Ini mengisahkan seorang permaisuri terkenal tangguh yang mampu membantu rajanya melawan musuh di medan perang bernama Violetta.
Setelah membantu sang raja berjaya permaisuri malah di khianati dan dibunuh oleh suami yang dia sayang.
Setelah mati sebuah keajaiban muncul. Dia hidup kembali dalam tubuh wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neneng selfia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
eps 08
Yuki hanya tersenyum melihat tingkah Az yang tampak sangat bersemangat untuk berlatih bela diri. Sedangkan Sidney hanya mengikuti langkah mereka dengan wajah datarnya yang khas dirinya itu.
"Apa yang kalian tunggu? Mengapa kalian berhenti di sana?" tanya Az saat Yuki dan Sidney menghentikan langkah mereka.
"Sebaiknya nona muda sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat. Mengingat nona muda yang baru saja pulih, makan makanan rumah jauh lebih baik dari pada makan di luar sana." saran Yuki.
"Bukankah kau mengemas bekal tadi? Kita makan di perjalanan saja aku tidak ingin terlambat untuk berlatih." ucap Az.
"Aku hanya mengemas makan siang karena aku pikir nona muda akan sarapan di rumah." ucap Yuki.
"Kakek tidak ada di rumah untuk sarapan bersamaku. Aku tidak berselera untuk sarapan seorang diri. Kemas saja sarapan untukku makan di mobil." ucap Az lalu melangkah keluar.
Yuki hanya pasrah mengikuti keinginan nona mudanya itu. Segera Yuki membungkus sarapan untuk Az makan di mobil nanti.
Sementara Sidney tetap setia membuntuti Az hingga ke dalam mobil. Tidak butuh waktu lama bagi mereka tiba di tempat latihan karena jarak tempat latihan dengan mansion milik Az cukup dekat.
"Selamat siang nona Yuki dan nona Sidney." sapa security yang bertugas di depan gerbang tempat pelatihan tembak sambil menunduk hormat.
Dia tidak menyapa Az terlebih dahulu karena dia belum mengenal Az yang notabene nya adalah pemilik lapangan tembak tempat dia bekerja itu.
Sedangkan untuk Yuki dan Sidney, dia dan semua orang yang bekerja di lapangan tembak itu sangat mengenal mereka sebagai orang kepercayaan tuan besar Samuel Berza yang akan mendampingi satu-satunya pewaris keluarga Berza.
"Selamat siang Grey." sapa balik Yuki dengan ramah.
"Oh kamu pasti belum kenal sama nona muda kita. Nona Az adalah pemilik arena tempat kau kerja ini." ucap Yuki memperkenalkan Az sebagai pemilik arena tembak setelah melihat Grey melirik penuh tanya ke arah Az.
"Maafkan saya nona muda, saya tidak mengenali anda." ucap Grey sambil menunduk karena takut menyinggung bosnya yang baru dia kenal.
"Kau tidak pernah melihat aku sebelumnya jadi wajar jika kau atau yang lain tidak mengenal aku." ucap Az.
"Terima kasih atas pengertian anda nona muda." ucap Grey setelah sebelumnya menghela napas lega.
"Ayo! Aku sudah tidak sabar untuk mengikuti pelatihan." ajak Az semangat.
Mereka bertiga memasuki arena tembak terbuka dan di dalam sudah ada dua orang dengan pakaian serba hitam namun bukan setelan melainkan hanya menggunakan jaket dengan kaos di dalamnya dan celana panjang.
"Selamat siang kapten John." sapa Yuki ramah.
"Selamat siang kap John." sapa Sidney dengan wajahnya yang datar.
"Selamat siang, seperti biasa Yuki yang ramah berpasangan dengan Sid yang dingin dan kaku." ucap orang yang mereka panggil kapten John itu.
Yuki hanya tersenyum seperti biasanya dia sedangkan Sidney hanya memasang tampang datarnya khas seorang Sidney.
"Apakah nona cantik ini adalah nona muda calon pewaris keluarga Berza?" tanya kapten John.
"Benar sekali." jawab Yuki.
"Selamat siang nona Berza perkenalkan saya John yang akan bertanggung jawab atas pelatihan kemampuan bersenjata anda kedepannya." sapa Kapt John sambil mengulurkan tangannya.
"Selamat siang juga kapten John, anda cukup panggil Az saja. Mohon bimbingannya hingga pelatihan usai." sapa balik Az menyambut uluran tangan dari kapten John.
