NovelToon NovelToon
Aku Menyerah, Mas!

Aku Menyerah, Mas!

Status: tamat
Genre:Tamat / Cerai / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:1M
Nilai: 4.5
Nama Author: Rita Tatha

Hanya karena ingin membalas budi kepada Abram, lelaki yang telah menolongnya, Gisela memaksa menjadi istri lelaki itu meskipun ia harus mendapat perlakuan kasar dari Abram maupun mertuanya. Ia tetap bersabar.


Waktu terus berlalu, Gisela mengembuskan napas lega saat Abram mengajak tinggal di rumah berbeda dengan mertuanya. Gisela pikir kehidupan mereka akan lebih baik lagi. Namun, ternyata salah. Bak keluar dari kandang macan dan masuk ke kandang singa, Gisela justru harus tinggal seatap dengan kekasih suaminya. Yang membuat Gisela makin terluka adalah Abram yang justru tidur sekamar dengan sang kekasih, bukan dengannya.

Akankah Gisela akan tetap bertahan demi kata balas budi? Atau dia akan menyerah dan lebih memilih pergi? Apalagi ada sosok Dirga, masa lalu Gisela, yang selalu menjaga wanita itu meskipun secara diam-diam.

Simak kisahnya di sini 🤗 jangan lupa selalu dukung karya Othor Kalem Fenomenal ini 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AMM 09

Gisela dan Abram benar-benar tinggal di rumah sendiri. Jaraknya cukup jauh dari rumah lama. Ketika mereka berpamitan pergi, Farah melarang keras dan sangat memohon agar Abram tetap tinggal bersamanya, tetapi keputusan Abram itu tidak bisa diganggu gugat. Farah pun hanya bisa mengiyakan dan makin menambah rasa benci kepada Gisela. Ia menganggap semua ini karena pengaruh menantunya itu. Gisela hanya bisa diam dan menerima segala umpatan yang diberikan oleh Farah sebelum mereka benar-benar pergi dari rumah itu.

Rumah Abram yang baru masih terbilang mewah, hampir sebesar rumah lama. Namun, Abram sama sekali tidak memperkerjakan pelayan di sana karena ia tidak ingin sampai bocor jika mereka tinggal bertiga bersama kekasih Abram. Semua tugas rumah diserahkan kepada Gisela. Menolak? Tentu saja Gisela tidak menolak. Ia akan menerima apa pun perintah Abram. Seperti seekor kerbau yang harus patuh pada tuannya.

Di rumah itu, Gisela tidak tidur di kamar utama bersama Abram. Ia tidur di kamar belakang yang lebih pantas untuk seorang pelayan. Namun, ia tidak menolak dan justru merasa senang karena setidaknya bebas dari bentakan Abram seperti biasanya. Lagi pula, kamar tersebut lebih nyaman daripada di sofa yang terletak di kamar Abram yang biasa ia tiduri.

Ketika Gisela sedang sibuk menyapu ruang tamu, ia menghentikan aktivitasnya saat melihat kepulangan Abram dari kantor. Gisela meletakkan sapu secara cepat dan hendak menyambut Abram. Namun, langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis cantik yang berjalan di belakang Abram. Tatapan Gisela pun terpaku pada koper yang dibawa oleh Abram. Kemudian, ia menghela napas panjang dan bersiap menguatkan hatinya sendiri.

"Dia istri kamu?" tanya wanita tersebut. Abram tidak menjawab, hanya menatap Gisela penuh kebencian.

Gisela tersenyum simpul sembari menangkup tangan di depan dada. "Selamat datang, Nona Muda. Anggap saja saya pelayan di rumah ini."

Abram terperanjat saat Gisela justru berbicara seperti itu. Ia pikir Gisela akan marah bahkan mengusir kekasihnya, tetapi tidak. Wanita itu justru menganggap dirinya adalah pelayan di sana. Sementara wanita cantik yang berdiri di samping Abram tersebut, merasa tidak enak hati sendiri. Padahal ia sudah tahu kalau Gisela adalah istri sah Abram.

