Kelanjutan dari cinta untuk wisyah.
Buku diary ku, Apakah kamu tahu.
Kini kesabaran ku telah diuji kembali setelah aku tahu tentang rahasia kenapa kedua orang tuaku berpisah. Kini aku harus dihadapkan dengan pernikahan yang tidak aku inginkan berkesan pemaksaan.
Pernikahan yang didasari perjodohan karena sahabat yang baru aku kenal dua bulan terakhir. Menikahkan aku dengan pria yang selalu menatap ku dengan tatapan kebencian, tanpa aku tahu apa sebabnya.
Apa karena masa lalu nya yang pernah di khianati oleh wanita, makanya setiap wanita pasti akan ditatap dengan kebencian termaksud diriku.
Sanggupkah aku bertahan atau aku harus berpisah seperti kedua orang tuaku yang tidak bisa mempertahankan rumah tangga nya.
Apakah aku bisa menghapus masa lalunya dengan kesabaran ku ini yang pada akhirnya akan membawa Cinta untuknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyampaikan sesuatu
Selesai sarapan keluarga itu kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Rafa dan Rafi sudah rapi dengan seragam sekolahnya, sementara Wiyah masih berada di dapur membantu Windi membereskan meja makan.
Di ruangan keluarga, kedua pria itu sedang duduk saling berhadapan, karena ada hal penting yang ingin Fazar sampaikan pada Haidar.
"Apa yang ingin kamu sampaikan, Zar. Apakah itu penting?" Tanya Haidar yang sekarang memanggil Fazar nama saja, karena Fazar sendiri yang memintanya. Walaupun Fazar atasannya, tapi itu di kantor bukan di rumah. Jadi tidak apa kan kalau Haidar memanggilnya dengan sebutan nama saja, walaupun usia mereka hanya berselisih dua tahun.
Sementara Fazar memanggil Haidar dengan panggilan’Kakak’ karena Fazar ingin menghargai Haidar sebagai kakak iparnya.
"Aku hanya ingin menyampaikan ke kak Haidar, kalau nanti malam Wiyah ikut bersama ku pulang kekediaman ku." Jawab Fazar memberitahukan alasan nya kenapa Fazar ingin menyampaikan sesuatu hal penting jika bukan itu.
Haidar yang mendengarnya tersenyum." Bawalah Zar, karena sekarang dia sudah menjadi tanggung jawabnya. Semua yang berhubungan dengannya akan menjadi urusan mu, karena kamu suaminya. Kamu berhak atas dirinya."
"Bukannya setiap istri harus mengikuti langkah suaminya kemanapun suaminya pergi. Asal langkah suaminya selalu mengantar istri-istri mereka ke jalan yang benar, dan tidak masuk kejalan yang salah. Sementara kita sebagai suami mempunyai peran penting, yaitu membimbing mereka kejalan yang benar. Agar kelak, mereka bisa menyiapkan surga untuk kita, sebagai akhir dari perjuangan kita membimbing mereka ke jalan Allah.”
“Istri yang solehah itu berasal dari suami yang selalu menuntun mereka bukan menyakiti mereka. Tapi ada juga istri yang solehah tapi suami menyakiti nya atau sebaliknya, suami yang soleh tapi istri menyakiti suaminya. Semuanya sudah di atur ketempat masing-masing. Sebagai umat nya kita harus banyak-banyak berdoa untuk mendapatkan pasangan yang Soleh dan Soleha. Tapi kalau mendapatkan sebaliknya, kita harus banyak-banyak bersabar dan berdoa agar pasangan kita di berikan hidayah dan di perlihatkan baik dan buruk nya sifatnya. Sekarang kamu suami adikku, Zar. Tanggung jawab ku sudah selesai dan kamu sebagai suaminya memiliki tugas membenarkan langkahnya kejalan yang benar."
Fazar terdiam mendengar setiap kalimat yang Haidar ucapkan. Fazar masih mencerna setiap katanya, hingga ia membenarkan perkataan Haidar. Karena dirinya juga berfikir, kalau setiap istri tidak pantas untuk di sakiti tapi mereka berhak untuk di cintai bagaimanapun sifat mereka.
"Apakah aku harus mencintainya atau tetap membenci nya? Tapi lain dari sisi hati ku membenci nya karena kejadian itu. Jika aku membencinya, sekarang dia istriku bukan gadis yang hampir menjebak ku." Batin Fazar mempertanyakan ruang hatinya karena sudah telanjur membenci gadis yang sekarang sudah sah menjadi istrinya.
Menyadari Fazar terdiam, Haidar memanggil nya." Zar." Panggil Haidar, membuat Fazar tersadar dari lamunannya.
" Iya kak."
"Ada yang sedang kamu pikirkan?" Tanya Haidar, langsung mendapatkan gelengan dari Fazar.
“Tidak ada kak."
"Berarti nanti malam Wiyah ikut bersama mu?"
“Iya kak, rencananya nanti malam aku langsung menjemputnya setelah aku selesai dengan urusan kantorku di kota B."
“Aku menyerahkan semua tanggung jawabku pada mu Zar, setelah adikku menikah denganmu. Aku yakin kamu pria baik yang bisa menjaganya dan tidak akan menyakitinya." Ucap Haidar dengan serius menatap pria didepannya dengan tatapan begitu dalam.
Setelah adiknya menikah tanggung jawabnya telah selesai, dan Haidar percaya Fazar bisa menyayangi adiknya itu, asal keduanya tidak terjebak dalam keegoisan mereka masing-masing.