Mereka segera memulai latihan yang di maksud. Mulai dari mengenal berbagai jenis senjata api, cara merakit serta cara menggunakan senjata itu dengan benar.
Az sangat bersemangat dan terlihat serius selama pelatihan berlangsung. Bahkan Yuki harus mengingatkan dirinya untuk waktu makan siang karena Az terus berlatih tanpa henti hingga lupa waktu.
Dalam waktu satu hari saja Az sudah dapat menggunakan beberapa jenis senjata api dengan benar membuat kapten John memujinya terus-menerus.
Sebenarnya bisa saja Samuel menggaji beberapa orang untuk menjaga dan melindungi Az tanpa harus membuat Az mengeluarkan tenaga untuk berlatih. Tapi, Samuel menjaga dari kemungkinan terburuk jika suatu saat Az dihadapkan dengan situasi darurat yang mengharuskan dia untuk melawan musuhnya sendiri.
Pengalaman selama ini telah menjadi guru untuk Samuel agar tidak memberikan celah untuk orang lain untuk mencelakai cucunya.
"Latihan hari ini kita sudahi saja. Aku sangat kagum dengan kemampuan nona Az dalam mempelajari segala hal dengan cepat." ucap kapten John.
"Mulai besok nona Az juga akan melakukan pelatihan fisik sampai jumpa besok." lanjut kapten John.
"Ya, sampai jumpa besok." ucap Az penuh semangat.
Mereka segera kembali ke mansion dan Az segera membersihkan diri lalu makan malam. Karena cukup lelah, Az segera tidur setelah beberapa saat usai menyantap makan malamnya.
Samuel pulang dari kantor tepat saat Az telah tertidur, di depan kamar Az dia bertemu Yuki yang baru saja keluar dari kamar Az.
"Selamat malam Tuan Besar!" sapa Yuki sambil menunduk hormat.
"Malam Yuki." saut Samuel.
"Apakah Az sudah tidur?" tanya Samuel.
"Iya Tuan besar, nona muda baru saja tidur. Mungkin karena kelelahan usai berlatih." jawab Yuki.
"Hm, kau boleh istirahat sekarang. Di luar sudah ada beberapa orang bodyguard yang akan berjaga. Tugas kau dan Sidney adalah menjaga keamanan dan memenuhi segala kebutuhan Az maka aku menempatkan kalian di kamar tepat sebelah kamar Az karena Az tidak ingin tidur sekamar dengan siapapun." ucap Samuel.
"Baik Tuan besar, kami akan menjalankan tugas kami semaksimal mungkin." ucap Yuki lalu pergi setelah Samuel memerintahkan untuk pergi.
Samuel masuk ke dalam kamar Az dengan sangat hati-hati takut jika menimbulkan suara keras akan menggangu istirahat cucu kesayangannya itu.
Samuel tersenyum melihat cucunya tidur dengan pulas. Dia merapikan selimut yang Az gunakan lalu mengecup singkat kening Az.
"Selamat malam Az sayang, semoga mimpi indah. Maaf jika membuatmu tersiksa dengan pelatihan-pelatihan itu. Kakek hanya ingin kau dapat menjaga dirimu sendiri dari segala sesuatu yang mungkin dapat berakibat buruk pada dirimu di saat tidak ada orang lain yang dapat kau jadikan sandaran atau pelindung." ucap Samuel dengan wajah sendu.
Samuel lalu keluar dari kamar Az dan segera kembali ke kamarnya sendiri. Paginya Az sudah bangun dengan semangat dia memanggil Yuki dan Sidney.
"Yuki.... Sid....! " seru Az.
"Ya nona muda....!" saut Yuki dan Sidney bersamaan.
Yuki yang baru keluar dari kamar sebelah kamar Az dan Sidney yang entah dari mana muncul dari tangga menuju kamar Az segera menghampiri Az.
"Jam berapa kita akan pergi ke tempat pelatihan lagi hari ini?" tanya Az.
"Sekitar dua jam dari sekarang nona muda." jawab Yuki.
"Lama sekali, siapkan segalanya segera agar kita tidak terlambat karena keperluan yang belum lengkap." ucap Az cemberut.
"Baik nona muda." saut Yuki dan Sidney bersamaan lalu pergi dari hadapan Az untuk menjalankan tugasnya.
bikin calon yg lebih tangguh dr devan utk az