"Lebih baik kita beristirahat, Sayang." Abram merangkul pinggang Stevani, kekasih Abram, dengan mesra. Lalu berjalan pergi tanpa peduli pada Gisela yang sedang menatap mereka dengan tatapan susah dijelaskan.

"Huh! Mulai hari ini aku harus bersiap untuk menguatkan hatiku." Gisela mendes*hkan napas ke udara secara kasar. Hati wanita itu sebenarnya sangat sakit, tetapi ia tidak mau menunjukkan kelemahannya di depan mereka. Ia tidak ingin menjadi bahan cemoohan oleh mereka. Bagaimanapun keadaannya, ia harus tetap kuat.

Tidak ingin larut pada kesedihan, Gisela memilih untuk ke dapur dan menyiapkan makan malam. Biarlah ia seperti pembantu di sana, yang terpenting ia tidak tinggal bersama mama mertuanya yang sangat kejam bahkan sering bertindak kasar.

Dua jam berlalu, makanan untuk makan malam sudah siap. Gisela duduk menunggu Abram dan kekasihnya turun. Namun, hampir lima belas menit berlalu, mereka berdua tidak juga kelihatan batang hidungnya. Gisela berniat hendak memanggil mereka, ttepai hatinya mendadak ragu.

"Haruskah aku memanggil atau membiarkan mereka tidak makan malam," gumam Gisela penuh kebimbangan. "Lebih baik aku panggil mereka saja. Kasihan kalau mereka kelaparan."

Gisela memilih memanggil kedua orang tersebut yang berada dalam satu kamar utama. Langkah Gisela tampak meragu, tetapi ia berusaha untuk tetap melanjutkannya. Ketika telah sampai di depan pintu, ia menatapnya terlebih dahulu. Merasa bimbang. Namun, Gisela merasa yakin akan tetap membangunkan mereka.

"Ahh ... ahh ... pelan-pelan, Sayang."

Tangan Gisela yang hendak mengentuk pintu itu pun tertahan sebelum satu pun ketukan terdengar. Ia merem*s dada saat merasakan hatinya berdenyut sakit mendengar desah*n Stevani. Mereka sedang bercinta. Hal yang seharusnya dilakukan Abram dengan dirinya bukan wanita lain.

Cukup lama terpaku di depan pintu sembari mendengarkan desah*n yang membuat mata dan hatinya memanas, Gisela pun memilih untuk pergi. Ia tidak sanggup lagi. Ia menulis sebuah pesan dan menaruhnya di meja makan. Lalu bergegas masuk kamar dan menguncinya rapat. Ketika tubuhnya sudah mendarat di atas ranjang, di situlah tangisan Gisela pecah. Ia sesenggukan, merasakan dadanya sakit seperti dihantam batu yang sangat besar.

"Kenapa kamu tega sekali, Mas." Gisela berusaha meredam tangisnya menggunakan bantal. Khawatir Abram akan mendengarnya. Meskipun ia tahu kalau Abram tidak mungkin datang padanya karena lelaki itu sedang sibuk bercinta dengan sang kekasih.

***

Saat jam sudah menunjuk pukul sepuluh malam, Abram turun dari kamar. Meninggalkan Stevani yang sedang tertidur lelap karena rasa lelah setelah percintaan panas mereka. Abram memindai seluruh ruangan yang tampak sepi. Ia yakin kalau Gisela pasti sudah tertidur.

Langkah Abram mendekat pada meja makan dan melihat ada beberapa hidangan di sana yang telah dingin. Tatapan Abram tertuju pada secarik kertas yang tergeletak di dekat piring. Dengan segera Abram meraih dan membaca tulisan tersebut.

Mas, ini makan malam kalian. Aku sudah menyiapkannya, tapi barusan saat aku akan memanggil kalian, sepertinya kalian sedang sibuk memadu kasih. Jadi, aku tidak ingin mengganggu. Aku menyiapkan makan ini saat masih hangat. Mungkin saat kamu membaca pesan ini makanan itu sudah dingin. Maaf. Kalau kamu lapar dan tidak ingin memakan makanan dingin, bangunkan aku saja. Aku akan membantumu menghangatkannya :)

Abram membaca tulisan tersebut secara perlahan. Ia merasa ada perasaan yang susah dijelaskan di dalam hatinya. Abram benar-benar tidak tahu apa yang dilakukan istrinya. Wanita itu bahkan tidak marah ketika suaminya bercinta dengan wanita lain. Ia masih bisa menawarkan perhatian. Apalagi dengan emot senyum di akhir kalimat membuat hati Abram mendadak gelisah.

