Mengisahkan Tentang Perselingkuhan antara mertua dan menantu. Semoga cerita ini menghibur pembaca setiaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gita Arumy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan Gelap
Langkah Pertama yang Salah
Malam itu, rumah terasa sunyi. Nisa belum pulang dari pekerjaan lemburnya, dan Maya sedang duduk di ruang tamu, menatap televisi yang menyala tanpa benar-benar memperhatikan isinya. Arman, yang baru selesai mandi, keluar dengan pakaian santai. Mereka saling bertukar pandang sekilas, ada rasa canggung yang sulit diabaikan.
Maya mencoba bersikap biasa. "Kau tidak pergi tidur, Arman?"
Arman menggeleng, duduk di sofa seberang. "Belum mengantuk. Anda sendiri?"
Maya hanya mengangkat bahu. Keheningan kembali mengisi ruangan, tetapi ada sesuatu di udara yang terasa berbeda—tegang, tetapi juga menggoda.
"Arman," Maya akhirnya berkata, dengan suara pelan, "mungkin kita harus berhenti terlalu banyak berbicara... tentang hal-hal yang membuat kita tidak nyaman."
Arman menatap Maya, matanya penuh dengan kebimbangan. "Saya setuju. Tapi, saya rasa kita berdua tahu bahwa ini lebih sulit dari yang terlihat."
Malam itu menjadi awal dari hubungan yang tak seharusnya terjadi. Pandangan mata yang terlalu lama, percakapan yang terlalu dalam, hingga sentuhan kecil yang seharusnya tak ada—semuanya perlahan membentuk ikatan gelap di antara mereka.
Permainan Api
Hari-hari berikutnya, Maya dan Arman semakin sulit menjaga jarak. Hubungan mereka berkembang dari sekadar percakapan menjadi perhatian-perhatian kecil yang tersembunyi. Arman mulai membantu Maya lebih sering—membawa barang belanjaan, memasak bersama, atau sekadar duduk dan berbincang di malam hari.
Namun, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa ada sesuatu yang berubah. Ketika Nisa ada di rumah, mereka menjaga sikap sebaik mungkin. Tetapi ketika Nisa pergi, dinding pertahanan mereka runtuh sedikit demi sedikit.
Suatu sore, ketika Nisa pergi menghadiri acara kantornya, Arman mendapati Maya di dapur, mencoba membuka toples yang keras. Ia mendekat, menawarkan bantuan.
"Biarkan saya, Maya," katanya, mengambil toples itu dari tangan Maya.
Ketika ia berhasil membukanya, tangan mereka bersentuhan. Sentuhan itu berlangsung lebih lama dari yang seharusnya. Maya mencoba menarik tangannya, tetapi Arman tetap memegangnya, menatap dalam ke matanya.
"Maya...," bisik Arman, suaranya penuh keraguan tetapi juga keinginan.
Maya menelan ludah, mencoba mencari kata-kata untuk menghentikan situasi ini. Namun, sebelum ia sempat bicara, Arman mendekat, bibirnya hampir menyentuh bibir Maya.
"Arman, kita tidak boleh," bisik Maya, meski suaranya terdengar rapuh.
Namun, saat itu, logika kalah oleh perasaan. Ciuman pertama mereka terjadi—cepat, ragu-ragu, tetapi cukup untuk membuka pintu bagi hubungan gelap yang mereka tahu salah.
Janji yang Tak Terucap
Setelah ciuman itu, mereka terdiam lama, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Maya merasa bersalah, tetapi juga tak bisa memungkiri bahwa hatinya berdebar.
"Kita harus menghentikannya," kata Maya dengan suara pelan.
Arman mengangguk. "Ya, kita harus."
Namun, meski kata-kata itu terucap, hati mereka mengatakan hal yang berbeda. Malam itu, keduanya berjanji, tanpa perlu diucapkan, untuk merahasiakan apa yang telah terjadi. Tetapi rahasia itu hanya membuat mereka semakin terikat.
Kedekatan yang Berbahaya
Hari-hari berlalu, dan hubungan mereka semakin sulit dikendalikan. Mereka mulai mencari alasan untuk bersama—baik itu di dapur, taman, atau bahkan di ruang tamu saat Nisa tertidur.
Arman menjadi lebih perhatian pada Maya, sementara Maya merasa dirinya kembali hidup dengan kehadiran Arman. Namun, setiap kali mereka bersama, ada bayangan rasa bersalah yang selalu mengikuti.
Ketakutan yang Mengintai
Nisa mulai merasa ada sesuatu yang berbeda di rumah. Hubungan antara ibunya dan suaminya tampak terlalu akrab, meskipun ia tidak bisa menunjuk dengan pasti apa yang salah.
Suatu hari, Nisa bertanya pada Maya, "Ibu, kau sering menghabiskan waktu dengan Arman belakangan ini. Apa ada sesuatu yang terjadi?"
Maya terkejut, tetapi dengan cepat menyembunyikan kegugupannya. "Oh, tidak ada apa-apa, Nisa. Kami hanya sering berbicara. Kau tahu, dia baik hati dan selalu mau membantu."
Jawaban itu cukup untuk membuat Nisa tenang, tetapi ketegangan di dalam rumah semakin terasa.
Malam yang Fatal
Hubungan gelap Maya dan Arman akhirnya mencapai puncaknya suatu malam ketika Nisa harus pergi ke luar kota selama beberapa hari. Dengan rumah yang hanya milik mereka, batas terakhir pun runtuh.
Di bawah langit malam yang gelap, mereka saling mengakui perasaan yang selama ini mereka simpan. "Ini salah," kata Maya berulang kali, tetapi ia tak mampu menolak saat Arman memeluknya dengan erat.
Malam itu, hubungan mereka berubah dari sekadar godaan menjadi sesuatu yang lebih dalam dan tak termaafkan.
Hari-hari setelah malam itu terasa lebih sulit. Maya dan Arman kini hidup dalam kebohongan yang semakin besar. Mereka harus berpura-pura di depan Nisa, tetapi saat mereka sendirian, hubungan mereka semakin intens.
Maya mulai takut, tetapi ia juga tidak bisa melepaskan diri dari rasa nyaman yang diberikan Arman. Di sisi lain, Arman merasa bersalah, tetapi ia juga tak ingin kehilangan Maya.
Jejak yang Tertinggal
Tanpa sadar, mereka mulai meninggalkan jejak. Sebuah saputangan yang tertinggal di kamar Arman, aroma parfum Maya di jaket Arman, atau tatapan mata yang terlalu lama di meja makan.
Nisa mulai curiga, tetapi ia mencoba mengabaikan pikirannya sendiri. Ia berpikir, mungkin ia hanya terlalu lelah dan mulai membayangkan hal-hal yang tidak masuk akal.
Suatu malam, ketika Nisa pulang lebih awal dari yang direncanakan, ia mendapati sesuatu yang membuat dunianya runtuh. Dari balik pintu yang sedikit terbuka, ia melihat ibunya dan suaminya duduk terlalu dekat, tangan mereka saling menggenggam.
Meskipun itu hanya momen kecil, itu cukup untuk membuat Nisa mulai menyadari ada sesuatu yang benar-benar salah.
Namun, saat itu, Maya dan Arman telah melewati titik tanpa kembali. Hubungan gelap mereka kini menjadi sebuah rahasia besar yang mengancam menghancurkan kehidupan semua orang yang terlibat.