FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono
Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.
Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.
Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?
Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.
Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.
Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.
Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.
Tidak sa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Tidak Akan Melepaskan
°°°
Revan telah sampai di kampusnya, tapi entah kenapa ia masih belum bisa melupakan senyuman istrinya yang begitu menyejukkan mata. Buru-buru ia mengambil tas dan keluar dari mobil, mencoba mengalihkan pikirannya.
Tepat saat Revan menutup pintu mobilnya, seorang gadis memanggil namanya. Suara yang cukup ia kenal.
"Revan...."
Febby yang sudah menunggu dari tadi langsung menghampiri kekasihnya yang baru saja keluar dari mobil. Ia ingin memastikan jika Revan tidak melakukan apapun bersama istrinya tadi malam.
"Kenapa kau tidak menjawab pesan dan telepon ku tadi malam," ujar Febby dengan wajah sendu.
"Maaf, itu tidak seperti yang kau bayangkan. Aku tidak tau jika ponselku kehabisan baterai dan baru menyalakannya saat tengah malam, aku langsung menghubungimu tapi mungkin kau sudah tidur."
Revan merasa bersalah saat melihat Febby sedih.
Febby ingat semalam ia mengabaikan telpon dari Revan karena sedang apa, tiba-tiba keluar keringat dingin, tapi ia berusaha menampilkan kesedihannya lagi.
"Aku sampai ketiduran karena menunggumu mengabari ku, tapi mungkin kau sedang sibuk dengan wanita itu."
Mencoba membuat Revan merasa bersalah adalah cara yang tepat untuk menutupi kesalahannya sendiri.
"Bukankah sudah aku bilang tadi ponselku mati kehabisan baterai. Sudah ayo jalan, aku ada kelas sebentar lagi dan kau juga kan, nanti kita terlambat."
Febby mengepalkan tangannya, ingin marah dan memaki tapi ia harus menahannya demi mendapatkan simpati dari Revan. Kalau saja dia kenal siapa wanita yang sudah membuat kekasihnya itu melupakannya, pasti sudah ia jambak rambutnya.
Sepanjang jalan di lorong kampus, Febby terus bergelayut manja di lengan Revan. Ingin menunjukkan pada semua gadis disana jika hubungannya dengan idola kampus sangatlah dekat. Ya itu berhasil membuat para gadis yang mengagumi kekasihnya merasa iri, tapi banyak juga yang mencibirnya.
"Kalian lihat itu, aku tau betul seperti apa Febby. Tidak tau apa yang dia lakukan sampai idola kampus seperti kak Revan mau berpacaran dengannya."
Cibir salah satu gadis yang melihat Febby bersama Revan, kebetulan dia satu SMA dengannya dan tau betul bagaimana pergaulan gadis itu.
Tidak tau kenapa di kampus ini para pria memuja Febby, memang saat di SMA dan di kampus sikap gadis itu sangat berbeda. Jika dulu secara terang-terangan dari penampilannya saja dia suka menggunakan rok yang sangat pendek dan suka pergi dengan gerombolan pria berandalan sekolah. Dia juga sombong dan angkuh, menunjukkan bagaimana gadis itu sebenarnya.
Berbanding terbalik saat di kampus sekarang ini, Febby terlihat lebih sopan dalam berpakaian dan sikapnya begitu sopan dan lemah lembut dihadapan teman-temannya.
"Hai kok malah ngelamun." Teriak temannya.
"Aa... tidak."
Lia yang notabene adalah adik kelas Febby hanya berharap jika gadis itu sudah benar-benar berubah, bukan hanya pencitraan semata.
"Apa benar kau pernah satu SMA dengan Febby itu."
Teman yang penasaran pun bertanya lebih jauh lagi.
"Iya," jawab Lia singkat.
"Lalu bagaimana dia dulu, apa benar jika Febby itu bukan gadis baik-baik."
"Aa... itu aku tidak bisa banyak bercerita takut menimbulkan fitnah. Kita doakan saja semoga dia memang sudah lebih baik saat ini."
Lia takut berbicara sembarangan, ia menyesal karena tadi keceplosan berbicara asal.
"Kalau benar, sayang sekali kak Revan yang tampan dan baik itu berpasangan dengan gadis seperti itu."
"Iya benar, aku juga setuju."
"Iya mending kak Revan denganku saja."
Lia bingung harus menanggapi obrolan teman-teman barunya, ia baru saja masuk ke kampus itu dan tidak mau menimbulkan masalah yang bisa mempengaruhi beasiswanya. Ia merutuki mulutnya yang suka asal ceplos saat melihat sesuatu.
,,,
Di sisi lain, ada Revan yang tampaknya tidak nyaman saat Febby terus menempel padanya. Padahal sebelumnya juga seperti itu.
Ada apa ini, kenapa saat dekat dengan Febby, aku merasa bersalah.
