Lulu, seorang yatim piatu yang rela menerima pernikahan kontrak yang diajukan Atthara, demi tanah panti asuhan yang selama ini ia tinggali.
Lulu yang memerlukan perlindungan serta finasial dan Atthara yang memerlukan tameng, merasa pernikahan kontrak mereka saling menguntungkan, sampai kejadian yang tidak terduga terjadi. “Kamu harus bertanggung jawab!”
Kebencian, penyesalan, suka, saling ketertarikan mewarnai kesepakatan mereka. Bagaimana hubungan keduanya selanjutnya? Apakah keduanya bisa keluar dari zona saling menguntungkan?
Note: Hallo semuanya.. ini adalah novel author yang kesenian kalinya. Semoga para pembaca suka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Tidur Bersama
Lulu merasa tubuhnya berat seperti ada yang sedang menindihnya. Bahkan saat ingin beralih posisi, ia tidak bisa bergerak. Perlahan ia membuka matanya dan menemukan dada kokoh di hadapannya.
“Dada?” batin Lulu yang segera sadar dari rasa kantuknya, kemudian mendongak dan melihat wajah suaminya yang terlelap.
“Sejak kapan Mas Attha disini?”
“Apa Mas Attha juga yang melepaskan hijabku?” gumam Lulu yang sadar rambutnya terurai.
Perlahan Lulu melepaskan tangan Atthara yang melingkar di pinggangnya. Saat hampir bisa lepas, tangan Atthara kembali mengerat di pinggangnya.
“Mas, aku mau ke kamar mandi.” Cicit Lulu.
Atthara membuka satu matanya, melihat Lulu yang juga menatapnya. Ia melepaskan pinggang Lulu dan kembali memejamkan mata. Lulu bernafas lega dan segera masuk ke kamar mandi. Ia keluar dari kamar mandi setelah berwudhu dan bersiap melaksanakan sholat malam.
Selesai melaksanakan sholat, Lulu hendak membaca Al-Qur’an tetapi Atthara sudah datang dan memeluknya dari belakang.
“Kenapa, Mas?” tanya Lulu yang bingung dengan sikap Atthara sejak kemarin.
“Ayo tidur lagi!” Atthara mengangkat tubuh Lulu dan membawanya ke tempat tidur.
Dengan posisi Lulu yang ada dipelukannya, Atthara menenggelamkan kepalanya di bahu Lulu dan memejamkan mata. Mereka memang sering tidur dalam satu ranjang selama menikah. Tetapi Atthara baru tahu jika dengan memeluk Lulu, ia tidak mengalami mimpi buruk dan tidurnya sangat lelap. Tidur yang selama ini ia impikan.
Lulu hanya diam, sampai ia mendengar nafas teratur Atthara. Suaminya sangat aneh, tetapi ia juga menyukainya. Lulu tersenyum, merasa Atthara bisa menerimanya sebagai selayaknya istri.
“Ya Allah, aku pasrahkan semuanya kepada-Mu zat yang Maha Membolak-balikkan Hati. Hamba akan menjalani semuanya dengan Ikhlas.” Doa Lulu dalam hati.
Saat jam dinding menunjukkan waktu subuh, Atthara tidak kunjung melepaskan istrinya sampai Lulu pasrah melewatkan sholat subuhnya.
“Jam berapa?” tanya Atthara yang membuka mata.
“Jam 6.”
“Kamu tidak sholat subuh?”
“Bagaimana caranya kalau Mas saja tidak melepaskan aku?” Atthara baru sadar jika dirinya masih memeluk Lulu.
“Lekas sholat! Mungkin saja matahari belum keluar.” Lulu segera berdiri dan melepas mukenanya.
Ia mengambil wudhu dan segera melaksanakan sholat subuh. Entah dihitung atau tidak, serahkan semuanya kepada Allah. Atthara sendiri kembali ke kamarnya untuk mandi. Keduanya bertemu di meja makan saat Lulu sedang menyajikan masakan Bu Minah.
“Ini kopinya, Mas.” Lulu menyajikan kopi yang diangguki Atthara.
“Apa Mas tidak bekerja hari ini?” tanya Lulu yang melilhat suaminya mengenakan pakaian kasual.
“Tidak. Aku hanya ingin di rumah hari ini.”
Keduanya makan sarapan Bersama. Setelah selesai, Atthara mengatakan kepada Bu Minah, Betty dan Rudi untuk mengambil libur selama seminggu.
“Ada acara apa Tuan Muda meminta kita libur?” tanya Bu Minah.
“Tidak tahu. Mungkin mau menikmati waktu berdua.” Jawb Betty.
“Kamu jangan fitnah!”
“Bukan fitnah, Bu. Aku melihat Tuan Muda keluar dari kamar Nona Muda tadi pagi!”
