Namaku Tiara Putri Mahesa, aku menikah dengan seorang Pria bernama Rio Anggara. Seorang pemuda sukses berjabatan Manager di Perusahaan Besar, dia sangat mencintaiku. Namun sikap dan sifatnya lambat laun berubah, dia menafkahiku dengan tidak layak, bahkan kerab tidak memberiku nafkah. Padahal Tugas Seorang Suami memberi Nafkah Lahir dan Batin Terhadap Istrinya. Tak jarang aku pun bagai seorang pengemis yang harus berkali kali mengiba meminta hakku. Namun kesabaranku seolah di injak injak dengan perbuatannya di belakangku, lelah dengan kesabaran yang tak pernah di hargai. Akhirnya aku Berontak dan Mundur.
Bagaimana kelanjutan kisahku? Yuk baca kisahku
Happy Reading❤️🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cillato, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda Merah
"Mas, apa kamu tidak mau pergi bekerja bersama?". Tanyaku pada mas rio, sudah satu minggu, aku bekerja di perusahaan yang sama dengan mas rio. Tapi mas rio tidak pernah menawarkanku untuk berangkat atau pulang kerja bersama sama.
"Maaf ya ra, tapi kan kamu tahu sendiri orang kantor gk ada yang tahu tentang pernikahan kita. Jadi mas mohon jangan bilang siapa siapa dulu mengenai hubungan kita, nanti kalau sudah saatnya mas akan kasih tahu ke mereka". Ucap mas rio kepadaku.
Akhir akhir ini, entah kenapa?, mas rio selalu pulang ke rumah kontrakan larut malam. Padahal yang aku tahu mas rio tidak ada jadwal lembur di kantor, dan saat aku tanya pasti alasannya ke rumah ibu. Karena ibu sedang sakit, tapi saat aku ingin pergi mengunjungi rumah ibu mertua untuk menjenguknya, mas rio selalu melarang dengan alasan ibu tidak mau diganggu harus istirahat total.
Keanehan keanehan pun muncul dari perubahan sikap mas rio, mas rio jarang sekali berada dirumah. Hari weekend pun dia habiskan di rumah mertua, dan aku dirumah sendiri. Bahkan untuk waktu mengobrol berdua denganku pun mas rio tak ada sempat sempatnya, kami layaknya dua orang asing di satu tempat.
Semakin hari aku semakin curiga, setiap berada dirumahpun mas rio selalu memainkan ponselnya. Matanya selalu fokus membalas pesan masuk dari ponselnya, yang aku sendiri tidak tahu pesan dari siapa. Apa sebegitu pentingnya pesan itu? Daripada aku yang nyata didepannya.
"Mas, pesan dari siapa sih kok asyik banget dari tadi sampek senyum senyum sendiri gitu". Ucapku penasaran
"Oh i..ini loh ra, temen SMA mas kirim pesan isinya lucu jadi bikin ketawa hehehe". Ucapnya agak gelagapan, ku tahu dia sedang berbohong menyembunyikan sesuatu dari ku.
"Ra.. nanti malam mas gk makan dirumah ya, mas mau ngantar ibu kontrol lagi ke rumah sakit. Nanti kamu makan sendiri ya".
"Hemm iya mas, apa mau aku temani mas?". Jawabku
"Enggak usah ra, kamu jaga rumah aja. Kamu jaga kesehatan, akhir akhir ini kan pekerjaan mu banyak, pasti kamu capek selama bekerja. Jadi kamu di rumah aja istirahat, mas cuma sebentar kok". Ucapnya tersenyum padaku,
aku hanya menganggukan kepalaku seraya membalas senyuman mas rio. Tak dapat di bohongi ada setitik rasa kecewa pada perubahan sikap mas rio, yang seolah menjaga jarak padaku.
Tapi aku masih berfikiran positif, semoga pernikahan kami dijauhkan dari hal hal buruk.
Sudah selarut ini, tapi mas rio belum ada tanda tandanya pulang.
Saat mata ini hendak terpejam, kudengar suara deru mesin mobil mas rio datang. Langkah kakinya semakin lama semakin terdengar, menandakan bahwa mas rio semakin mendekat menuju kamar.
Cekleek...
Kulihat mas rio masuk kedalam kamar
"Mas, kok pulangnya malam sih?"
Tanyaku pada mas rio, saat aku melihat jam di dinding menunjukan pukul sebelas malam. "Katanya mas pulangnya cepet, kok malah selarut ini?".
"Iya, tadi antriannya panjang jadi mau gk mau mas sama ibu menunggu deh".
