Alvia Alianza, wanita yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu tahun. Ia menikah dengan Bintang Askara. Pemuda tampan yang membuat para wanita selalu mengejarnya.
Namun pernikahannya bukanlah pernikahan yang di idamkan oleh setiap wanita.
Karena pernikahannya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi hubungan Bintang dan kekasihnya.
Bintang telah membayarnya untuk menikah dengannya selama satu setengah tahun ke depan. Karena orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya.
Bagaimana kisah kehidupan Via selanjutnya? ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 9
Bintang mengetuk pintu kamar Via. Lusa di perusahaan miliknya akan mengadakan perjamuan yang akan di hadiri oleh beberapa koleganya termasuk perusahaan Papanya.
Setiap tamu undangan di haruskan membawa pasangan masing-masing. Karena Papanya dan Mamanya pasti akan hadir di sana, mau tak mau Bintang harus membawa Via untuk datang bersamanya.
Beberapa kali Bintang mengetuk pintu kamar Via,tak ada sahutan ataupun tanda-tanda akan terbukanya pintu kamar tersebut.
"Apa gadis itu belum pulang? Tapi ini sudah terlalu larut. Lalu kemana gadis itu saat ini?" gumam Bintang dalam pikirannya.
Karena merasa Via tidak ada di kamarnya, Bintang pun bergegas turun kebawah untuk bertanya pelayan kemana Via pergi.
Sampai di bawah, Bintang tidak mendapati satu pun pelayannya di sana. Jelas saja karena mereka pasti berada di alam mimpinya karena jam menunjukkan pukul sebelas malam.
Hingga Bintang pun memutuskan untuk menunggu Via di taman yang ada di luar rumahnya. "Gadis itu sungguh keterlaluan! Aku sudah membiarkannya terlalu bebas selama ini sehingga ia mulai berani dengan ku!" sungut Bintang karena sepertinya ia sudah lama tidak bertemu dengan Via walaupun mereka tinggal di atap yang sama.
"Awas saja kalau dia sampai mempermalukan ku nanti. Pasti saat ini dia sedang bersama dengan banyak pria. Aku tahu dia gadis seperti apa. Dia hanyalah gadis munafik yang menginginkan banyak harta. Aku tidak akan pernah tertipu dengan penampilannya itu. Dia menyetujui pernikahan kontrak ini hanya untuk uang," cibir Bintang saat ini.
Dia selalu beranggapan bahwa Via adalah gadis materialistis. Karena Via beberapa kali meminta uang kepada Bintang dalam jumlah yang besar.
Sebenarnya Via memintanya untuk biaya lanjutan ibunya di rumah sakit. Tapi Bintang tidak pernah tahu dan mengira uang itu hanya untuk Via berfoya-foya saja.
Tidak berapa lama kemudian, Bintang melihat ada mobil yang memasuki halaman rumahnya. Ia seperti mengenali mobil tersebut.
Di lihatnya dari taman tersebut seseorang turun. Sesosok gadis cantik terlihat tengah berbicara dengan seseorang di dalam mobil tersebut.
Gadis itu melambaikan tangannya saat mobil itu mulai meninggalkan halaman rumah Bintang.
Bintang mengerutkan keningnya saat melihat gadis itu yang hendak melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Ia berpikir keras siapa gadis itu.
Bintang bergegas berjalan dengan cepat menghampiri gadis yang tak lain adalah Via.
"Berhenti di sana!" teriak Bintang saat melihat gadis di depannya hendak membuka pintu rumahnya.
Bintang segera menghampiri Via yang terdiam di tempatnya karena teriakan Bintang.
"Siapa Kau?! Kenapa Kau mau masuk kedalam rumah ku?" Bintang bertanya tepat di belakang Via.
Via begitu terkejut mendengar suara Bintang di belakangnya. Selama ini tiap malam Bintang pasti sudah tidur saat dirinya pulang. Via merasa heran karena Bintang belum tidur saat ini.
Dengan ragu Via membalikkan badannya. Ia menatap Bintang yang nampak terkejut menatap dirinya.
"Kau belum tidur?" tanya Via.
Bintang mengenali suara itu. Kini ia tahu siapa gadis di depannya itu. Bintang pun menatap Via dengan tatapan sinisnya.
"Jadi istri bayaran ku?! Ternyata Kau memanglah gadis yang tidak baik. Ah, Aku tahu, Kau pasti tengah bersama seorang pria di luar sana kan hingga Kau pulang selarut ini?! Dasar gadis murahan! Kau pikir dengan merubah penampilan mu itu Aku akan tertarik dengan mu?! Justru Aku merasa sangat membenci mu!" Bintang berkata dengan begitu pedasnya.
Mendengar cacian Bintang, Via merasakan sakit hati. Sungguh mulut pedas suaminya membuatnya merasa sakit sedalam-dalamnya.
"Ya, kalau Aku wanita murahan Kau mau apa?! Lalu apa sebutan untuk kekasihmu itu?!" Via berkata tak kalah kerasnya.
