Maysa Anggara seorang siswi SMA yang tiba tiba di panggil Mommy oleh seorang anak kecil bernama Kavin membuatnya terjebak pernikahan dengan duda beranak satu bernama Ilyas yang tak lain Daddynya Kavin.
Berbagai masalah dan keributan selalu menghiasi hari hari mereka apalagi Maysa tidak tahu cara mengurus seorang anak?
Akankah cinta hadir di antara keduanya dan membuat kehidupan mereka bertiga bahagia? Atau justru perpisahan menjadi jalan satu satunya?
Dukung dan ikuti kisahnya di sini..
Ig: Vanesha andriani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERANCAM PEBINOR
" Siapa dia? Kenapa sepertinya dia begitu istimewa untukmu?" Tanya Ilyas.
" Dia...
" Dia pacar kamu?" Tanya Ilyas menatap Maysa.
Maysa diam tanpa menjawabnya membuat Ilyas mengerti. Ilyas kembali berjalan sambil menggandeng tangan Maysa. Tatapan para tamu undangan tertuju pada iring iringan kedua calon pengantin.
Sampai di tempat yang sudah di dekor untuk keduanya bertukar cincin, Ilyas mempersilahkan Maysa duduk. Keduanya duduk berdampingan menghadap tamu undangan.
" Apa acara bisa di mulai?" Tanya pembawa acara.
" Bisa Pak." Sahut Ilyas.
Sejak pembawa acara memulai acaranya, Maysa menundukkan kepalanya. Ilyas menyadari hal itu, ia mengedarkan pandangannya mencari pria tadi. Ternyata pria itu seorang fotografer yang di sewa oleh pihak WO.
Fotografer itu tiada henti hentinya menatap Maysa membuat hati Ilyas memanas. Ilyas menggenggam tangan Maysa namun tidak membuat Maysa mengangkat kepalanya membuat Ilyas kesal.
Tiba di sesi pertukaran cincin, keduanya di minta untuk berdiri. Namun Maysa tidak mendengarnya, sepertinya ia sedang tidak fokus pada acaranya sendiri.
" Maysa berdirilah!" Ucap Ilyas menarik pelan tangan Maysa membuat Maysa tersadar.
Keduanya berdiri berhadapan, Ilyas menyematkan cincin di jari manis Maysa. Suara tepuk tangan memenuhi ruangan mengiringi kebahagiaan mereka semua.
Saat giliran Maysa, Maysa malah hanya diam saja. Ia menatap sang fotografer yang siap mengambil gambarnya. Semua orang mengikuti arah pandangnya membuat mereka saling berbisik.
" Maysa." Bisik Ilyas di telinga Maysa.
Maysa mendongak menatap ke arahnya.
" Sayang pasangkan cincinnya di jari manis calon suamimu." Ujar nyonya Melodi.
Maysa menatap cincin itu lalu ia mengambilnya dari kotak beludru berwarna merah. Maysa menyematkan cincin di jari manis Ilyas dengan pelan, entah mengapa rasanya begitu berat. Ilyas mendorong jarinya hingga cincin itu melingkar sempurna di jari manisnya. Suara tepuk tangan kembali riuh seolah menyarankan ucapan selamat kepada keduanya.
" Mommy, Kavin ucapkan selamat untuk Mommy dan Daddy. Semoga kita akan hidup bahagia selamanya." Ucap Kavin menatap keduanya.
" Amin sayang, terima kasih." Sahut Ilyas mencium pipi Kavin.
" Mommy, apa Mommy tidak mau menciumku? Kenapa Mommy selalu melihat ke sana? Apa di sana ada daddy baru buat Kavin?" Tanya Kavin membuat semua orang menahan tawa.
Lain dengan Ilyas, ia semakin kesal mendengar ucapan putranya.
" Ah tidak sayang, maafkan Ka...
" Mommy." Sahut Kavin memotong ucapan Maysa.
" Maafkan Mommy." Ucap Maysa mencium pipi Kavin.
Selesai acara, keluarga inti berkumpul di ruang keluarga. Mereka akan membahas acara pernikahan Maysa dan Ilyas.
" Kalian ingin melangsungkan pernikahan kapan? Apa menunggu Maysa lulus dulu?" Tanya Tuan David menatap Maysa dan Ilyas.
Lagi lagi Maysa hanya diam saja. Entah mengapa ia yang biasanya cerewet kini mendadak menjadi bisu.
" Saya ingin secepatnya Pa. Maysa akan tetap sekolah walaupun kami sudah menikah. Saya sudah membahas ini dengan pihak sekolah, dan kebetulan saya pemilik yayasan itu." Sahut Ilyas mengutarakan keinginannya.
" Kalau kamu gimana May?" Tanya tuan David menatap Maysa. Maysa tidak bergeming.
" Maysa ikut apa keputusan saya Pa, dia sudah menyerahkan keputusan ini kepada saya. Saya ingin menikah satu minggu lagi." Ujar Ilyas.
" Baiklah, kami akan menyiapkan pernikahan kalian." Ujar tuan David.
