NovelToon NovelToon
"Berbagi Cinta" 1 Hati 2 Aisyah

"Berbagi Cinta" 1 Hati 2 Aisyah

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Perjodohan
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: wheena the pooh

Ketika seorang perempuan tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan yang baru seumur jagung, Humairah rela berbagi suami demi mempertahankan seorang pria yang ia cintai agar tetap berada dalam mahligai yang sama.

Aisyah Humairah menerima perjodohan demi balas budi pada orangtua angkatnya, namun siapa sangka pria yang mampu membuatnya jatuh cinta dalam waktu singkat itu ternyata tidaklah seperti dalam bayangannya.

Alif Zayyan Pratama, menerima Humairah sebagai istri pertamanya demi orangtua meski tidak cinta, obsesi terhadap kekasihnya tidak bisa dihilangkan begitu saja hingga ia memberanikan diri mengambil keputusan untuk menikahi Siti Aisyah sebagai istri keduanya.

Akankah Alif adil pada dua
Aisyahnya? atau mungkin diantara dua Aisyah, siapa yang tidak bisa bertahan dalam hubungan segitiga itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Humairah berjalan kaki menyusuri trotoar pada suatu pagi, hari ini sabtu dimana tugas magang di kantornya telah selesai dilaporkan pada dosen kemarin, sabtu dan minggu adalah hari dimana selalu dinantikan oleh semua orang yang bekerja lima hari dalam satu minggu.

Akhir pekan, berlibur bersama suami, anak dan keluarga adalah hal biasa yang menjadi alasan mobilitas orang-orang perkantoran dan para pegawai pemerintah maupun swasta untuk mencari penghiburan diri dari rasa lelah dan penatnya bekerja demi tuntutan kehidupan.

Seperti Humairah, disela waktu magang yang berbagi dengan mulainya ia mengerjakan skripsi bulan ini, masih sempat pula ia ingin mencari hiburan untuk dirinya sendiri, karena suka bermain alat musik piano tentu Humairah mengambil kesempatan disaat ia punya uang seperti sekarang.

Bukan rahasia, les piano cukup menelan biaya lagipula yang ikut pasti lebih banyak dari kalangan orang berada, anak-anak para pejabat terlebih anak-anak para musisi yang mereka ingin keturunannya juga mewarisi bakat mereka dalam bermusik hingga mengasah lagi dengan memberi les pada tempat dan guru profesional.

Humairah melakukan hal yang sama, uang dari suami yang berlebih dan tentu karena ia ingin menyibukkan diri dari kehidupan rumah tangga yang baru ia jalani namun sudah harus menguji kesabarannya sebagai wanita muda yang belum terlalu matang untuk menghadapi hal sebesar ini.

Ia berjalan menikmati angin sepoi-sepoi musim kemarau, dedaunan kering tampak terus berguguran dari pohon-pohon besar di pinggir jalan, matahari yang mulai naik membuat perempuan berkerudung putih motif bunga-bunga kecil berwarna biru, merah dan kuning yang tampak indah menjadi mahkotanya saat ini.

Memakai jeans kulot yang dipadu dengan atasan berwarna putih polos yang tampak kebesaran hingga menyamarkan lekuk tubuhnya, tas kecil yang ia sandang di bahu membuat tampilan Humairah seperti anak ABG saja.

Sampai ia berhenti pada sebuah ruko besar dua lantai dengan desain kaca diseluruh bagian depannya, ruko mewah itu bertuliskan Andira Musik Studio. Iya Humairah mengetahui rumah musik ini dari Lola yang temannya menjadi petugas keamanan di sana.

Senyumnya mengembang, ini yang dinantikan Humairah sejak lama, les piano agar tangannya semakin mahir memainkan tuts-tuts yang menghasilkan nada demi nada yang menghibur jiwanya yang sepi.

Baru akan melangkah ke pintu masuk tidak sengaja ia berbarengan dengan seorang lelaki yang juga akan masuk ke sana, mereka saling menoleh.

"Humairah."

"Mas Daffa?"

"Hai," ucap Daffa tersenyum.

Humairah mengangguk, "Hai juga mas Daffa."

"Ayolah, kenapa kita jadi canggung. Ada apa kau kemari?"

"Aku kemari ingin mendaftar les piano, hari ini baru sempat, lalu bagaimana dengan mas Daffa?"

"Aku juga," jawab Daffa menatap Humairah.

"Wah kebetulan sekali," ujar Humairah seraya mereka berjalan masuk ke ruko.

Terjadilah interaksi diantara mereka yang ternyata sama-sama mendaftar di kelas yang sama.