"Jangan pernah membandingkan dirimu yang murahan itu dengan kekasihku. Kau tidak pantas membandingkan dirimu dengannya!"
"Aku tak pantas?! Ck, kalau kekasih mu itu wanita baik-baik, dia tidak akan menyerahkan dirinya dengan tidur bersama suami orang lain. Lalu apa bedanya dia dengan ku yang murahan ini menurut mu?!" Via berkata dengan nada yang begitu sinis.
Sementara Bintang mengepalkan tangannya karena Via menjelekan Alesha.
Sebenarnya memang benar apa yang Via katakan tentang Alesha. Alesha tidak tulus mencintai Bintang. Alesha hanya mengincar harta Bintang saja.
Namun Bintang terlalu di butakan oleh perasaannya saja. Sehingga membuatnya menjadi pria yang begitu bodoh.
Karena terlalu marah dengan ucapan Via tentang kekasihnya. Bintang menarik pergelangan tangan Via memasuki rumah.
Ia terus saja menarik Via menuju ke kamarnya tanpa memperdulikan Via yang meronta meminta Bintang untuk melepaskannya.
"Bintang! Lepaskan! Kau menyakitiku!" pekik Via saat Bintang terus saja menariknya.
Bintang begitu marah saat ini. Ia menghempaskan tubuh Via ke atas ran..jang miliknya dan langsung menindihnya.
Dengan brutal ia menciumi bibir Via.
"Emmmt... Lepaskan! Dasar ba..ji..ngan! Lepaskan Aku!!" pekik Via terus meronta.
Namun Bintang sudah di butakan oleh kemarahannya sehingga ia tak mendengar apapun lagi. Bintang terlalu marah saat Via menjelekan kekasihnya.
"Kau akan merasakan akibatnya karena sudah menghina kekasih ku! Dasar wanita murahan!"
"Tidak! Lepaskan Aku ba..ji..ngan. Aku membancimu! Kau adalah pria bre..ngsek!" Via terus saja melontarkan kata-kata kasarnya kepada Bintang karena mendapatkan perlakuan hina dari suaminya.
Bintang terus saja mencium bibir Via membabi buta. Bahkan tangan kanannya kini me..re..mas buah kembar milik Via. Sementara tangan kirinya ia gunakan untuk mengunci kedua tangan Via di atasnya.
Via terus saja memberontak, meronta, bahwa buliran-buliran bening itu terus saja menetes seiring rasa sakit hati atas perlakuan suaminya saat ini.
Dengan gerakan cepat, Bintang merobek seluruh pakaian yang Via kenakan saat ini. Tenaganya begitu kuat sehingga Via tidak mampu untuk melawannya.
Ia ketakutan saat ini. Bintang sudah sangat menghinanya. Bahkan kini Bintang sudah menciumi seluruh tubuh Via.
Via menyesal. Menyesal karena sudah memancing kemarahan Bintang. Kini ia begitu membenci pria di depannya itu.
"Kau akan merasakan bagaimana murahannya dirimu!" Bintang membuka celananya dengan cepat. Lalu ia memposisikan tubuhnya untuk memasuki milik Via.
Bintang mendorong tubuhnya dengan cepat, hingga Via pun berteriak histeris saat merasakan di bawah sana terasa begitu robek dan begitu nyeri.
Bintang merasa begitu terkejut saat menyadari bahwa dirinya adalah pria pertama yang merenggut kesucian istrinya.
Ia merasakan miliknya terasa begitu sempit berada dalam milik istrinya. Bahkan miliknya belum masuk sepenuhnya ke dalam milik istrinya.
Namun rasa sempit dan nikmat itu menghujam milik Bintang. Hingga ia pun semakin mendorong tubuhnya hingga miliknya masuk sempurna ke dalam milik istrinya.
Via mencengkeram erat tubuh Bintang dan meninggalkan goresan kuku-kukunya di punggung Bintang.
Bintang memompa tubuhnya dengan begitu cepat tanpa memperdulikan Via yang berteriak kesakitan.
Semakin lama Bintang memompanya semakin cepat dan cepat. Hingga dirinya pun mulai merasakan hampir menuju ke puncaknya.
Sementara Via, ia terus saja menangis dan menghiba agar Bintang berhenti melakukannya. Namun Bintang terus saja menghujam miliknya dan sesaat kemudian Bintang menumpahkan lahar panasnya kedalam rahim Via.
Rasanya Bintang begitu lega. Rasa nikmat milik istrinya membuatnya lupa diri dan telah sangat menyakiti Via dan meninggalkan bekas luka dalam hati Via dengan begitu dalam.
Bintang membaringkan tubuhnya di samping Via yang meringkuk menangis dan merasakan perih yang teramat perih di bawah sana.
Ia ingin sekali pergi sejauh-jauhnya dari sana. Namun sebuah kontrak telah mengikatnya untuk bertahan.
***