungkinan terperosok itu ada. Karena jalanan tanah disini basah dan rentan longsor, sedangkan di kiri kanan ada jurang.

Untung pakaian Kitsune casual, biasanya dia memakai gaun, mungkin ini sudah direncanakan oleh Ratih atau Ria, pasti juga saran dari Alex. Tidak beranilah mereka berdua mengajak Kitsune dengan lancang.

Sepuluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai. Cahaya mentari yang sangat terang dan suara ombak pantai yang cukup keras, membuat Kitsune kagum.

Ternyata mereka sudah berada di ujung tebing. Untuk sesaat gadis cantik itu terpaku, dia sangat terpesona dengan pemandangan yang kini berada di hadapannya.

Laut berwarna biru tidak terlihat ujungnya dikelilingi oleh bukit-bukit yang indah dan hijau. Angin yang berhembus kencang membuat rambut Kitsune awut-awutan.

"Sudah disiapkan meja dan kursi. Nona akan sarapan disini. Sebelum itu saya mau obati nona."

Kitsune cuma mengangguk, ia tetap dengan wajah bekunya. Walaupun ada perubahan, itu terjadi saat kepalanya melongok kebawah dimana terlihat gulungan ombak menyapu pasir putih.

Kitsune duduk menghadap matahari terbit sambil tangan dan kakinya di obati oleh Ria dan Ratih. Tidak berapa lama datang tiga orang pelayan membawa sarapan.

"Nona harus makan yang banyak." ucap pelayan itu menaruh Croissant, Parfaits dan Toast.

"Terimakasih."

Menu ini disajikan dengan mangkuk yang isinya buah, yoghurt, kacang-kacangan. Tapi Kitsune cuma memilih Toast dan Susu.

Aku tidak pernah tahu jika di kota ini ada pemandangan seindah ini. Bathin Kitsune.

"Nona, apakah sudah ingat siapa diri nona atau darimana asal nona?"

"Aku belum sepenuhnya ingat. Aku heran kenapa Alex menyiksa ku, padahal aku tidak kenal dengannya."

"Apakah nona ingin kabur?" tanya Ria menatap Kitsune.

"Apa? Kamu ingin bantu aku, bukankah sangat membahayakan jiwamu?"

"Nona bukan sekadar pelampiasan hasrat, nona adalah manusia yang berharga. Punya hak untuk dicintai, dihormati dan dihargai sebagai pribadi yang istimewa. Saya pribadi sangat kasihan melihat nasib nona. Jika nona ingin bebas, saya akan bantu."

"Saya akan menyuruh orang menunggu nona di bawah."

"Benarkah itu?"

"Nona adalah pemilik dari hidup ini, bukan sekedar objek pem*as n4fsu tuan Alex, setiap langkah yang nona ambil, ada cerita yang terukir melalui tanganmu, Tapi terserah nona, ini hanya saran, saya hanya ingin membantu saja."

"Kapan aku lari, sedangkan aku tidak tahu harus kemana, aku masih lupa."

"Tenang nona, tidak jauh dari sini ada hutan, nona akan masuk hutan."

"Apakah hutannya aman?"

"Aman, tidak ada binatang buas." ucap Ria tersenyum penuh arti.

"Habiskan susunya dulu supaya kuat berlari. Semoga nona berhasil berlari dari sini, saya yakin nona bisa."

"Kita akan kembali lewat jalan tadi, setelah itu baru turun ke pantai." jelas Ratih.

Dada Kitsune bergemuruh, perasaannya campur aduk, antara takut dan senang. Ia berdiri dan melangkah lebar. Walaupun badannya sakit, ia semangat menyusuri jalan tadi.

Ria dan Ratih mengikuti dari belakang, mereka berdua juga ketakutan, daripada dibunuh oleh Ary, lebih baik ia mengikuti perintah Ary. Lagipula ia dapat upah.

"BRUUGGGSSS...."

Tiba-tiba saja tanah yang dipijak Kitsune ambrol, teriakannya bergema, membuat Ria dan Ratih terperangah.

"Nonaaaa..." teriakannya kebingungan. Mereka tidak melihat sosok Kitsune karena di bawah tumbuhan merambat menghalangi penglihatan.

"Bagaimana ini Ria, aku ketakutan, nona Kitsune orangnya baik. Tuan pasti akan membunuh kita."

"Kita tidak bersalah Ratih, nona terjatuh tanpa sengaja. Akhirnya nona hilang tanpa harus dibantu kabur."

"Betul, kita tidak bersalah, mari pulang.."

Mereka berlari sambil menangis. Sampai di Bungalow mereka bertemu Ary dan anah buah Alex yang lain.

"Tuan tolonggggg....nona Kitsune jatuh ke jurang...."

"Apa terjatuh? jangan main-main...."

"Benar tuan, suerrr..."

"Ratih, dimana nona jatuh, cepat tunjukan sebelum tuan membunuh kita."

"Tenang...tenang, jangan terburu-buru nanti malah kita menjadi korban, lebih baik selidiki dulu." Ary mengangkat tangannya supaya mereka berhenti.

*****