Sejak hari itu Daffa dan Humairah lebih sering bertemu karena kelas piano mereka tiga kali dalam seminggu itu cukup membuat keduanya akrab.

Seperti hari ini Humairah yang terpaksa menerima tumpangan yang Daffa berikan karena taksi tidak ada yang lewat padahal hari sudah semakin sore.

Selama perjalanan mereka membicarakan tentang alat musik dan seputar les piano mereka.

"Benarkah? Oh aku sangat senang pada pria yang pandai bermain gitar, aku rasa mereka keren ketika memetik senarnya," ucap Humairah tidak menyangka bahwa Daffa juga pandai dalam bermain alat musik lain.

"Iya, sangat jauh dari profesiku bukan? Dulunya aku berniat jadi vokalis band, namun sayang tidak ada yang menerima bakatku hingga aku beralih menjadi dokter saja sebagai pelampiasan," jawab Daffa dengan nada bercanda.

Humairah tertawa pelan, ia menggelengkan kepalanya tidak menyangka bahwa dokter tampan di sampingnya itu pria multitalenta, pandai bernyanyi sambil bermain alat musik.

"Humairah"

"Hmmm iya?"

"Apa kau tidak merasa bahwa hidupmu tidak adil?" tanya Daffa yang berniat menyinggung tentang rumah tangga Humairah dengan Alif sahabatnya.

"Kenapa aku harus berpikir adil atau tidaknya, untuk bisa bernafas saja aku sudah sangat bersyukur mas Daffa, aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu berhargaku untuk meratapi apa yang telah terjadi, aku merasa biarlah ini berjalan sebagaimana takdir menghampiriku," jawab Humairah tersenyum pada Daffa yang juga menoleh padanya lalu kembali fokus pada jalan.

"Kau memang wanita pilihan, tidak semua wanita mau dipoligami"

"Aku pun jika bisa memilih aku juga tidak ingin seperti ini mas Daffa, namun mas Alif tidak memberiku pilihan lain"

"Kau masih muda Humairah, aku tahu Alif karena kami bersahabat cukup lama namun aku tidak mengira pula dia mengorbankan perempuan sepertimu demi obsesinya"

"Huh, apa kita akan terus membicarakan mereka? Kasihan, mereka bisa tersedak nanti," canda Humairah yang ingin mengalihkan percakapan.

"Kita sudah sampai nona," ucap Daffa tersenyum saat berhenti di depan sebuah rumah sederhana.

"Yakin tidak ingin mampir?" tawar Humairah lagi.

Daffa menggeleng, "Lain waktu saja, aku ada jadwal berjaga malam. Titip salam pada orangtuamu."

Humairah mengangguk, "Aku mengerti pak dokter, semoga tidak banyak pasien yang harus kau tangani, semoga sehat semua untuk kita."

"Amin, sehat nomor satu bukan?"

"Iya, poligami nomor dua," jawab Humairah bercanda sebelum keluar dari mobil Daffa.

Daffa tertawa pelan, ia melambai tangan setelah memastikan perempuan itu memasuki pagar kayu rumah orangtua angkatnya, Humairah minta diantarkan ke sana setelah mendapat panggilan telepon dari ibu Aini yang rindu padanya, hingga Humairah memutuskan untuk menginap di sana. Daffa pun berlalu dengan semestinya.

Pada malamnya Humairah yang baru saja selesai makan malam dengan dua orang terdekatnya sejak ia berumur delapan tahun itu. Ibu Aini menghentikan tangan Humairah yang membereskan piring kotor bekas mereka makan.

"Sayang, coba kau pikirkan lagi."

Ibu Aini telah meneteskan airmatanya yang ia tahan sejak kedatangan Humairah tadi, ayah Ihsan tampak mengelus punggung istrinya.

"Bu, aku baik-baik saja. Tidak apa jika takdirku memang ditulis untuk dimadu, aku sudah lebih siap sekarang"

"Maafkan ibu Humairah, akibat perjodohan yang ibu inginkan membuat putriku ini menjadi terluka. Ibu tidak tahu jika nak Alif bisa seperti ini"

Ibu Aini dan ayah Ihsan memilih untuk tidak hadir di pernikahan Alif dan Aisyah minggu lalu karena tidak sanggup melihat Humairah terluka.