Mas rio berlalu meraih handuk, hendak menuju ke kamar mandi. Setelah beberapa menit berlalu, mas rio keluar hanya dengan menggunakan handuk yang dia lilitkan di pinggangnya, dengan mengekspos dada bidangnya. Mataku tertuju pada dada bidangnya, dimana aku melihat sesuatu yang begitu menyesakkan dadaku.
Aku menghampirinya yang hendak berpakaian, lalu tanganku otomatis menunjuk kearah bagian merah ynag berada disana. Seketika mas rio nampak salah tingkah
"Tunggu mas".
"Kenapa ra?". Ucapnya bertanya
"Ini Kenapa mas?". Ucapku seraya menunjuk pada bagian merah itu
"Anu.. ra... Eemm.. ini. Ini tadi mas di gigit semut ditaman rumah sakit saat menunggu ibu. Mas bosan menunggu, akhirnya mas menunggu ditaman melihat bintang bintang lalu di gigit semut dehh. Entah kenapa ditaman rumah sakit banyak semutnya, jadi ya gitu mas kena gigitannya". Ucap mas rio panjang lebar kepadaku dengan gelagapan
Jawabannya benar benar membuatku tak percaya, aku memang pendiam. Selalu menuruti apa ucapannya dan selalu percaya padanya, tapi melihat perlakuannya ini sungguh membuatku geram.
Tanda merah itu aku tahu betul, sesekali selama menikah aku pernah melakukan itu pada mas rio. Jika memang benar tanda merah itu adalah tanda seperti yang ada di fikiranku. Lalu ulah siapa itu?
Dikantor aku tak pernah melihat mas rio dekat dengan satu wanita pun, yang aku tahu mas rio hanya dekat dengan sekretarisnya selayaknya rekan kerja dan tak lebih.
Apa mas rio berkhianat?
"Sayang, kok melamun?"
Mas rio mengibas ngibaskan tangannya di depan mukaku, seketika aku tersadar dari lamunanku.
"Beneran ra, mas tadi itu duduk di taman rumah sakit. Tapi mas gk tahu kalau disana banyak semut yang mengerubungi mas, sehingga mas digigit deh jadi berbekas merah begini". Ucapnya lagi menjelaskan
Mas rio duduk di tepi ranjang seraya menepuk nepuk pinggiran ranjang, menyuruhku agar ikut duduk disampingnya.
Aku pun mendekatinya, dan perlahan duduk disampingnya meski dengan hati dilanda kecewa dan beribu banyak pertanyaan yang ada didalam benakku.
"Mas itu gk ada macam macam diluaran, kamu harus percaya sama mas. Cukup satu wanita yang ada di depan mas ini, mas sudah sangat bahagia memilikimu. Mas sangat mencintaimu ra, jadi mas mohon percayalah pada mas. Jangan berfikiran yang aneh aneh terhadap mas, mas tidak akan melakukan hal itu kepadamu". Ucapnya meyakinkan aku
Aku masih mendengarkan ucapannya, mendengarkan kata kata yang keluar dari mulut manisnya. Dia sudah yakin bahwa aku dengan mudahnya akan percaya dengan kata kata bualannya, tidak semudah ituu ferrguuzziiii heheheh..
Akan aku selidiki dulu mas, tanda merah didada mu itu ulah siapa. Jika terbukti kamu berkhianat, jangan harap aku akan memaafkan mu mas dan bertahan dalam hubungan pernikahan ini.
Akan aku ikuti dulu permainanmu ini mas, aku akan bersikap bodoh tidak mengetahui apapun itu, sampai aku menemukan barang bukti atas pengkhianatanmu untuk ku ajukan di pengadilan nanti jika kamu terbukti menghianati kepercayaan dan perasaanku mas.
Aku yakin pasti ini adalah salah satu alasanmu, mengapa akhir akhir ini atas perubahan sikapmu yang berbeda kepadaku.
Saat jam istirahat kantor pun, aku tidak tahu kamu pergi kemana untuk sekedar makan siang dan dengan siapa. Jadi ini jawabannya mas
Tak berapa lama kudengar deru nafas teratur dari mas rio, yang menandakan bahwa dia sudah tertidur.
Tingg..
Bunyi ponsel mas rio berbunyi, gegas ku lihat ponselnya.
Ada sebuah notifikasi dari irwan
"Mas, besok pagi inget jemput ya. Aku tunggu". Isi pesan tersebut, memang pesannya seperti biasa saja tapi mengapa hatiku seperti ragu terhadap isi pesan tersebut.
setahuku mas rio tidak mempunyai teman yang bernama irwan. Aku tak pernah mendengar kalau mas rio memiliki teman bernama irwan, bahkan di kantor pun tak ada karyawan bernama irwan.
Jadi siapa irwan?
Sejak kapan mas rio berteman dengan irwan?
usulnya