Aku diasingkan layaknya debu tak berarti. Siapa pun yang mencoba mendekati ku, maka mereka ikut terkutuk. Akulah gadis berkacamata empat dengan segala kekuranganku, dan mereka semua menikmati menonton ku yang terkena bully tanpa peri kemanusiaan.
"Hey, Cupu! Tempatmu dibawah sana, bukan di atas bersama kami." seru Sarah di depan seluruh anak kampus.
Penghinaan dan kekejian para pembully sudah melewati batasnya.
"Don't touch Me!" seru Rose.
Tak ada lagi hati manusia. Semua hanyalah jiwa kosong dengan pikiran dangkal. Buta, tuli, dan bisu. Yah, itulah kalian. ~ Rose Qiara Salsabila.
Wanita berkacamata empat dengan julukan cupu sejak menapaki universitas Regal Academy itu berjuang mencari ketulusan seorang teman. Hingga pembullyan para teman seuniversitas membangkitkan jati dirinya.
Siapa sangka si cupu memiliki dunia lain di balik kepolosannya. Bagaimana cara Rose menghukum para pembully dirinya? Apakah ada kata ampun dan maaf dalam kamus hidup Rose?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asma Khan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: PANGGILAN- GENK MOTOR-JALAN VETERAN
Mobil yang melaju dan hampir melewati kedua sahabatnya, membuat Sarah melakukan usaha pertamanya. "Toloooong!"
Tangannya menggedor jendela mobil, membuat Dela dan Prita saling tatap. Kejadian itu terjadi begitu cepat, hingga kesadaran keduanya datang terlambat. Sesaat dua gadis itu saling pandang, "SARAH DICULIK!"
Jeritan Sarah dengan mobil melaju cepat melewati Prita dan Dela, membuat dua gadis itu bingung. Hingga keduanya sadar, saat sekilas wajah preman di dalam mobil nampak dari kaca spion.
"Bagaimana ini? Astaga kenapa jadi Sarah yang diculik sih?!" racau Dela dengan tatapan nanar ke arah mobil yang sudah menghilang di balik tikungan di depan sana.
Dela panik, sedangkan Prita langsung mencari ponsel di dalam tas slempang nya. Kemudian mendial nomor atas nama om Atmaja papa dari sahabatnya, tapi panggilan yang tersambung tidak ada jawaban. Berulang kali mencoba lagi dan lagi. Tetap saja tidak ada yang menjawab. "Aduh si om kemana ya? Tumben bener di telfon gak langsung diangkat....,"
"Gimana? Bisa dihubungi gak om Atmaja?" tanya Dela, membuat Prita menggelengkan kepalanya.
"Aku coba telfon Riswan aja, tunggu." balas Prita mematikan panggilan telepon, lalu beralih mendial nomor kekasih sahabatnya. "Ayolah, angkat!"
[Halo? Kalian dimana sih? Aku....,]
"Sarah diculik. Cepat ke jalan Veteran!"
[Loe waras 'kan? Jangan ngada-ngada deh.]
"WOI!" Prita berteriak lantang, "SARAH DICULIK, LOE MALAH BANYAK CAKAP. BURUAN KESINI!"
Tanpa menunggu jawaban dari Riswan. Gadis itu mematikan panggilan, tapi tatapan Dela tercengang melihat ke arahnya. Sudah pasti sang sahabat terkejut dengan tindakannya barusan. Lihat saja kedua tangan Dela menutupi kuping.
"Sorry, aku terbawa emosi. Bisa bantu aku bangun?" pinta Prita lembut.
Serem amat sahabatku, biasanya cuma diem. Ternyata sekali kesal, speaker masjid aja kalah. ~batin Dela seraya membantu Prita untuk bangun.
"Auuw, pelan. Rasanya nyeri banget....,"
"Kita ke klinik dulu, bagaimana?" tanya Dela ikut ngilu melihat ekspresi wajah Prita yang meringis kesakitan.
"Gak usah. Sarah diculik, kita harus cari dia. Soal kaki ku, aku bisa tahan kok." protes Prita.
Begitulah Prita, meskipun seburuk apapun kedua sahabatnya tetaplah ia sayangi. Terlebih lagi kini papa Sarah memberikan bantuan pada bisnis kakaknya. Semua yang terjadi tidak mungkin kebetulan. Termasuk kisah persahabatan genk cantika. Apapun itu, kasih sayang yang selama ini ditunjukkan tetap tulus.