"Bu, percayalah aku baik-baik saja. Aku tidak ingin mempermalukan ibu dan ayah dengan menjadi janda setelah menikah satu bulan, tentu itu bukan pilihan yang tepat, untuk sekarang pun memilih berpisah seperti yang ibu sarankan tadi bukan juga solusi dari masalah ini, tidak semua poligami itu buruk bu aku yakin mas Alif nanti juga akan menerimaku dengan baik seiring waktu terlebih dia juga sudah berjanji akan adil pada kami nanti"

Mendengar itu sungguh tersayat hati ibu Aini, ia sudah menyarankan agar Humairah mundur saja dari pernikahan agar tidak semakin terluka, ia juga tidak masalah jika hanya menanggung malu nantinya daripada Humairah mengorbankan masa mudanya dengan berbagi suami di usia pernikahan yang seharusnya sedang meneguk manisnya momen pengantin baru namun apa yang didapat bukanlah hal yang bisa diterima setiap orang.

"Kau jangan sungkan untuk pulang kemari jika Alif tidak memperlakukan mu dengan baik Aisyah, ayah tidak suka kau menyembunyikan rasa sakit demi kami berdua yang tidak berharga ini," ucap sang ayah.

Humairah menggeleng, "Mas Alif memperlakukanku dengan baik ayah, daripada mas Alif menjalin hubungan tanpa ikatan dengan wanita lain lebih baik berbagi secara resmi seperti ini, aku serius ayah aku baik-baik saja jadi jangan besarkan masalah poligami yang baru akan kami arungi, aku hanya butuh doa dari ayah dan ibu"

Humairah menjelaskan seraya menggenggam tangan ayah dan ibunya seolah meyakinkan mereka bahwa ia tengah baik-baik saja, meski jauh di lubuk hatinya tergores luka yang mendalam, namun ia tidak ingin ayah ibunya turut merasakan luka itu juga yang seharusnya tidak Alif berikan padanya.

Setelah mengakhiri obrolan di meja makan, Humairah kembali ke kamarnya waktu gadis. Ia merebahkan tubuhnya ke ranjang single miliknya setelah menjalankan kewajibannya sebagai muslimah, kamar sederhana namun penuh ketenangan.

Menatap langit-langit kamar, belum bisa memejamkan matanya membuat Humairah membuka laman sosial medianya agar segera mengantuk.

Ia mengerutkan kening saat mendapat notifikasi bahwa namanya tengah ditandai dalam sebuah postingan dari wanita yang tengah berbahagia bersama suaminya.

Photo tangan lelaki dan perempuan yang saling bertautan menampilkan cincin pada kedua jari manis mereka tampak dalam unggahan, namun tangan lelaki itu yang lain tampak sedang memegang sebuah benda berwarna kuning dalam sebuah kemasan.

Photo yang berisikan sebuah caption 'Ini keju terenak dari Italia, untuk seseorang yang menunggu di sana. Tunggu kami pulang membawakan ini untukmu' membuat Humairah tersenyum sungging, ia tahu Aisyah tengah menyindirnya dengan menyematkan nama akunnya di photo itu.

"Iya, memang bagaimana lagi rasa enaknya keju? Oh aku mengerti, mungkin yang dimaksud nona Aisyah adalah keju rasa madu."

Humairah menghempaskan ponselnya sembarang arah, ia berpura tidak peduli. Ia meraih sebuah guling lalu memeluknya menyembunyikan wajahnya yang mulai merah padam, matanya panas menahan agar tidak menetes lagi butiran bening yang seakan tidak berarti.

1
Linda Ida
Luar biasa
Silvi Vicka Carolina
pepsodent ..odol sejuta umat
Nimas Bin Udin
uup
Nimas Bin Udin
aliif heboh bangeet
Nimas Bin Udin
sangat berkesan sekali y momen yg membahagiakan
Nimas Bin Udin
y lanjuut
Nimas Bin Udin
emang y nama aissah itu istimewa sekali
Nimas Bin Udin
lanjuut
Nimas Bin Udin
mau ath d gendong
Nimas Bin Udin
apakah akan kembali bersatu semoga y
Nimas Bin Udin
y kepercayaan itu mahal ..d gantung lah alif
Nimas Bin Udin
rusak semuanya
Nimas Bin Udin
Uda g jelas arahnya ini bisa bisa Alif yg jdi jahat
Nimas Bin Udin
makanya jangan bersikap seenak jidatmu. g semua perempuan busa d perlakukan sesuka hatimu ..alif
Nimas Bin Udin
ada kemajuan tu Alif...tp tetep aja merasa deg deggan gimna nanti klo Humaira inget beneran
Nimas Bin Udin
Alif terlalu lebay aah
Nimas Bin Udin
pacaran LG Doong
Nimas Bin Udin
itu suamimu Humairah
Nimas Bin Udin
namanya Daffa kenapa JD Alif .Daffa bikin masalah aja
Nimas Bin Udin
bang Alif taksi onlen..pintar jg Alif 😁😁😁😁👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!