Revan pun berulangkali menjauhkan tangan Febby saat akan menyentuhnya.
"Ada apa Van, bahkan sekarang kau tidak mau aku sentuh?" ujar Febby berkaca-kaca.
"Maaf bukan begitu, tapi ini di kampus banyak orang yang melihatnya, sebaiknya kita menjaga sikap."
Bahkan bibir Revan kelu saat ingin mengucapkan kata Sayang pada Febby.
"Tapi bukankah selama ini tidak masalah, apa karena gadis itu kau jadi menjauhi ku. Kau jahat Van."
Febby berlari meninggalkan Revan yang masih mematung di tempatnya.
Apa benar karena Rara, dia yang membuatku seperti ini.
Revan justru memikirkan perkataan Febby tadi, bukannya mengejar atau berusaha menjelaskan pada gadis yang masih ia anggap kekasihnya.
Febby masuk kedalam toilet, ia sangat kesal dan marah pada sikap Revan. Walaupun biasanya pria itu juga sedikit menjaga jarak dengannya tapi tadi sangat berbeda, dia seolah memberi batasan pada dirinya.
"Siaaalll... berani-beraninya gadis itu mengambil Revan dariku. Aku tidak akan membiarkannya, Revano adalah milikku sampai kapanpun tidak akan aku biarkan gadis manapun mengambilnya dariku."
Febby bermonolog dengan bayangan dirinya sendiri didalam cermin besar tempat mencuci tangan, usahanya selama 3 tahun mengejar cinta Revan digeser begitu saja oleh gadis yang baru sehari bersama kekasihnya. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan terus mempertahankan hubungannya dengan sang kekasih.
Walaupun dia juga tidak setia dan mencari pria lain untuk kesenangannya tapi Febby tidak akan rela kehilangan Revan. Pertama kali melihat pria itu ia sudah dibuat jatuh cinta dan karena pria itulah dia berubah, meski pada akhirnya dia kembali pada jalan yang salah karena sang kekasih tidak pernah mau menyentuhnya.
Febby yang pernah hidup bebas dan liar pun tidak bisa menahan gelora dalam tubuhnya, ia rindu pada sentuhan seorang lelaki. Hingga akhirnya dia sering pergi ke club' malam dan melakukan hubungan one night stand dengan pria yang ia temui di tempat itu.
Akan tetapi ia merasa berbeda dengan sentuhan para pria itu, sentuhan mereka tidak sehebat pria yang dulu mengambil kesuciannya, hingga suatu hari ia kembali mencari lelaki itu dan menjalin hubungan sebatas saling memuaskan, tanpa sepengetahuan Revan tentunya.
Febby tidak bisa melepaskan Revan begitu saja, selain karena tampan dia juga sangat kaya sehingga bisa menjamin hidupnya di masa depan. Revan adalah pilihan yang tepat untuk dijadikan suami. Dan saat pria itu memperkenalkan Febby dengan kakeknya tentu membuat gadis itu sangat senang, tapi sayang kakeknya menentang hubungan mereka bahkan tau apa saja yang gadis itu lakukan selama ini. Untunglah Revan masih mempercayai dirinya saat itu, berkat aktingnya yang mumpuni.
"Apa yang harus aku lakukan untuk membuat Revan tidak bisa meninggalkan ku, apa dengan cinta? Itu sangat mustahil karena selama ini dia sama sekali tidak pernah berkata kalau dia mencintaiku."
Ya benar, mereka berpacaran karena Revan merasa kasian dengan Febby yang terus berusaha mendekatinya.
"Atau dengan hal itu, Revan bahkan tidak pernah mau menyentuhku, kalau seperti ini terus aku harus menggunakan cara yang lain."
Febby terus memikirkan cara agar Revan tidak memutuskan hubungan dengannya. Hingga tanpa sadar ada orang yang sedari tadi mendengar ucapannya, karena memang semua bilik tertutup jadilah dia tidak menyadarinya.
Ternyata Febby tidak sendiri dalam toilet itu, saat gadis itu masuk tadi ada Lia di dalam bilik toilet yang tertutup, baru saja selesai buang air kecil, tapi karena mendengar umpatan kekesalan seseorang jadilah Lia hanya diam di dalam sambil mendengarkan. Lia sadar jika gadis yang sedang kesal itu adalah Febby, kakak kelasnya dan semua tebakannya ternyata benar jika gadis itu belum benar-benar berubah.
to be continue...
°°°
Hai hai hai... author menyapa lagi.
Apa kabar kalian?
Semoga sehat selalu di manapun kalian berada ya.
Author mau ngingetin nih, jangan lupa gunakan jari-jari indah kalian untuk tinggalkan jejak.
Biar author nya semangat up dong pastinya kalau ada komentar kece dari kalian.