“Benarkah?” Betty mengangguk bersemangat.
“Baguslah! Ibu sempat khawatir mereka keenakan tidur terpisah.” Betty tertawa dengan tetap mengemas pakaiannya.
Mereka akan pulang ke kampung selama masa libur.
Sementara itu, Lulu yang menemani Atthara di ruang kerjanya tidak bisa menahan rasa penasarannya.
“Kenapa Mas meminta Bu Minah dan yang lain libur?”
“Kenapa?”
“Aku bertanya, Mas. Jangan balik bertanya!”
“Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua denganmu.” Jawab Atthara yang justru membuat Lulu kehilangan kata-kata.
Lulu yang tersipu menenggelamkan wajah di buku yang dibacanya. Melihat hal itu, Atthara merasa diabaikan dan menarik buku dari wajah istrinya. Lulu menoleh, takut Atthara melihat wajahnya yang memerah.
“Kenapa menghindariku?” tanya Atthara seraya menarik dagu Lulu.
“Tidak apa-apa, Mas.”
Atthara melihat wajah Lulu yang bersemu merah. Ia tidak tahu kenapa, hal tersebut justru membuatnya tersenyum. Sungguh Lulu membuat perasaannya berubah-ubah. Perlahan Atthara mengikis jarak diantara mereka. Ia mendaratkan kecupan singkat di bibir Lulu.
“Bernafas!” seru Atthara yang sadar Lulu menahan nafasnya.
“Bagaimana aku bisa bernafas jika Mas tiba-tiba menyerangku?” cicit Lulu.
“Aku tidak akan menyerangmu! Ikut aku!”
Atthara menggandeng Lulu dan membawanya ke ruangan yang ada di sebelah ruang kerjanya. Lulu tidak pernah masuk kesana karena ruangan itu selalu tertutup. Kini ia tahu jika ruangan itu ternyata adalah tempat olah raga. Ada treadmill dan alat yang Lulu tidak tahu Namanya. Atthara menyalakan treadmill di kecepatan terendah dan meminta Lulu berjalan diatasnya.
Dengan bantuan suaminya, Lulu mulai terbiasa dengan langkahnya dan Atthara melepaskannya. Setelah bisa melepaskan Lulu sendiri, Atthara melakukan pemanasan dan mulai menggunakan alat yang ada di samping istrinya. Atthara menggunakan alat itu dengan Gerakan tangan membuka menutup. Setengah jam kemudian, Atthara menyelesaikan latihannya dan mematikan treadmill Lulu.
“Kapan-kapan berolahraga sendiri disini. Pakai kecepatan rendah saja karena kamu punya bekas operasi.” Lulu mengangguk.
Lulu menggunakan ujung lengannya untuk mengusap keringat di kening suaminya. Atthara menerima perlakuan Lulu tanpa protes. Setelah selesai, keduanya keluar dari ruangan dan berjalan menuju dapur. Lulu menyiapkan jus untuk dirinya dan Atthara.
“Mas..” panggil Lulu.
“Apa?”
“Terima kasih.”
“Untuk?”
“Terima kasih untuk renovasi yang kamu lakukan. Panti asuhan terlihat lebih layak sekarang.”
“Kenapa kamu berterima kasih kepadaku?”
“Jika bukan Mas, siapa lagi yang akan melakukannya? Selama ini donatur tidak ada yang memperhatikan bangunan panti. Lagipula renovasi dimulai setelah aku mengatakan kalau atap panti bocor.”
“Apakah kamu Bahagia?” tanya Atthara menatap Lulu.
“Tentu saja aku Bahagia! Aku tidak akan khawatir Ibu dan yang lain kehujanan saat hujan atau takut atap roboh saat angin kencang.”
“Apakah panti itu adalah kebahagiaanmu?”
“Panti adalah bagian dari kebahagiaanku, tetapi..”
“Apa?” tanya Atthara penasaran.
“Menikah denganmu juga adalah kebahagiaanku, Mas.” Tetapi Lulu hanya bisa mengucapkannya di dalam hati.
“Aku Bahagia bisa melihat mereka tersenyum, Nenek tersenyum dan semua orang tersenyum.”
“Apakah aku juga?” Lulu mengangguk.
Atthara tersenyum, lalu menyuruh Lulu untuk membersihkan diri. Lulu mengangguk. Keduanya masuk ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri.
Hari itu mereka lewati hanya berdua di rumah, sama seperti saat mereka masih di apartemen dulu. Bedanya, saat akan tidur mereka tidak lagi berpisah ranjang. Mereka tidur di kamar Lulu dan tidur dengan saling memeluk. Hari-hari itu berjalan sampai satu minggu waktu yang diberikan Atthara kepada Bu Minah dan yang lain habis.
selamat menjalankan ibadah puasa kak🤗