"Aku akan berusaha untuk menjaganya kak, apapun yang terjadi." Jawab Fazar, walaupun dirinya tidak yakin dengan jawabannya sendiri.
Ia tahu seperti apa dirinya yang sangat membenci istrinya itu hanya karena satu masalah yang sampai sekarang belum selesai.
"Aku mempercayai mu Fazar."
Saat keduanya serius mengobrol membahas Wiyah. Tanpa mereka sadari kalau gadis yang sejak tadi mereka bahas sudah mendengar pembicaraan keduanya.
"Apakah aku harus ikut sementara tuan Fazar membenci ku?" Gumam Wiyah mempertanyakan keamanannya jika nanti dia harus ikut dengan pria berstatus suaminya. Wiyah takut, kalau Fazar akan menyakiti nya nanti mengingat seberapa benci nya pria itu pada nya.
"Tapi aku sudah berkeluarga, dan aku berhak mengikuti suamiku kemana pun dia pergi. Sampai dia sendiri yang mengusirku dari kehidupannya." Batinnya lagi berusaha untuk menyakinkan dirinya di tengah-tengah ketakutannya.
Wiyah melangkah masuk kedalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya, karena harus berangkat berkerja. Setelah memastikan tidak ada lagi yang tertinggal, Wiyah keluar dari kamarnya.
Sesampainya di ruangan keluarga, dia bisa melihat suaminya masih duduk di sofa, tapi tidak dengan Haidar, karena Haidar mengantarkan Rafa dan Rafi pergi ke sekolah.
"Aku akan mengantarmu." Ucapnya dengan suara dinginnya.
"Tidak—."
"Tidak ada bantahan!" Potong Fazar menatap tajam Wiyah."Ikut dengan ku, karena aku tidak mau sampai keluarga mu menganggap ku tidak bertanggung jawab, karena tidak mengantar mu." Jelas Fazar. Sementara Wiyah tidak mengatakan apapun mendengarnya, kalaupun ia protes pasti pria itu tidak akan mendengar nya dan dirinya pasti di buat diam dengan ancamannya.
Setelah berpamitan dengan kakak ipar nya, Wiyah bersama Fazar keluar dari kediaman Haidar dengan jalan satu-satu.
Fazar berjalan didepan, sementara Wiyah berada di belakangnya seperti anak itik yang mengikuti induknya. Tidak ada perbincangan di antara keduanya, hingga menyisakan suara dari alam dan sekitar mereka.
.
.
Sesampainya di samping mobilnya, Fazar masuk begitu saja kedalam mobilnya tanpa menyuruh Wiyah untuk ikut masuk kedalam.
Saat Wiyah ingin membuka pintu mobil itu, ternyata pintunya sudah terkunci, dan membuat Wiyah tidak bisa masuk.
“Kenapa di kunci?" Tanya Wiyah bingung.
Sementara Fazar dari dalam menatap Wiyah dengan bibir terangkat. Pria itu menatap sinis kearah luar, melihat tingkah bodoh sang istri.
Karena tidak mau menganggu waktu nya, Fazar menurunkan kaca jendela mobilnya, dan dari luar Wiyah bisa melihat wajah dingin suaminya yang terlihat datar dan seperti tidak terjadi apa-apa.
"Kamu bisa jalan kaki kan? Aku sedang sibuk dan tidak bisa mengantar mu." Ucap Fazar, seketika membuat Wiyah melepaskan tangannya dari pegangan pintu.
Tanpa mengucapkan permisi atau berpamitan, Fazar meninggalkan istrinya itu sendiri di depan gang.
Wiyah melihat mobil itu pergi begitu saja tanpa dirinya hanya bisa diam tanpa suara. Menurut Wiyah dia masih bisa jalan kaki dari situ ketempat kerjaan nya yang tidak terlalu jauh dari gang rumah nya.
“Sabar, Wiyah." Ucap Wiyah dengan tangan mengusap dadanya."Ya Allah kuatkan aku agar bisa membuka perasaan suamiku yang sedang tertutup oleh lapisan es tebal, hingga aku kesulitan untuk mencairkan nya. Kuatkan hati ku ya Allah, agar aku bisa menerima sikap nya yang sering sekali berubah-rubah." Batinnya lagi, karena sekarang ia hanya bisa bersabar sampai Fazar menentukan, apakah rumah tangga ini akan berlanjut atau berakhir.
Padahal Baru dua hari menikah tapi Wiyah sudah mendapatkan perlakuan tidak baik dari suaminya. Entah apa yang akan terjadi di saat dirinya mengikuti suaminya nanti. Apakah dia akan mendapatkan perlakuan buruk atau kebahagiaan?
Entahlah, hanya waktu yang bisa memecahkan pertanyaan itu karena sekarang ia hanya perlu fokus bekerja dan kuliah. Ia hanya perlu sibuk agar tidak terlalu memikirkan perlakuan Fazar kedepannya.
"Itu balasan untuk mu, karena semalam sudah mematikan panggilan ku." Gumam Fazar.
Bersambung.
Banyak typo yang bertebaran harap bijak dalam membaca.
Jangan lupa like komen dan vote nya biar author Makin semangat buat up.
Maaf baru up, soalnya author lagi kurang sehat beberapa hari ini, Insyaallah author akan up kembali setelah author aga mendingan.
semoga Anknya cewek.....
Fazar psti bahagia bngt....
gmna jga dgn Nadila....