" Baiklah saya serahkan semua persiapannya kepada Papa. Terima kasih telah menerima saya dan putra saya menjadi keluarga kalian." Ucap Ilyas.
" Sama sama Nak Ilyas. Papa yakin kaulah yang terbaik untuk Maysa." Sahut tuan David.
" Aku permisi ke kamar." Ucap Maysa beranjak menuju kamarnya.
" Boleh Kavin ikut Mom?" Tanya Kavin.
" Kau di sini saja! Mommy ada urusan sebentar." Sahut Maysa berlalu dari sana.
Sampai di depan kamarnya Maysa membuka pintunya. Ia masuk ke dalam, langkahnya terhenti saat sang fotografer tadi berdiri di depan jendela kamarnya.
" Kamu? Ngapain kamu di sini?" Tanya Maysa menghampirinya.
" Keluarlah Satya! Sebelum ada yang melihatmu di sini." Ucap Maysa menatap pria yang ternyata bernama Satya.
Satya menggenggam tangan Maysa, ia menatap Maysa dengan tatapan entah.
" May, jika kamu melakukan semua ini karena terpaksa, ayo pergi bersamaku! Kita tinggalkan kota ini! Dan kita akan menikah dan hidup bahagia." Ucap Satya.
" Jangan gila Sat! Kau akan menyesal mempunyai pemikiran seperti itu. Papaku tidak akan membiarkan kita melakukannya. Lagian di antara kita sudah tidak ada apa apa. Semua hanya masa lalu Sat, sekarang pergilah!" Ucap Maysa.
" Tapi kau masih mencintaiku kan? Lalu kenapa kita tidak bisa bersama?" Ujar Satya.
" Kau sudah tahu jawabannya Sat, jangan tanyakan lagi padaku. Aku tidak mau kau mendapat masalah karena hal ini. Kau di undang di sini untuk bekerja, bukan untuk membuat masalah." Ucap Maysa.
" Tapi aku sangat mencintaimu Maysa, aku tidak bisa hidup tanpamu. Kenapa kau tidak juga mengerti?"
" Kau yang tidak mengerti Satya. Walaupun kita saling mencintai tapi kita tidak akan bisa bersama. Papaku membenci keluargamu, dia tidak akan membiarkan putrinya menjadi keluarga musuhnya. Coba pahami itu Satya!" Ujar Maysa.
" Hanya ayahku yang salah, tapi kenapa aku yang harus menanggung akibatnya Maysa? Apa ini adil untukku?" Satya menatap Maysa dengan tatapan penuh cinta.
" Lalu bagaimana dengan perasaanku Satya? Apa kau memikirkan perasaanku? Bagaimana bisa aku menikahi salah satu anggota keluarga pembunuh pamanku? Apa itu adil untuk keluargaku?" Maysa balik bertanya.
" Itu hanya masa lalu May, kejadian itu sudah lima tahun berlalu." Ujar Satya.
" Lima tahun waktu yang singkat untukku Sat. Ayahmu telah merenggut kebahagiaan kami, tidak mungkin bagiku memberikan kebahagiaan untuk keluarganya. Mungkin ini sudah jalan yang Tuhan tunjukkan untuk kita menjalani hidup masing masing. Beruntung papaku tidak membunuhmu saat melihat kau di sini. Aku mohon keluar dari kamarku sekarang juga! Jangan sampai papa melihat kau ada di sini! Aku tidak tahu apa yang akan papaku lakukan padamu Sat, aku mohon." Maysa mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
Tiba tiba..
Grep..
Satya memeluk tubuh Maysa.
" Satya lepaskan! Kau membuat masalah dengan melakukan ini." Ucap Maysa mendorong Satya.
" Pergilah Satya!" Ucap Maysa.
Satya menatap Maysa.
" Demi cinta kita, pergilah dengan selamat dari sini! Aku mohon." Pinta Maysa meneteskan air mata kesedihan.
" Jangan menangis May! Aku tidak sanggup melihat air matamu." Ucap Satya mengusap air mata Maysa.
" Tapi kau lah alasan air mata ini Sat." Sahut Maysa menatap Satya.
Tak tahan menanggung kesedihan, Maysa memeluk Satya dengan erat.
" Hiks... Maafkan aku! Hiduplah dengan baik untukku! Walaupun aku tidak bisa mendampingimu tapi percayalah! Doaku yang terbaik untukmu, semoga kau bahagia. Jika kita bertemu suatu hari nanti, bersikaplah seperti orang asing! Demi keselamatanmu, kau harus melakukan itu." Ujar Maysa terisak.
" Aku akan melakukan apa yang kau mau. Maafkan aku jika cintaku begitu menyakitkan di hatimu." Ucap Satya mengusap air matanya.
Maysa melepas pelukannya. Ia menatap Satya begitupun sebaliknya.
" Pergilah!" Ucap Maysa.
" Baiklah aku pergi, semoga kau bahagia. Aku akan selalu mencintaimu." Ucap Satya keluar kamar Maysa.
Saat Satya membuka pintu tiba tiba..
Tiba tiba apa ya????
Jangan lupa like koment buat mendukung Ilyas dan Maysa..
Terima kasih....
Miss U All...
TBC...