Dengan langkah lebar Abram menuju ke kamar di belakang. Rasanya ingin sekali melihat keadaan sang istri. Selama berjalan ke belakang ia menatap sekitar ruangan tersebut yang cukup gelap karena beberapa lampu sudah dimatikan.

Abram berdiri di depan pintu dan bersiap hendak mengetuk. Namun, ia terkejut saat pintu tiba-tiba terbuka dan Gisela keluar dari sana. Gisela pun terkejut melihat keberadaan Abram di depan pintu kamarnya.

"Kamu di sini, Mas?" tanya Gisela heran. Namun, Abram hanya diam dan melihat kedua mata istrinya yang tampak sembab. Kentara sekali wanita itu habis menangis, tetapi Abram segera memalingkan wajah dan bersikap seolah tidak peduli.

"Aku mau makan," kata Abram tanpa menatap istrinya.

"Baik. Aku panaskan dulu." Gisela segera menutup pintu dan berjalan tergesa. Ia bahkan meninggalkan Abram begitu saja.

"Kenapa kamu terburu-buru?" Abram mengejar Gisela yang sudah hampir sampai di ruang makan. Wanita itu berbalik dan menatap Abram yang sudah berhenti beberapa meter darinya.

"Kamu pasti sudah sangat lapar. Lain kali, kalau keadaan seperti ini, sebelum turun kamu bisa telepon aku dulu, Mas. Aku akan menghangatkan makanannya agar setelah kamu turun dari kamar, kamu tidak perlu menungguku menghangatkannya lagi," kata Gisela begitu enteng seolah tanpa beban. Wanita itu pun berlalu begitu saja memunguti makanan di meja dan membawanya ke dapur. Sementara Abram hanya bergeming di tempatnya dan menatap Gisela sangat lekat.

"Kenapa dia tidak terluka sama sekali dan masih berbuat baik padaku," gumam Abram. Ia merasakan sebuah gelayar aneh yang menjalar ke seluruh tubuh seiring aliran darahnya dan hal itu mampu membuat denyutan yang sangat kuat di hatinya.

1
Ona Manek
terima kasih Thor...
Nur Ain
perempuan bodo
Nur Ain
aih cemburu ke
Anonymous
ok
Intan Carla Hasugian
ya endingnya..sedihhh..tokoh utama wanita nya pergi ke abadian..biasanya kan menyerah.tp akhirnya bahagia dgn yg lain..tp bagusss novelnya..beda u kali ni
maria handayani
/Toasted/
Ahsin
hadeh baru ini baca novel bkin emosi pemeran wanitanya yg oon
Ahsin
kalau ini anak Perempuanku pst kuhajar bkin emosi terlalu bego, Uda di kdrt masih menjd budak cinta
Ahsin
bkin emosi SM pemeran wanitanya terlalu oon
Ahsin
perempuan bodoh yg masih mau bertahan
Ahsin
bkin emosi pura2 kuat ujung2nya mewek knp hrs pingsan klu ikhlas lihat suami dan selingkuhan
Ahsin
antara bego dan pura2 kuat beda tipis
Jumaedah 82
pergilah yg jauh Gisel dan kembali dngn kesuksesan
Jumaedah 82
terlalu dibutakan cinta itu Gisela
Jumaedah 82
penjarain aja pak
Vita
gisela tolol mau aja diinjak injak suaminya
Jumaedah 82
knp masih bertahan JD emosi aku membacanya thor
Jumaedah 82
sok kuat aja ni Gisel
Jumaedah 82
mending cerai aja thor
Jumaedah 82
mending pergi aja diam2 drpd disiksa tiap hari sakit tau gak sih thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!