Kedua gadis itu akhirnya menunggu di tepi jalan dengan wajah cemas. Tidak ada percakapan. Prita masih berusaha menahan rasa nyeri di kaki, sedangkan Dela dengan setia menjadi tempat sandaran dengan rangkulan tangan sang sahabat. Panas matahari membakar, tetap saja mereka tidak bergerak dari posisinya.
Satu jam berlalu,
Suara deru motor terdengar dari arah utara. Tak berselang lama, rombongan genk motor terlihat. Motor sport merah menyala dengan pengemudinya yaitu Ridwan memimpin pasukannya.
"Astaga nih anak, kenapa pake bawa rombongan segala?" gumam Dela.
"Bersyukurlah, setidaknya sekarang bisa cari Sarah dengan bantuan genk motor Riswan." Prita melambaikan tangannya agar gerombolan anak-anak motor datang menghampiri.
Breeem!
Breeem!
Ciiiit!
Motor yang terlihat mencolok berhenti di depan kedua gadis itu, lalu sang pengendara turun dari motornya setelah standar menahan body mesin itu. Tak lupa helm hitam besar di lepaskan, "Dimana Sarah?"
"....,"
"Sudah jangan berdebat! Kita harus cari Sarah, dan jangan anggap ini lelucon." Prita mencegah Dela, dimana gadis itu memanyunkan bibir sepuluh senti, dan hanya bisa menelan salivanya sendiri.
"Bisa jelaskan kronologinya dulu?!" Riswan menatap Prita dan Dela dengan serius
Prita menjelaskan dengan tubuh dipapah Dela seraya menahan sakit kakinya yang keseleo. Hanya membutuhkan waktu lima belas manis untuk menceritakan kilas balik penculikan. Dimana mereka yang awalnya niat untuk menculik Qia. Justru kini Sarah yang diculik. Penjelasan Prita membuat Riswan berpikir keras.
"Tunggu, kalian mau menculik Salsa? Kenapa?" Riswan semakin menatap Prita dan Dela menyelidik, "Tadi pagi, aku dengar seluruh kampus membicarakan pertemanan kalian. Jangan-jangan?"
"Semua itu hanya bagian dari sandiwara. Kami sepakat membuat si cupu menerima hukuman....,"
Riswan langsung menjambak rambutnya sendiri, lalu menunjuk ke arah Dela. "Kalian ini tidak waras? Ayo, naik! Kita cari Sarah!"
"Riswan! Kemana kita cari Sarah? Pastinya penculik tadi udah jauh dari sini." Celetuk Prita menghentikan pergerakan pria itu yang baru saja mengambil helm dari atas motornya.
"Guy's. Kita bagi tiga kelompok! Aku ke jalan utama, Niko pimpin ke jalan sisi barat, dan kamu Brenz pimpin ke jalan timur!" Riswan memberikan arahan dan langsung mendapatkan acungan jempol dari anak buahnya sekaligus teman genk motornya.
"Kalian hafal mobil Sarah 'kan?" tanya Prita memastikan.
"Ayo, naik! Mereka tahu tanpa harus diingatkan." Riswan menaiki motornya, lalu mengulurkan tangannya ke arah Prita. "Dela, kamu ikut Niko atau Brenz aja. Aku males dengar ceramahmu."
"Apa....,"
Prita mengusap lengan Dela. "Aku duluan, Sarah menunggu kita. Jangan buang waktu lagi. Ayo!"
Riswan mengajak dua sahabat kekasihnya itu untuk ikut berpencar mencari keberadaan Sarah melalui GPS. Tentu saja tanpa menjelaskan pada dua gadis itu, toh tidak ada gunanya mengatakan rencana dari dalam kepalanya. Rombongan genk motor Riswan meninggalkan jalan Veteran hingga di persimpangan berpisah untuk mencari jejak mobil milik ketua genk cantika.
Kepergian rombongan itu, membuat langkah seorang pria dengan penampilan modis tubuh yang terbalut kaos polo tipis, dengan celana jeans hitam, sepatu sneakers hitam, jam tangan hitam ditangan kanannya keluar dari balik pohon di tepi jalan. Wajah tampan yang terpapar sinar matahari semakin menambah kilau cool.
"KELUAR!" ucapnya tegas seraya menyilangkan kedua tangannya di dada menanti gadis yang bersembunyi di belakangnya.
"....,"
aku baca ulang lagi deh
maaf saya pembaca pendatang baru 🙏
dan akhirnya aku susah memahami....
sadis banget sampai memakan korban jiwa 😢😢